Spam komen yuk!
Jangan lupa Vote juga ya, makasih 💚💚
.
.Satu jam Vana tetap di posisinya, tangisannya terdengar lirih dan menyakitkan. Tak lama dari itu Sean keluar dari kamarnya dan berjalan menghampiri Vana.
"Bangun," pinta Sean seraya menarik tangan Vana, namun Vana menepisnya dan menatapnya dengan tajam namun sendu.
"Udah malem, kamu harus tidur."
"Aku mau pulang aja, aku enggak mau sama kamu lagi," lirih Vana di sela isakan lirihnya.
"Ini rumah kamu juga."
"Mau pulang kerumah Mama," sahut Vana yang membuat Sean menghela nafasnya pelan.
"Gak akan aku ijinin," gumam Sean, lalu ia menarik lengan Vana dengan paksa hingga Vana beranjak dari posisinya, lalu membawa Vana ke kamarnya.
"Sean, sakit," lirih Vana karena Sean mencengkram lengannya dengan sangat kencang, sontak Sean mengendurkan cengkramannya, hingga terlihat bekas merah yang ketara di pergelangan tangan Vana.
Sean mendudukan Vana di pinggiran kasur, ia mengusap pergelangan Vana dengan lembut.
"Aku cemburu Van, aku enggak bisa liat kamu sama Levin," gumam Sean yang membuat Vana mengangkat wajahnya dan menatap Sean dengan mata yang basah.
"Aku marah karena aku cemburu, aku marah karena aku sekarang tahu gimana perasaan kamu saat liat aku sama Irana. Maaf karena udah ngelampiasin semuanya ke kamu, aku enggak bisa nahan emosiku lagi," ujar Sean lagi seraya menatap Vana dengan sendu.
Sean pun mengusap jejak air mata di pipi Vana, "jangan nangis, maafin aku."
"Kamu egois," lirih Vana.
"Iya aku tau."
"Aku benci sama kamu, Sean."
"Gak apa-apa, asalkan jangan tinggalin aku," sahut Sean dengan suara pelan.
"Kamu minta aku buat tetap tinggal cuma buat liat kamu selingkuh sama Irana?" tany Vana dengan tatapan tak percaya.
"Aku tau aku egois, dan aku pastiin kamu enggak bakal pergi kemana-mana."
Sontak Vana menepis tangan Sean yang berada di pipinya, "mau sampai kapan kamu nyakitin aku? Aku udah sabar setiap hari ngadepin kamu, tapi rasa sabar aku belum ada balesannya juga. Aku cape, dan sekarang kamu minta aku tetep tinggal tanpa mikirin perasaan aku?" lirih Vana yang kembali meneteskan air matanya.
Sean memejamkan matanya sejenak, lalu ia menghela nafasnya.
"1 minggu, kamu tetep tinggal sama aku selama 1 minggu, kalau kamu masih enggak nyaman sama aku, kamu boleh pergi, aku enggak akan cegah kamu lagi," ujar Sean dengan suara pelan, kemudian ia keluar dari kamar itu, meninggalkan Vana yang kembali terisak lirih.
Vana sudah mulai mencintai Sean, ia berusaha untuk sabar menghadapi Sean yang masih menyelingkuhinya dengan perempuan lain, ia pikir ia masih memiliki kesabaran untuk menunggu Sean membalas perasannya, tapi ternyata tidak, ia sudah lelah dengan semua ini.
Vana pikir, lebih baik ia menyerah dengan pernikahannya, dan merelakan Sean untuk Irana.
**
Jam menunjukan pukul 10 malam, terdengar suara percikan air di dalam toilet, nampaknya Vana tengah mandi di dalam sana.
Mata Sean melirik ponsel Vana yang berdering di atas nakas, ia pun meraih ponsel tersebut dan melihat pesan dari Levin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher, My Husband
Teen Fiction"Gue cuma mau nikmatin masa remaja dengan senang-senang, bukan ngurus suami macem Sean yang setiap hari bawa selingkuhannya ke rumah!"