Malam ini ruang makan terasa begitu sepi meskipun anggota keluarga Oh tengah bersantap bersama. Mereka tengah fokus dengan pikirannya masing-masing yang lagi-lagi menyangkut dua figur yang sama, Jae Mi dan Sean.
Sehun tengah mengingat kejadian tadi siang saat ia berhasil bertemu dengan kakak kandung Jae Mi, Jung Jae Han. Sikap pria itu sama sekali tak berubah sejak mengetahui adik kesayangannya berhasil pergi setelah ia melahirkan anak kembar Sehun dan membawa salah satunya pergi melarikan diri ke luar negeri. Sehun menyadari bahwa mungkin Jae Han beranggapan bahwa adiknya tak ia jaga dengan baik, sebab itulah Jae Han selalu bersikap dingin terhadapnya.
Sementara itu Hye Ra kembali mengingat pertemuannya dengan pemuda bernama Sean yang tadi sore berdiri tak jauh darinya saat berada dikasir sebuah kedai kopi. Sean, bukan hanya nama sang pemuda saja yang menjadi bahan pikiran Hye Ra, namun parasnya yang hampir mirip dengan wajah Sehun berhasil membuatnya berpikir bahwa pemuda itu adalah kembaran Jae Ra.
Hampir sama dengan apa yang ada dipikirkan Hye Ra, kini Jae Ra juga tengah sibuk mencoba membandingkan wajah Sean yang menurutnya 98% mirip dengan wajah sang ayah. Terlebih lagi nama Sean yang melekat pada pemuda itu berhasil membuatnya teringat akan ucapan ayahnya yang minggu lalu berkata bahwa kembarannya adalah seorang laki-laki bernama Sean.
–
Berbeda dengan suasana meja makan keluarga Oh disana, orang yang menjadi bahan pikiran tiga orang tadi kini tengah asik menyantap makanan mereka seraya memperbincangkan beberapa hal tentang hari yang telah terlalui.
“.. Tapi kau pergi kemana?” Jae Mi yang kini mengarahkan pandangannya pada Sean, bertanya tentang kemana perginya ia tadi sore.
“Starbuck.” jawab Sean yang masih asik dengan Lasagna buatan sang Ibu.
“Yang ada dipersimpang jalan itu?” tanya Jae Mi yang hampir tertawa, menyadari bahwa anak laki-lakinya ini sangat payah, ia ternyata tak berani untuk pergi jauh.
Sean mengangguk seraya melirik wajah Jae Mi yang sedari tadi tersenyum mengejeknya.
“Hanya sejauh itu?” Jae Mi kini memperlihakan tawa kecil dari mulutnya.
“Mom, what happ..-, ahh” Sean menghentikan ucapannya karna kali ini ia tak mau mendapat ciuman dari bibir Jae Mi yang tengah menghabiskan sepiring pasta dengan saus tomat yang terlihat pekat disudut mulutnya.
Jae Mi lagi-lagi hanya tersenyum melihat Sean yang (sepertinya) frustasi dengan Bahas koreanya yang masih kurang bagus.
“Heii.. apa kabar sekolahmu? Kau mengerti tidak apa yang disampaikan oleh gurumu?” tanya Jae Mi yang kini memperlihatan wajah seriusnya dihadapan Sean.
“Bahasa korea ku masih pasif, Mom.” jawab Sean membalas tatapan Jae Mi.
“Mom rasa kau belum punya banyak teman, benar?” Sean hanya menghembuskan nafasnya kasar, mencoba menjawab pertanyaan sang Ibu tanpa harus berucap satu katapun.
“Mau aku carikan guru les bahasa korea untukmu?” ejek Jae Mi yang kini memperlihatkan deretan gigi putihnya.
“Aku tak sepayah itu, Mom!” ucap Sean yang merasa dirinya begitu direndahkan oleh Ibunya sendiri.
Kini yang Sean lihat, Ibunya tengah tersenyum begitu manis menatapnya.
“Baiklah, mulai sekarang biasakan dirimu berbicara dengan bahasa korea. Ok?!” ucap Jae Mi seraya mengacak-acak tatanan rambut Sean yang sebelumnya terlihat sangat rapih. “Ahh, Mom!” keluh Sean.
Jae Mi bangkit dari duduknya setelah ia menghabiskan segelas air putih. Ia mendaratkan bibirnya dipipi Sean.
“Goodnight, Sean” ucap Jae Mi yang bergegas pergi meninggalkan Sean yang masih asik dengan santapan makan malamnya yang belum juga habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Wedding
FanfictionSemua yang terjadi adalah tentang rasa takut. Sehun yang takut tak bisa bersikap adil, Hye Ra yang takut untuk terlupakan, dan Jae Mi yang terlalu takut untuk tak diterima.