1. Di Hutan Lawu

2.1K 62 2
                                    

Dug!

"Aduh!"

Kasman meringis kesakitan sambil memegangi mata kakinya. Goresan tipis pendek tampak membalur di kakinya, berangsur membiru pertanda lebam.

Kasman meraih sebatang kayu setengah lapuk di depannya. Matanya menyapu pepohonan di sekelilingnya. Dengan menahan napas dan nyeri di kakinya ia beringsut berdiri, bertumpu pada seonggok kayu lapuk tadi dan berjalan tertatih kembali menaiki bukit.

Matahari mulai beranjak terbenam. Kasman mempercepat langkahnya, namun kaki kanannya yang bengkak enggan mengikuti komando dari kepalanya. Ia terasa semakin berat dan ngilu.

Tiba-tiba Kasman menghentikan langkahnya. Dari rimbunan pepohonan sepasang mata nanar tampak menyorot tajam ke arahnya. Burung hantukah itu? Iya, pasti burung hantu. Kasman menghibur nyalinya yang mulai ciut dan kembali berjalan, ketika tiba-tiba ...

Srrrttt!

Kasman menoleh tajam. Sesosok bayangan hitam berukuran sedang berkelebat di belakangnya. Menembus semak-semak setinggi dada orang dewasa. Kelincikah itu? Tapi terlalu kecil. Rusa? Babi hutan? Bisa jadi, atau mungkin ... Mbah Loreng? Harimau Gunung Lawu yang melegenda itukah? Kasman menelan ludahnya yang kelu dan pahit.

Kasman mengangkat kakinya tinggi-tinggi. Nyeri di kakinya sudah tak ia perdulikan lagi. Insting bawah sadarnya secara terus-menerus memompakan hormon-hormon kepanikan ke seluruh tubuhnya. Keringatnya mulai deras mengucur meskipun angin malam berembus kencang.

Kasman berlari sambil bernapas dengan mulutnya. Akal sehatnya yang sudah setengah sadar seakan mematikan nalarnya bahwa dia mempunyai hidung. Satu dua kali ia terjerembab ilalang yang semakin tinggi. Ia sudah tak mengenali alam sekitarnya, meskipun sudah sebelas bulan ia menetap di kaki gunung ini.

Cahaya bulan yang remang-remang sedikit membantunya memilah mana ilalang mana batang pohon pinus. Beberapa kali ia hampir menabrak batang pinus namun terselamatkan oleh cahaya malam. Namun keberuntungannya kali ini sedikit meleset. Dipicu kelelahan yang sangat, ia memutuskan beristirahat di bawah pohon. Tangannya yang sudah gemetar menjulur mencari sandaran. Dilihatnya batang pohon pinus yang hitam menjulang. Ia ingin bersandar. Namun ...

Wuzzz!

Batang pohon yang tadi dilihatnya ternyata adalah ilalang. Tubuhnya meluncur ke depan tanpa bisa ditahan. Sebuah jurang menganga di depannya. Kasman berguling-guling ke bawah sambil mengaduh. Satu hal yang ia ingat adalah melindungi kepalanya dari benturan. Maka ia sibuk berguling-guling sambil memegangi kepalanya. Kakinya yang semakin nyeri sudah tak ia ingat lagi. 

Kasman terus jatuh meluncur ke bawah sampai kakinya tiba-tiba merasakan sesuatu yang basah dan ...

Duggg!

Cahaya kuning berangsur gelap memenuhi kepala dan pandangannya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sedulur Papat Kalima PancerWhere stories live. Discover now