"Man! Bangun, Man! Bangun!"
Sebuah suara menyadarkan Kasman dari tidurnya. Kasman memegangi kepalanya yang pusing. Kakinya yang tadi bengkak kembali nyeri. Rupanya ia bermimpi.
Kasman memutar pandangannya. Ia mencoba mengenali tempat ia berada sekarang, serta orang-orang yang mengerubunginya. Ia terduduk di pinggir sungai di tengah hutan, dikelilingi oleh santri-santri Pondok Darul Ma'rifat. Sejenak ia celingukan mencari keberadaan Kiai Srenggi dan Airlangga. Pandangannya berhenti pada sosok berkharisma di hadapannya, Kiai Nuril Hamid.
Kiai Nuril tiba-tiba mendekat dan berbisik pelan di telinga kanannya, "Kamu bertemu seseorang, Man?"
Kasman hendak membuka mulutnya. Namun tiba-tiba, Kiai Nuril menatap tajam. Memberi isyarat kepadanya untuk tetap bungkam. Kasman mengangguk perlahan. Kiai Nuril tersenyum kemudian beranjak.
Kasman mencoba berdiri dengan dibantu teman-temannya. Mereka berjalan mengikuti Kiai Nuril Hamid kembali ke pondok.
Sejenak Kasman menoleh ke belakang. Namun yang ia saksikan hanya batang-batang pinus yang bergoyang pelan ditiup dinginnya angin malam.
Malam ini Kasman mendapat wejangan agung yang akan senantiasa membekas seumur hidupnya.
Daftar istilah
1 Penjagaan di malam hari.
2 Empat saudara dan yang kelima adalah pusatnya. Kepercayaan masyarakat Jawa bahwa setiap manusia ada penjaganya.
3 Pupuh Maskumambang, Serat Wulangreh. Sri Pakubuwana IV.
4 Serat Pepali. Ki Ageng Sela.
5 Serat Wedharaga. R. Ng. Ranggawarsita.
6 Pupuh Gambuh, SeratWulangreh. Sri Pakubuwana IV.
YOU ARE READING
Sedulur Papat Kalima Pancer
Ficção HistóricaKeempat begal tadi merangsek ke tengah dengan beringas. Brawok dan Jumpring melompat sambil mengeluarkan tendangan pamungkas mereka. Mahesa Kawulung mengayunkan pedang andalannya mengincar bagian leher. Anusapati menerjang tak kalah hebat dengan ped...