Waktu telah menunjukan pukul 9 malam. Langit malam kota Seoul cukup dipenuhi banyak bintang karna bulan ini musim panas akan segera tiba. Berbarengan dengan akan berakhirnya masa semester sekolah, sepasang suami istri ini tengah asik berdiskusi tentang sekolah yang cocok untuk putri semata wayang mereka yang akhir bulan ini akan segera lulus dari sekolah menengah pertamanya.
“Bagaimana kalau Avsen High School, bukankah itu sekolah yang cukup bagus?” ucap seorang wanita yang kini tengah sibuk berdiri dihadapan sebuah cermin full bodyyang merefleksikan dirinya dengan gaun malam berwarna hitam miliknya.
“Kau yakin?” tanya pria jangkung seraya memeluk wanita pertamanya yang malam ini cukup terlihat menggoda.
Pria ini memilih memeluk sang wanita dari belakang karna ia tak mau mengganggu kegiatan istrinya yang tengah membetulkan gaun malamnya.
“Ya, Jae Ra bilang beberapa teman sekolah pertamanya juga banyak yang melanjutkan disana.” ucap Hye Ra melirik Sehun dari pantulan cermin.
“Jae Ra harus punya banyak teman, jangan terus menerus bergaul dengan orang yang sama. Bukankah beberapa teman Jae Ra yang sekarang adalah teman sekolah dasarnya dulu?” tanya Sehun yang lalu mencium tengkuk Hye Ra.
“Memang. Jadi maksudmu kau ingin memisahkan persahabatan mereka?” tanya Hye Ra sedikit tajam.
“Tidak begitu Hye Ra, maksudku..-“
“Berpisah dengan sahabatmu adalah hal yang paling menyebalkan didunia, Sehun!” Hye Ra yang kini benar-benar menatap kembali Sehun melalui pantulan cermin dihadapan mereka.
Sehun menghembuskan nafasnya dengan sedikit kasar, “Yahh.. baiklah, terserah kau dan Jae Ra. Aku ikuti kemauan kalian.” Ucap Sehun yang lantas melepaskan pelukannya dari tubuh wanitanya ini.
“Kau marah?” tanya Hye Ra seraya menggapai wajah prianya. Menahan sesaat agar Sehun tak berlalu pergi.
“Tidak, aku hanya heran mengapa aku selalu mengalah pada pilihan kalian berdua?” jawab Sehun.
Hye Ra hanya tersenyum menanggapi ucapan Sehun.Wanita ini menarik wajah Sehun untuk lebih dekat pada wajahnya. Tepat, Hye Ra mengecup bibir Sehun untuk beberapa detik. Setelahnya mereka saling bertatapan seraya tersenyum kagum akan satu sama lain.
“Aku akan pergi ke kamar Jae Ra, memastikan apakah dia sudah tidur atau belum.” ucap Sehun. Hye Ra hanya menggangguk pelan untuk mengiyakan ucapan Sehun.
Sesaat pria itu langsung melangkahkan kakinya keluar dari kamar untuk segera pergi kekamar putrinya.
Sehun masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu kedalam kamar ini. Seseorang dari masa lalu yang pernah menempati kamar ini membuat Sehun terbiasa untuk terus bersikap seperti ini meskipun kini sang penghuni telah berganti menjadi putrinya.
“Kau masih belum tidur juga, Honey?” tanya Sehun saat melihat putri pertamanya yang masih asik dengan beberapa buku tebal diatas meja belajarnya.
Ya, ia masih dalam masa-masa menegangkan. Melewati hari-hari dimana ia dihadapkan dengan begitu banyaknya soal yang harus ia jawab dengan tepat demi mendapatkan nilai kelulusan yang bagus.
“Sebentar lagi.” ucap Jae Ra sedikit dingin.
Sang gadis masih asik dengan isi kepalanya. Entalah, kali ini Sehun tak bisa menebak apa yang ada dikepala putrinya, entah berbagai teory dan rumus Fisika ataupun pemuda tampan yang minggu lalu menabrak Jae Ra tanpa sengaja.
Sehun kini hanya duduk ditepi ranjang milik Jae Ra. Ia tengah asik melihat punggung putri satu-satunya yang kini telah beranjak dewasa. Usianya sudah menginjak angka lima belas tahun di hari ke tiga bulan April lalu. Semakin hari Jae Ra semakin terlihat seperti ibunya, entah dari fisik maupun sikapnya. Itu semua benar-benar mengingatkan Sehun akan kerinduannya pada Ibu kandung Jae Ra.
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Wedding
FanfictionSemua yang terjadi adalah tentang rasa takut. Sehun yang takut tak bisa bersikap adil, Hye Ra yang takut untuk terlupakan, dan Jae Mi yang terlalu takut untuk tak diterima.