Hampir saja Chanyeol lupa akan keberadaan Seohyun di apartemennya. Ah, wanita itu.
Sebenarnya Chanyeol hari ini akan bertemu dengan Sehun, sahabatnya yang juga baru pulang dari London. Tapi, bagaimana dengan Seohyun? Bukankah ia akan ke sana lagi, ya, walaupun hanya untuk menanyakan keadaan hidung Seohyun yang bengkok itu atau membawa makanan cepat saji untuk Seohyun.
Seketika Chanyeol tersenyum lebar mengingat hidung Seohyun—yang sebenarnya tidak bengkok. Ya, benar. Hidung Seohyun tidak tampak bengkok hanya sedikit aneh dengan perban yang menutupi permukaan hidungnya. Mungkin, jika Chanyeol mencium Seohyun maka ujung hidung Seohyun yang bengkok akan terlihat—seperti kata dokter.
Ponsel Chanyeol bergetar. "Oh Sehun," gumamnya. Ia menempelkan ponsel ke telinga sebelah kanan sambil melihat ke sekeliling lewat jendela mobil van—nya.
"Iya, Sehun."
" Oke, kau tunggu di kedai kopi langganan kita ya. Lima belas menit lagi aku akan sampai." Chanyeol menutup telepon dan menyalakan mesin mobilnya.
===My Crazzy Boss!===
Sehun memandangi sahabatnya itu dengan pandangan yang menerka-nerka. Sembari menyesap esspresso-nya, Sehun memfokuskan bola matanya untuk menerawang lebih jauh lagi pada wajah Chanyeol.
Anak ini, kenapa ya? Batin Sehun.
Sehun membenarkan posisi kacamatanya lalu berdeham.
"Jangan menatap esspresso-mu dengan tatapan kosong seperti itu. Esspresso itu menginginkan kau meminumnya bukan menginginkan tatapanmu, Park Chanyeol. Kau ini kenapa?"
Chanyeol mengalihkan pandangannya ke Sehun dengan malas.
"Aku baru pulang dari London dan kau menyambutku dengan wajah yang kusut dan sendu." gerutu Sehun.
Chanyeol dan Sehun bersahabat semenjak mereka sekolah. Dan sehun tahu akan kisah cinta Chanyeol dengan Hyun Sun. Sehun melanjutkan gelar magisternya di oxford, London. Sehun memang tertarik dalam bidang Ekonomi dan Bisnis berbeda dengan Chanyeol yang tertarik pada musik dan seni. Sehun didukung orang tuanya untuk menekuni Ekonomi dan Bisnis sedangkan Chanyeol, tentu saja tidak didukung ayahnya. Ayah hanya ingin Chanyeol menjadi seorang pemimpin perusahaan bukan pekerja seni dan semacamnya.
Semenjak ibu Chanyeol meninggal sembilan tahun lalu semua terasa berubah. Sang ibu selalu mendukung apapun yang Chanyeol lakukan. Ketika Chanyeol meminta les piano klasik, ayah tidak mengizinkannya. Tapi masih ada ibu yang membolehkannya. Ibu terus menerus memerecoki ayah untuk mengizinkan Chanyeol ikut les piano klasik dan Ibu selalu berhasil. Sayangnya, sekarang tidak ada ibu. Tidak ada yang membelanya. Tidak ada yang mendukungnya.
Hye Min juga sebenarnya mendukung Chanyeol. Seperti halnya dirinya yang nekat dan memilih sekolah kecantikan di London. Tapi Hye Min lebih takut pada ayah. Apalagi saat ini ayah membutuhkan dirinya. Dukungan dirinya untuk membujuk Chanyeol menjadi presdir di tahun 2016 ini. Masalah ini sudah pernah dibahas tahun 2014, itu artinya dua tahun masalah ini menggantung. Hye Min menyayangi Chanyeol tapi ia juga menyayangi ayah.
"Ma'af Sehun. Dari kemarin banyak masalah yang datang. Harusnya kemarin kita bertemu, kan. Tapi, kemarin aku menabrak seorang wanita yang mengakibatkan ujung hidungnya bengkok."
"Apa?" tanya Sehun histeris dengan mata menyala. Seketika Chanyeol terkejut akan ekspresi berlebihan sahabatnya itu. Mereka memandang ke sekeliling dan menemukan beberapa pasang mata yang menatap heran.
"O, ow..." ucap Sehun malu.
"Kau memang tidak pernah berubah ya?" Chanyeol menyeringai.
"Aku memang ditakdirkan untuk tidak pernah berubah. Hey, hidung wanita itu bengkok?" Sehun bertanya kembali dengan ekspresi penasaran.
Sebelum menjawab pertanyaan Sehun, Chanyeol mengangkat cangkirnya dan menyesap esspreso-nya. "Hanya ujungnya saja. Sebenarnya sih tidak terlihat kalau ujung hidungnya bengkok kecuali kalau kau menciumnya—itu kata dokter."
"Hahaha," Sehun terkekeh. "dan kau sudah menciumnya?" tanyanya iseng.
"Hahaha," kali ini Chanyeol yang tertawa. "tentu saja tidak bodoh! Kau kira sebegitu penasarankah aku pada hidungnya yang bengkok itu sampai mau menciumnya—wanita yang sama sekali tidak kukenal."
"Hey, kau sudah lama tidak mencium wanita kan? Tepatnya semenjak Hyun Sun memutuskan hubungan denganmu, aku tidak pernah mendengar ada yang mengisi hatimu. Oh, kasihan!" kata Sehun dramatis.
Chanyeol tersenyum sinis. Mungkin Sehun tidak menyadari kalau ucapannya itu membuat Chanyeol kembali mengingat masa lalunya. Hyun Sun sepertinya tidak bisa lepas dari dirinya.
"Kau sendiri bagaimana?" tanya Chanyeol menyindir.
Sehun terdiam. Ya, Sehun tidak memiliki kekasih. Bukan karena tidak laku akan tetapi dia memang pemilih dalam urusan cinta. Baginya seseorang yang menjadi kekasihnya itu haruslah mengesankan dan tentunya pintar. Seperti dirinya.
"Aku, tentu saja tidak punya. Kau tahu sendiri bagaimana seleraku kan." jawab Sehun sombong.
"Di London banyak yang cantik kan?" pertanyaan Chanyeol memancing Sehun untuk bercerita.
"Oke, aku tahu maksudmu. Ya, di London aku bertemu dengan Grace Endersson. Dia gadis cantik, pintar dan mengesankan. Dia dari Finlandia. Aku sempat dekat dengannya. Bahkan aku sudah menciumnya. Tapi..." Sehun menggantungkan kalimatnya. Suaranya seperti tercekat di tenggorokan.
"Tapi apa?" tanya Chanyeol penasaran.
"Dia... seroang.... transgender..." jawab Sehun lalu menunduk.
Chanyeol menempelkan ujung kuku jempolnya di sudut bibirnya. Kebiasaan ini akan dilakukannya jika mendapat cerita yang—menurutnya mengerikan sekaligus menyedihkan.
Pasti hati Sehun remuk ketika mengetahui calon kekasihnya itu transgender. Tapi, bukankah mengetahui di awal itu lebih baik daripada nanti saat cinta itu sudah tumbuh lebih tinggi lagi.
"Ini pengalaman percintaan terburuk yang pernah aku alami." katanya dengan mata memancarkan kesedihan.
"Kau mencintainya?" tanya Chanyeol hati-hati.
"Tentu saja.... Tidak! Hahaha... Kau tertipu Chanyeol." Sehun terkekeh puas karena telah berhasil menipu sahabatnya yang mulai bersimpatik itu.
Sialan!
Dua hal yang Sehun dapatkan dari London. Akting yang meyakinkan dan kebohongan yang begitu terasa nyata.
"Anyway, Wanita yang kau tabrak itu cantik tidak?" Sehun tampak penasaran dengan wanita berhidung bengkok itu.
"Astaga!" Chanyeol menepak jidatnya.
"Lemari es di apartemen rusak dan tidak ada makanan di sana." Chanyeol tampak panik.
"Apa urusannya dengan wanita yang kau tabrak itu. Jawabanmu itu tidak nyambung sama sekali. Aku bertanya, wanita yang kau tabrak itu cantik tidak?" Sehun heran dengan jawaban Chanyeol yang—sepertinya bukan jawaban melainkan pernyataan.
"Wanita itu tinggal di apartemenku."
"Apa? Bagaimana bisa?" dahi Sehun berkerut tebal.
***