BAB 3

27 3 0
                                    

Entah apa yang membuat otak ini terus memikirkanmu

Shinta melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya, lantai dua.

Dengan malas menengok kebelakang karena sebuah suara menghentikannya yang sudah hampir mencapai ujung tangga.

Siapa lagi. Jika bukan Vraka adiknya, Shinta melengos dan kembali melanjutkan langkahnya.

"WOii Shinta budeg loh ya!!" Teriak Vraka karena daritadi panggilannya tidak di gubris.

"Apaansi"

Shinta menatap kesal Vraka yang mulai melangkah menaiki tangga untuk menghampirinya di depan pintu kamarnya.

"Tadi kak Dion kemari nyariin lo"

"Capek gue ka baru balik"

"Idih emang gua ngapain lu ampe capek gitu hah?"

"Sumpah ya gue bilangin bunda loh ganguin gue mulu. Dan di ingat baik-baik ya ka kalo si kak Dion nyariin gue bilang gue ga mau ketemu dia" Setelah itu Shinta masuk ke dalam kamar tidak lupa menutup pintu kamarnya dengan kecang.

"Sableng" Ucap Vraka pelan.

Di dalam kamar Shinta menyetel musik di handphonenya dengan volume cukup kecang. Lalu ia melihat nama tugas kelompok di sekolah tadi. Shinta mengamati satu nama itu dengan intens.

"Alfian Natarenandi Wijaya"

Ucapnya kembali mengingat saat pertama kali cowok itu pindah ke sekolahnya di awal semester dua kelas sepuluh. Hari itu Shinta tengah membawa tumpukkan buku dengan susah payah ia melihat jalan karena buku yang Shinta bawa terlalu banyak sampai menutupi matanya untuk melihat.

"Kenapa berubah?" Tanyanya entah pada siapa.

Saat pertama kali bertemu Shinta merasa Alfian cowok yang baik karena telah membantunya membawa tumpukkan buku tersebut ke perpustakaan tapi kenapa sifatnya berubah ketika mereka berada di kelas yang sama sekarang.

Shinta menutup matanya berusaha menghilangkan gangguan pikirannya saat ini.

Apaan sih gue malah mikirin cowok aneh itu batin Shinta.

Shinta mulai terlelap dengan seragam sekolah yang masih melekat rapih di tubuhnya.

¤¤¤¤

"Fian gua mau pindah sekolah"  Ucap Reece masih mengunyah makanannya.

"Dimana?"

"Ya nanti lo juga bakal tahu. Btw gua sama bang Aldi sempet ketemu di bandara. Dia hubungin lo lagi?"

"Enggak tau, udah lost contact"

Alfian mengambil remot tv memencet tombol power on. Menonton acara tim bola kesukaannya.

"Alfian loh masih benci sama kelakuan bang Aldi?" Tanya Reece

"Ya sedikit" Jawab Alfian.

"Gua sih udah lupain yang dia perbuat dulu ya begimana pun bang Aldion pernah jadi patner kita tapi gua rada gondok sama kelakuannya sekarang malah nambah ga karuan" Ujar Reece.

"Hm ya udah lupain walau masih mikir gimana nyari cara buat balas dendam" Ucap Alfian.

Reece menatap Alfian dengan tatapan tidak percaya baru kali ini dia melihat temannya sebenci ini sama seseorang.

"Ha ha ha bercanda loh Al" Reece tertawa hambar memastikan ucapan Alfian itu tidak benar-benar.

"Buat apa gua bercanda. Dia yang udah banyak nyakitin orang yang gua sayang"

"Orang yang lo sayang?" Tanya Reece bingung.

"Hm"

"Gua juga benci dia sih ya namanya juga manusia Al pasti pernah khilap tapi gua rasa bang Aldion ada maksud di balik ini semua" Ucap Reece jadi melankonis.

"Bucin lo haha" Alfian tertawa mendengar ucapan Reece yang tidak pantas jika dia yang bicara. Terlalu aneh di dengar.

"Sialan" Umpat Reece.

¤¤¤¤

"Shinta.. bangun sayang"

Shelin-ibunda Shinta mencoba mengguncang bahu Shinta untuk membangunkan anaknya yang masih bergelung dalam selimut. Shelin menggeleng melihat seragam sekolah yang masih di kenakan putrinya itu.

"Bunda udah bilang kalau pulang sekolah tuh ganti bajunya" Ucap Shelin menarik telinga kiri Shinta.

"Aduduh bunda sakit ih" Rintih Shinta dengan suara parau.

"Bangun, mandi, habis itu makan" Ucap Shelin.

"Iya bunda" Kata Shinta pelan karena nyawanya belum pulih seutuhnya.

"Cepat bunda tunggu di bawah 15 menit belum di meja makan bund--"

"Iya bunda yang cantik kayak aku" Kata Shinta memotong ucapan bundanya.

Shelin terkekeh melihat kelakuan putrinya ia mengelus pucuk rambut Shinta sebelum pergi meninggalkan kamar putrinya.

Shinta menuruni tangganya sambil memainkan ponselnya. Dia sudah memakai piayama bergambar beruang dengan rambut yang sengaja di gerai.

"Lama amat mandi doang kayak siput"

Ledek Vraka tertawa melihat muka Shinta yang sekarang memerah marah akibatnya.

"Ya ga pa pa kali ka nama juga perempuan daripada lo mandi kayak capung pek ke pek doang" Ucap Sandra yang langsung duduk di samping Vraka.

"Idih kak Sandra malah belain Shinta bukannya aku"

"Vraka Kamu ga boleh manggil nama gitu ah Shinta kan lebih tua dari kamu" Kali ini Shelin ikut berbicara.

"Tuh dengar adekku" Ucap Shinta dengan nada meledek.

"Iya ya deh maaf"

"Jangan kebanyakkan cincong ah Vraka kayak cewek aja ayok makan" kekeh Sandra mendengar perkataan Shinta.

Setelah menghabiskan makan malamnya Shinta sempat membantu bi Dijah mengangkut piring kotor ke dapur. Lalu ia melangkah ke kamar untuk beristirahat.

Pagi harinya Shinta berangkat ke sekolah bersama Vraka seperti setiap hari mereka selalu menaiki motor maticnya.

"Kak buruan dandan mulu lo muka paspasan juga kayak ampas kopi"

Shinta menjitak kepala Vraka kencang. Vraka merintih kesakitan

"Sakit bege"

"Biarin aja siapa suruh ngatain gue, buruan deh nanti telat lagi gue" Ucap Shinta menepuk bahu Vraka.

Vraka hanya berdecak kesal di balik helmnya. Lalu melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumahnya menuju sekolah.

I'm back. Tidak lupa mengingatkan jangan lupa votement ya guys~~~

Tbc

PrestigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang