BAB 2

30 3 3
                                    

Jantung ini berdetak cepat, Mulut ini mengantup terkunci rapat, saat sang pujangga berada didekat

Hari yang amat biasa seperti hari-hari biasa. Alfian tampak malas melangkah menuju kelas jika saja tadi tidak ketahuan ingin bolos oleh Pak Suherman yang sok mengaku saudaranya Superman. Sebenarnya Alfian bisa saja kabur tapi sayang guru di sekolahnya mulai menggunakan cara yang picik seperti sekedar melaporkan kepada bokapnya, kan uang serta fasilitasnya jadi terancam dicabut mau tidak mau Alfian harus mengikuti peraturan sekolah.

Alfian Natarenandi Wijaya adalah anak semata wayang dari pengusaha ternama bernama Pratama Wijaya dan ibunya Allys Shahar Luna seorang designer cukup terkenal. Wajah tampan Alfian memang lebih dominan kepada ibunya yang cantik tetapi tak lupa hidung mancung yang menghiasi parasnya itu diturunkan langsung dari ayahnya.

Saat sampai kelas Alfian merasa risih wajah tampan nan rupawannya sedang diperhatikan oleh sepasang mata bukan tatapan cinta yang dia terima melainkan delikan kesal. Alfian sih menghiraukan berjalan santai ke arah bangku.

Baru satu detik dia mendudukan bokongnya di bangku sudah ada guru saja yang datang memang hari yang sial bagi Alfian. Niatnya sih ingin bolos malah belajar. Dia bersumpah siapapun guru yang memergokinya tunggu saja pembalasnya. Alfian malas memperhatikan pelajaran jadilah dia mengeluarkan handphone bersama dengan headset di dalam tas. Memasangkan kepada kedua telinga lalu dengan cekatan jari Alfian menekan ikon bertuliskan mobile legend.

"Mabar Ken?" Ajaknya.

Yang dipanggil menengok seperkian detik kepalanya mengangguk mengiyakan.
"Kuylah" Kata Kenan lalu mensilent suara handphonenya. Karena lupa membawa headset seperti Alfian.

"Baik anak-anak kalian mengerti? Silahkan kumpul bersama kelompok yang sudah disebutkan tadi. Ibu ada urusan mendadak jadi ketua kelas Rafa saya serahkan kepada kamu untuk menjaga ketentraman kelas ya" Ucap Bu Dian --guru seni budaya.

Tiba-tiba ada tangan yang menekan tombol tengah untuk tempat kembali ke aplikasi membuat game yang sedang dia mainkan ke close. Alfian merasa sangat murka kepada siapa saja yang melakukan itu.

"Jing! Ngajak ribut lo--" Omongan Alfian terpotong sesaat melihat pelakunya.

"Kenapa, marah?" Kata Sinta.
"Ini sekolah buat belajar bukan malah main game. Ga guna kayak gitu" Tambah Shinta.

Alfian cuma bisa menatap Shinta dengan tajam lalu berkata. "Ga usah sok"

Shinta tampak kaget dengan respon dari Alfian. Alfian memang orang yang ga suka di beri nasihat oleh orang lain kecuali orangtuanya sendiri. Makanya dia bersikap ketus kepada siapa saja yang memberinya nasihat dan so peduli.

"Al Shinta bener tahu. Terus lo denger ga barusan Bu Dian bilang apa?" Tanya Maya.

"Ga bakal denger lah May orang kedua telinganya di sumpel headset" Kata Shinta dengan nada sinis.

"Lo juga Ken bukannya tambah bener malah makin menjadi" Ucap Maya kesal.

"Ya kan gue-- pliss jangan bilang Naya yah gua males di ceramahin adik lo" Ucap Kenan. Yups, Naya adalah adik kelas X sekaligus pacar Kenan dan adik kandung dari Maya.

"Emang apa yang di bilang bu Dian barusan?" Tanya Alfian. Baguslah ada kemajuan yang pesat, aneh memang seorang Alfian menanyakan tentang pelajaran.

PrestigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang