9; orang lain (2)

956 211 315
                                    

soundtrack : watch - billie eilish

"Lo apain Calum kemaren, hah?! Kalo lo ada apa-apa sama dia, bilangin ke gue aja! Jangan main keroyok gitu! Punya otak nggak sih!"

Kesabaranku sudah habis. Aku berteriak kepada Luke dengan suara yang benar-benar keras, menguras udara yang ada di paru-paruku. Aku langsung membanting tasku, tak peduli jika teman-teman satu kelas melihat kita. Lia dan Ashton mendekat, lalu aku berteriak, "Diem lo semua di situ! Gak usah ikut campur!"

"Jadi lo masih belain dia?! Meskipun dia udah kayak bajingan gitu ke lo?! Lo harusnya sadar, yang gue lakuin itu bener, Ath!"

"Nggak gitu juga caranya Luke! Gue gak suka cara lo ngebelain gue!" Aku berteriak juga, membalas perkataannya, "Inget Luke, kita cuman temen. Nggak lebih. Lo mau ngelindungin gue? Oke, tapi jangan posesif kayak gitu, lo bukan bapak gue."

Luke menyipitkan matanya, mencoba mengatur napasnya yang terengah-engah. Aku juga terdiam, mengatur emosiku sendiri. Ke-30 siswa di kelas IPA-1 tidak berani mendekat. Mereka hanya terdiam, tidak ada yang benar-benar berani bergerak. "Gue seharusnya nggak ngomong ini, tapi seharusnya lo inget apa itu berterima kasih sama orang."

Luke Hemmings yang aku kenal tidak pernah semarah itu keluar, dan aku menundukkan kepalaku. Dia berjalan keluar tepat di sampingku, dia pasti sangat marah. Saat dia keluar, dia menabrakkan bahunya dengan bahuku, dan itu benar-benar sakit, namun aku menahannya. Aku bisa melihat dari manik mataku, bahwa dia. Tidak. Akan. Pernah. Melihat. Ke. Belakang.

Lia menatap gue dengan tatapan yang melemah, "Gue harap lo bakal nyesel dengan kejadian ini, Ath. Luke cuman pengen ngelindungin lo, karena lo nggak tahu siapa sebenarnya Calum yang lo bangga-banggakan itu. You're blind. I hope you realize that."

Lalu Lia keluar.

Aku menarik napas, menghembuskannya, dan megap-megap dalam diam.

Jadi sekarang kami terpecah menjadi dua pihak. Pihakku dan Luke. Lia berada di pihak Luke, dan Ashton berada pihakku.

Ashton langsung membawaku ke pelukannya. "Nggak apa-apa, Ath. Gue tahu ini susah. Kita cuma salah paham aja. Kalo kita ngomong baik-baik, pasti bisa bikin kita tenang."

Aku mengangguk. Teman-teman sekelas yang melihat kami, belum membubarkan diri. Kemudian aku berkata kepada mereka, "Sorry. tadi gue emosi banget. Sorry pokoknya."

"Gapapa-gapapa," teman-teman berkata demikian, lalu mereka membubarkan diri. Sementara, aku meminta kepada ketua kelas agar aku duduk bersama Ashton, dan ketua kelas setuju. Dia berkata, "Tenang, ini juga demi lo sama Luke. Gue harap lo cepet baikan sama dia."

Berita ada apa denganku-Calum-dan Luke dengan cepat menyebar, memberikan tanda tanya di angkatan IPA kelas 11. Setiap kali aku melewati pada siswa IPA-5, mereka tidak segan-segan bertanya, "Ada apa sih lo sam Calum? PDKT ya?" atau juga ada yang, "Cie, dicariin Calum lho di kelas." Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

PDKT ndas-mu.

Nggoleki pathakmu.

Jadi ya begitu, semuanya berjalan dengan datar. Satu hati aku jalankan dengan diam. Suasana kelas juga menjadi tidak seseru sebelumnya. Amira menyarankan kepadaku untuk segera berbaikan dengan Luke, namun aku bingung caranya. Saat di laboratorium, pelajaran biologi, karena aku satu kelompok dengan Luke, aku mengambil duduk paling pojok. Luke juga. Halida dan Billy juga bingung, jadi mereka ikutan diam.

Anggite aku yo gak bingung a.

Jadi kemarin Calum mengantarkanku pulang, dengan keadaan hampir babak belur. Sebenarnya, saat kami berdebat di UKS, aku sudah ingin menanyakan ada apa dengan dia, namun semuanya terjadi begitu saja.

ethereal • cth ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang