funfundwanzig

147 14 3
                                    

Dua hari kemudian.

"BARANG lo udah semua, kan? Benar gak ada yang ketinggalan?"

Ethan mengganguk yakin sembari tersenyum tipis menatap Louis, lalu menutup pintu bagasi taksi yang ia pesan.

"Hati-hati Ethan di jalan, semoga lo sampai dengan selamat. Jangan sampai ada barang lo yang hilang, ketinggalan atau apalah—"

"Lo bawel banget sih kayak emak gue, apa mau barang gue ditinggal semuanya di sini biar lo gak kangen gue?" ketus Ethan, namun tersenyum.

"Pengennya gitu, karena dorm bisa jadi sepi banget kalo gak ada lo," ucap Louis, lalu akhirnya ia memeluk teman sekamarnya yang sudah seperti adiknya sendiri selama enam tahun.

Ethan memeluk Louis erat, lalu melepas pelukannya pelan. Kemudian, lelaki itu menatap Angela yang berdiri di sebelah Louis.

Angela tersenyum tipis, matanya berkaca-kaca menatap lelaki yang ia cintai, "Bye, Ethan. Hati-hati," ucapnya pelan sambil melambaikan tangan kanannya.

Ethan memeluk Angela, kemudian ia memegang pipi Angela pelan. Ia menatap dalam-dalam detail wajah gadis yang akan ia tinggalkan—entah sampai kapan.

Cup!

Ethan tersenyum tipis setelah memberi sebuah kecupan di kening gadis itu. Angela balas tersenyum menatap bola mata Ethan, kemudian mengacak rambutnya.

"Vermisse dich," ucap Angela.

[Aku rindu padamu.]

"Ich vermisse dich auch," balas Ethan kemudian melangkah mundur mulai memasuki taksinya.

[Aku juga rindu padamu.]

Ethan membuka pintu taksinya, lalu kembali menatap ke arah Louis dan Angela bergantian. Bibirnya tersenyum pedih tak rela berpisah.

"Rein, schnell! Wir müssen jetzt gehen!" pinta sang supir taksi.

[Masuk, cepat! Waktunya aberangkat!]

Ethan mengganguk, menatap kedua sahabatnya sekali lagi, kemudian memulai perjalanannya kembali ke negeri Indonesia.

* * *

"Aufmerksamkeit. Für Flugpassagiere wird der AZ358 voraussichtlich bald einchecken."

[Perhatian-perhatian. Bagi para penumpang penerbangan nomor AZ358 diharapkan untuk segera check-in.]

Ethan menarik kopernya menuju tangga eskalator. Berhubung ia sudah selesai check-in, ia hanya tinggal menunggu di ruang tunggu.

Kepulangannya ini membuat hatinya tersiksa.

"Ethan!"

Jantung Ethan terasa terhenti. Ada yang memanggilnya? Tidak mungkin. Karena Louis dan Angela hanya mengantarnya dari dorm.

"Ethan!"

Ethan menolehkan kepalanya sesaat, kemudian mendengus kesal, "Tidakkah kau kularang untuk datang ke sini? Mengapa kau begitu berani untuk datang ke sini? Sudahlah, aku malas berdebat denganmu, pesawatku sebentar lagi berangkat." omelnya kesal.

Nach Sieben JahrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang