Spam komen yuk!
Jangan lupa Vote juga, makasih.
😍😍
.
.Keesokan harinya, Sean dan Vana sudah siap hendak pergi ke sekolah, keduanya tak banyak bicara, namun pagi ini Sean bersikap baik pada Vana.
Saat di depan rumah, Vana memperhatikam tetangganya yang juga sepasang suami istri yang baru saja menikah.
"Sean, liat deh tetangga baru kita yang baru aja pindah," ujar Vana, lalu Sean mengikuti arah pandang Vana.
"Emang kenapa?" tanya Sean dengn dahi berkerut.
"Suaminya selalu cium istrinya sebelum pergi, kenapa kamu enggak kayak gitu?"
"Aku sih maunya juga begitu, tapi aku kan enggak kenal sama istrinya. Gimana si?" ujar Sean yang sukses membuat Vana menatapnya dengan tajam, sontak Sean tertawa pelan.
Vana pun berjalan mendahuluinya dan memasuki mobilnya, lalu ia menyusul Vana dan duduk di samping Vana yang masih terlihat kesal.
"Lagian juga kan kita pergi bareng, pulang bareng, ngapain pake cium cium segala" ujar Sean.
"Apaan?" tanya Vana dengan tatapan yang menyebalkan.
"Tadi kamu bilang."
"Emang aku bilang apa?" tanya Vana masih dengan tatapan yang menyebalkan.
"Kamu pengen hamil kan?" tanya Sean yang menjahili Vana, hal itu membuat Vana berdecak sebal, dan Sean pun tertawa.
"Tadi kamu bilang pengen di ci-"
"Berisik, kamu makin hari makin ngeselin sumpah," ujar Vana yang menyela perkataan Sean.
"Aku-"
"Diem! Enggak usah ngomong!" sela Vana lagi yang membuat Sean bungkam sambil menahan tawanya, menurutnya Vana terlihat lucu dengan mengkode ingin di cium seperti tetangga mereka.
**
Saat tadi pagi, entah ada angin apa Sean mengusap kepala Vana seraya mengatakan 'belajar yang benar', lalu setelah itu Sean memasuki ruang guru, dan Vana sempat terdiam sejenak karena bingung dengan sikap Sean yang semakin perhatian..
Kini pelajaran pak Kay baru saja selesai, terlihat Vana yang tengah memakan salad sayur yang Levin bawa untuknya, padahal sekarang belum waktunya jam istirahat.
"Ini berdua aja," ujar Vana seraya membalikan tubuhnya ke belakang, dan menawarkan Levin.
"Enggak, gue sengaja bawain buat lo," sahut Levin, dan Vana hanya mengangguk kecil.
"Udahlah balikan aja, cocok kok," celetuk Julian yang sejak tadi duduk disamping Levin, ia merasa terlupakan.
Vana melanjutkan makananya, namun ia tiba-tiba membayangkan bagaimana shocknya teman-temannya saat tahu ia sudah menikah, terlebih Sean adalah suaminya.
"Liat si Vana Vin, dia senyum-senyum ngebayangin balikan sama lo," ujar Julian seraya tersenyum mengejek, sontak Vana memukul bahu Julian dengan keras.
"Jangan ngomong sembarangan," ujar Vana yang terlihat sebal.
"Yaelah, biarin aja kali. Gue dukung kalian berdua kok," ujar Julian seraya tertawa pelan, sedangkan Levin hanya tersenyum kecil memandang Vana, dan yang dipandang terus menghindari tatapan mata dengan Levin.
"Kayaknya segala makanan masuk ya ke perut lo, pantes aja badan lo sekarang gemuk," ujar Julian yang terus saja mencari topik untuk membuat Vana merasa kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher, My Husband
Teen Fiction"Gue cuma mau nikmatin masa remaja dengan senang-senang, bukan ngurus suami macem Sean yang setiap hari bawa selingkuhannya ke rumah!"