Seharian ini Sehun sama sekali tidak dapat fokus bekerja karna pikirannya terus tertuju pada Jae Ra yang sudah hampir satu minggu ini terlihat murung. Terlebih lagi pikirannya semakin menjadi saat Jae Ra menolak ajakan Hye Ra untuk makan malam, gadis itu beralasan bahwa dia sedang ingin beristirahat dan bisa membuat makanan sendiri jika ia terbangun ditengah malam karna kelaparan.
Sehun lagi-lagi masuk kedalam kamar Jae Ra tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Tidak seperti biasanya yang duduk disamping tempat tidur, kini Jae Ra tengan membaringkan tubuhnya dengan berselimut tebal.
Sehun menghembuskan nafasnya kasar saat menyadari lagi-lagi Jae Ra sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, karna kini matanya terlihat tengah tertuju pada satu arah yang pasti bukan merupakan topik utama pikirannya.
“Jae Ra?” ucap Sehun yang lagi-lagi membuyarkan lamunan Jae Ra.
Gadis ini langsung memposisikan wajahnya untuk menghadap sang ayah yang kini tengah duduk disampingnya.
Sehun hanya menatap kearah Jae Ra seraya mengelus rambut hitam putri kecilnya yang kini telah menjadi seorang gadis cantik.
“Kenapa?” tanya Jae Ra yang memperhatikan sang ayah karna sedari tadi pria ini terus terdiam menatapnya.
“Harusnya Appa yang bertanya, kau kenapa?”
Jae Ra kini terdiam, ia merendahkan pandangannya untuk tak menatap mata sang ayah yang kali ini terlihat mengkhawatirkannya.
Sehun juga terdiam untuk beberapa detik. Kemudian pria ini memposisikan tubuhnya untuk berbaring disamping Jae Ra, berusaha menatap mata putrinya lebih dalam.
“Kali ini Appa menuntutmu untuk bercerita!” ucap Sehun yang tak mengalihkan pandangannya kearah lain demi terus berusaha membaca apa yang ada didalam kepala Jae Ra.
Jae Ra terdiam, ia menatap kembali mata Sehun. “Appa tak suka melihat anak gadis Appa terus murung karna sesuatu. Ayo! Ceritakan apa yang ada didalam kepalamu!” ucap Sehun yang terasa sedikit serius dengan tatapannya.
Jae Ra terus memperhatikan wajah Sehun yang kali ini tepat berada dihadapannya.
“Aku akan cerita pada Appa tapi tidak sekarang.” ucap Jae Ra berusaha meyakinkan sang ayah.Sehun terdiam. Lagi-lagi ia gagal memaksa anak gadisnya ini bercerita.
“Jae Ra!” ucap Sehun yang kali ini menjadikan tangan kanannya sebagai sanggahan kepalanya, ia ingin sedikit lebih dekat dengan Jae Ra.
“Kau memikirkan Jae Mi Omma dan Sean?” tanya Sehun berusaha memperlihatkan senyum tipisnya.
Kini Jae Ra yang berhasil dibuat semakin terdiam atas pertanyaan sang ayah yang benar-benar menjurus pada topik utama pikirannya.
“Appa juga merinduka Jae Mi Omma, terlebih lagi Sean. Appa sudah 15 tahun ini tak bertemu dengan mereka.” ucap Sehun seraya menyingkirkan beberapa helai anak rambut yang menutupi wajah Jae Ra.
Jae Ra masih terdiam, kini ia tak tau hal apa yang harus menjadi bahan pikiran didalam kepalanya.
“Appa!” ucap Jae Ra dengan suara lemahnya.
“Aku juga ingin bertemu dengan mereka.” lanjut Jae Ra.
Sehun terdiam. Ada sesuatu yang berhasil membuat dadanya terasa sesak saat indra dengarnya menangkap suara Jae Ra yang seperti tengah menahan tangis.
“Selama ini..-“ Sehun menggantungkan ucapannya, ia tengah berusaha mengingatkan dirinya bahwa ia tak boleh menceritakan tentang pengorbanannya demi untuk menemukan Jae Mi dan Sean yang terus menghindar darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Wedding
FanfictionSemua yang terjadi adalah tentang rasa takut. Sehun yang takut tak bisa bersikap adil, Hye Ra yang takut untuk terlupakan, dan Jae Mi yang terlalu takut untuk tak diterima.