Untuk pagi yang cerah ini, Graha sudah duduk di teras rumah Ayash untuk menunggu cewek itu. Beberapa menit kemudian, munculah Ayash dari dalam rumahnya. Tanpa berkata, Ayash langsung keluar pagar. Tapi Ayash langsung membelalakkan matanya.
"Kita pergi sekolah pake ini?" Tanya Ayash kepada Graha, seraya menunjuk motor sport berwarna hitam dan merah milik Graha. Graha hanya mengangguk, bingung.
"Duuuh, tinggi banget. Gimanaaa, cara naiknya?! Terus, nanti pulang sekolah kan panas. Ya kali gue panas-panasan! Terus kalo pake motor otomatiskan pake helm, nah ntar nyampe sekolah rambut gue ancur!" Omel Ayash kepada Graha.
"Ya mau pake apa lagi. Cuma motor ini yang gue punya." Kata Graha dengan jujur.
Ayash mulai geram, "Lo bisa nyetir, nggak?"
"Bisa, kok. Gini-gini gue jago. Soalnya gue pernah nyetir sama bawa mobil pick up." Jawab Graha menyombongkan diri.
Ayash mendengus. Lalu, "Gue bukan tempat curhat! Pake mobil gue aja, deh. Motor lo taruh aja di sono." Kata Ayash, seraya menunjuk ke dalam garasi.
"Nggak papa nih, kalo pake mobil lo?" Tanya Graha meyakinkan. "Bacot banget, sih! Nggak papa kali, cepetan deh! Ntar yang ada jadi telat, nih." Seru Ayash sambil melirik jam putih ditangannya. "Kunci mobilnya sama Mang Ali, tuh."
Graha pun bergegas memasukkan motornya ke dalam garasi. Tak lupa mengambil kunci mobil yang ada pada Mang Ali.
Ayash masih berdiri, ketika mobil sudah di keluarkan dari garasi. Graha mengernyit, lalu membuka kaca pintu mobil.
"Kenapa nggak masuk?" Tanya Graha bingung. "Ya bukain lah, pintunya!" Seru Ayash sambil membalas chat dari Indy.
Graha membelalakkan matanya. Anjir, nih bocah. Emang dia pikir gue supirnya apa, batin Graha dengan perasaan yang kesal.
"Woi, cepetan!" Seru Ayash dengan sinis. Dengan sangat terpaksa, Graha membukakan pintu mobil untuk Ayash. Ayash mulai berjalan dan masuk ke dalam mobil, namun karena ia sambil memainkan handphone-nya, kepala Ayash menjadi kejedot bagian atas mobil. Graha yang melihat itu refleks tertawa.
Ayash meringis kesakitan, sambil mengusap kasar kepalanya yang kejedot. Ayash memukul lengan Graha dengan keras. "Kampret, lo! Gue kejedot lo malah ngetawain gue!"
"Cepetan, deh! Telat, baru tahu rasa lo." Suruh Graha yang menahan tawa.
Ayash dengan cemberut masuk ke dalam mobil. Graha mengelilingi mobil, masuk ke dalam mobil, lalu menyalakan mesin mobil dan menjalankannya dengan kecepatan sedang.🍃 🍃 🍃
"Nggak usah dibukain!" Kata Ayash dengan sinis. Graha mengangkat alisnya, "Kenapa? Marah gara-gara gue ngetawain lo tadi?" Tanya Graha, aneh pikirnya.
"Nggak, ngapain gue marah- eh tapi gue marah juga sih, soal itu. Tapi nggak terlalu penting banget. Yang penting itu gini, gue nggak mau aja anak-anak yang lain pada liat. Nanti mereka kira, gue pacaran ama lo. Secarakan lo itu nggak populer. Mau ditaruh dimana muka gue kalo mereka sangka, gue pacaran ama lo." Jawab Ayash panjang lebar.
Graha yang mendengar jawaban dari Ayash itu menatap sangsi cewek yang berada di sampingnya itu. Sungguh menyebalkan. Benar-benar tantangan baru baginya, untuk menghadapi cewek seperti Ayash.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tranquility
Teen FictionMalu. Itulah yang dirasakan Ayana Salshabilla Zianda, saat Mami-nya mengutus seseorang untuk melindungi, menjaga, dan mengawasinya. Apa kata teman-temannya nanti? Bisa-bisa Ayash dibully dan dikatai seperti anak TK. Nugraha Ferdinand. Laki-laki yang...