BAB 4

208 22 0
                                    

Chanyeol menatap sebuah foto yang terbingkai dalam sebuah kenangan di hatinya. Ia masih merindukan mantan kekasihnya yang kini sudah bertunangan dengan laki-laki lain. Lee Hyun Sun. Nama gadis cantik itu. Dia cantik dan menawan, seperti bunga mawar. Kisah yang terjalin indah semasa sekolah dulu harus dihentikan karena Hyun Sun memilih laki-laki lain. Sakit, pedih, kecewa, marah semua bercampur menjadi satu saat itu. Chanyeol merasa terpuruk. Ia seperti kehilangan kejantanannya sebagai laki-laki. Hyun Sun begitu sangat dicintainya namun, gadis itu memilih kembali pada mantan kekasihnya. Dan dengan jujur, Hyun Sun mengaku masih mencintai mantan kekasihnya. Ini benar-benar sulit diterima oleh Chanyeol. Pelarian rasa sakit hatinya adalah bermain game. Game membantunya pulih dari keterpurukan dan game malah menjadi candu bagi Chanyeol.

Bola matanya masih terpaku menatap wajah Hyun Sun. Foto itu memperlihatkan wajah Hyun Sun yang sedang tersenyum lebar dan bahagia hingga terlihat kantung matanya (di Korea, orang yang memiliki kantung mata dianggap cute). Bibirnya yang ranum, hidungnya yang mancung dan rambutnya yang panjang berwarna coklat tua. Semua tercampur dengan sempurna dan menyisakan keindahan bak seorang dewi dari syurga.

Chanyeol tersenyum getir menatap foto itu. Ia membayangkan kenangan yang indah bersama Hyun Sun. Kenangan-kenangan itu berlompatan di kepalanya seperti seekor tupai.

"Hyun Sun..." ucapnya, lalu menempelkan foto itu di dadanya. Chanyeol tertidur. Di kedalaman hatinya ia berharap Hyun Sun muncul dimimpinya.

Kali ini saja Tuhan

===My Crazzy Boss===

"Hey, bangun pemalas! Jangan berpikir hanya untuk ganti posisi karena aku sudah ada di rumah dan akan terus mengacaukanmu!" suara itu tidak asing di telinga Chanyeol. Ia tahu persis pemilik suara melengking itu. Chanyeol memilih berpura-pura tidak mendengar dan hanya meregangkan kedua tangan dan kakinya sambil mengerang halus.

Pemilik suara melengking itu menyibakkan tirai jendela. Cahaya matahari menembus masuk dan membuat wajah Chanyeol berkilat. Chanyeol merasa terganggu dengan cahaya matahari yang menyinari wajahnya.

Ia membuka mata dengan susah payah. "Nuna," erangnya.

"Cepat bangun, mandi dan sarapan. Ada yang ingin ayah bicarakan denganmu, penting!" kata Park Hye Min, kakak Chanyeol. Hye Min berkacak pinggang layaknya seorang kapten yang akan menghukum anak buahnya.

"Oke, aku akan bangung. Tapi tinggalkan aku dulu Nuna, lima belas menit saja." Chanyeol memohon dengan mata terpejam.

"Tidak ada waktu luang untuk pemalas. Kau akan semakin malas jika kau tak bangun sekarang juga. Ayo bangun anak muda!" Hye Min mulai bertindak anarkis, ia menarik tangan Chanyeol kasar.

"Arrgggh..." erang Chanyeol. Mau tidak mau Chanyeol beranjak dari tempat tidurnya. Ia menatap kesal Hye Min. Hye Min tampak senang atas keberhasilannya membangunkan adik satu-satunya itu. Hye Min tersenyum puas dengan tangan dilipat di dada.

Chanyeol yang kalah melangkah dengan malas menuju kamar mandi yang berada di sebelah kiri kamarnya.

"Hey," panggil Hye Min.

"Apalagi Nuna?!" Chanyeol bertanya dengan sengit.

"Handuknya?" ucap Hye Min polos.

"Tidak perlu pakai handuk. Lagian ini kan kamarku, tinggal melangkah saja apa susahnya." kata Chanyeol yang terdengar seperti gerutuan.

"Ckckck..." Hye Min mendecakkan lidah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Adiknya ini memang berbahaya. Bagaimana kalau salah satu pelayan wanita masuk ke kamarnya dan melihat Chanyeol telanjang bulat saat keluar dari kamar mandi?

===My Crazzy Boss!===

"Dan, jangan bilang tidak mau!" kata ayah Chanyeol dengan nada mengancam. "Kau tahu ayah sudah banyak melewati rintangan untuk tetap mempertahankan perusahaan kita. Hanya kau satu-satunya harapan ayah." Suara ayah begitu lembut meski ada nada memohon sekaligus penekanan dalam nada suaranya.

Chanyeol menunduk, menatap piring kosong di atas meja.

Hye Min menatap adiknya dengan tatapan yang tidak bisa dideskripsikan. Ada kesedihan di sorot mata Hye Min namun, ada percikan kebahagiaan di dalamnya. Hye Min bahagia jika Chanyeol mendapatkan posisi sebagai Presdir di perusahaan ayahnya. Tentu saja karena ia tidak ingin menjadi Presdir. Ia sudah menentukan nasibnya sendiri. Hye Min memilih menjadi seorang penata rias internasional. Ia sekolah kecantikan di London dan memiliki salon bertaraf internasional yang menjadi langganan selebriti dari seluruh manca negara. Prestasi yang memang ia impikan semenjak remaja. Menjadi seorang penata rias handal. Hye Min menetap di London. Ia akan pulang setahun dua kali untuk mengunjungi ayah dan adik kesayangannya. Dan untuk bulan ini, Hye Min akan tinggal di Seoul untuk waktu yang lama. Dokter pribadi ayah memberitahu kalau penyakit komplikasi ayahnya sudah semakin buruk sehingga ayah harus istirahat total. Dan itu salah satu alasan kenapa Chanyeol ditunjuk untuk segera menggantikan posisi ayahnya sebagai presdir.

Chanyeol sebenarnya tahu tentang keadaan ayahnya, tapi ia masih merasa belum siap untuk mendapatkan tanggung jawab sebesar itu.

"Ayah, kenapa tidak nuna saja yang menggantikan posisi ayah?" Chanyeol menoleh ke arah Hye Min. Mata Hye Min menyala galak.

Ayah menghela nafas panjang. Chanyeol. Anak laki-lakinya ini, setiap kali membiacarakan masalah perusahaan ia akan melempar pertanyaan "Ayah, kenapa tidak nuna saja yang menggantikan posisi ayah?" Padahal ayah sudah berkali-kali menjelaskan alasannya tidak menunjuk Hye Min sebagai presdir.

"Kau masih belum paham, Chanyeol?" tanya ayahnya. Raut wajah yang penuh keriput itu tampak kecewa.

Chanyeol... kau keterlaluan sekali! batin Hye Min yang tampak kesal dengan pertanyaan adiknya. Sedangkan adik yang ditatapnya itu tampak santai-santai saja seolah tidak menyadari ekspresi ayah dan kakaknya.

"Dengarkan ayah," ucap ayah, sekilas menatap ke arah Hye Min.

"Hye Min sudah menjadi seorang penata rias di London sana. Kau tahu kan siapa saja pelanggan salonnya? Hanya kau harapan ayah. Ayah semakin tua dan sudah tidak sanggup lagi mengatur semua urusan pekerjaan. Ditambah penyakit komplikasi yang menggerogoti tubuh ayah. Ayah tidak tahu lagi harus bagaimana lagi untuk membujukmu agar mau memimpin perusahaan. Kau ingin ayah mati dulu lalu kau baru mau menjadi presdir?"

Pertanyaan ayahnya seperti menampar keras keegoisan Chanyeol.

"Ji Wook!" teriak sang ayah dengan nada amarah memanggil asisten pribadinya yang berada lima langkah darinya.

"Antarkan aku ke kamar." Pintanya, Ji Wook yang masih tampak gagah di usianya yang sudah 50 tahun dengan sigap mendorong kursi roda.

Hening.

Chanyeol dan Hye Min membatu. Pertanyaan ayah mereka menghujam dada Chnayeol juga Hye Min. Meski begitu jelas pertanyaan itu ditujukan ke Chanyeol tetap saja Hye Min merasa bersalah dan ikut andil atas amarah ayahnya.

Sebelum Chanyeol, Hye Min sudah terlebih dulu ditunjuk untuk menggantikan posisi ayahnya sebagai presdir. Namun seperti juga Chanyeol, Hye Min menolak permintaan ayahnya dengan berbagai alasan.

"Ayah, aku ini anak perempuan masih ada Chanyeol."

"Ayah, aku ingin sekolah di London, aku tidak mau menjadi presdir."

"Ayah, ma'afkan aku tapi aku tidak mau."

Ayah paham akan posisi Hye Min sebagai anak perempuannya. Dan ayah setuju kalau Chanyeol lebih cocok menjadi seorang pemimpin di perusahaannya. Akan tetapi, hanya kekecewaan yang ia dapatkan dari Chanyeol.

***


My Crazy Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang