[3] Hi, Goodbye

6.1K 378 38
                                    

Bukan seberapa besar pencapaian mu. Tapi seberapa hebat perjuangan mu dalam mencapai sesuatu. Angka dan nilai bukanlah patokan.

Hi, Goodbye

.
.
.
.
.

"Baiklah seperti yang saya sampaikan minggu lalu, hari ini saya akan membagikan hasil ulangan kalian. Bagi yang remedial NGULANG Ulangan di jam ini juga," tekan guru dengan kaca mata yang pindah tahta ke atas kepala itu.

Kelas XII IPA 6 seketika riuh, rata-rata dari mereka mendesah. Mendadak Remedial ulangan itu ibaratnya kayak berhadapan dengan boneka di Squad game. Iya semenggerikan itu.

"Pak, undur dong, Pak."

Pak Satya namanya, guru Bahasa indonesia itu kini menyeringai. "Saya sudah suruh kalian belajar kalau kalian lupa?"

"Pak, Pak." Watang mengangkat tangan. Semua bola mata menatap ke arahnya, berharap banyak. "Seperti halnya Bahasa Indonesia ada materi bernegosiasi. Kayaknya tepat coba di saat sekarang, pak."

Pak Satya mulai was-was, matanya memicing. Kini kaca mata yang bertengger di atas kepala itu kembali ke tahtanya.

"Kata-kata bijak mengatakan kalau kita mempersulit orang lain, maka keadaan akan mempersulit kita."

"Masuuuk!" Semua siswa mengangguk setuju.

"Setuju Pak setuju."

"Oke, khusus untuk Watang saya tambah 3 soal."

Suara tawa memecah kelas. Meledek Laki-laki berambut cepak itu yang kini melotot pada sang guru yang kita mengedarkan pandang pada seluruh siswanya. "Yah yah, pak. Jangan gitu, Pak. Sa-"

"Membantah tambah satu soal lagi Atang. Setuju?"

"Maaf, Pak saya izin pamit ke lima menit lalu, menarik kata-kata saya tadi." Dengan muka ditekuk, Atang menoleh pada Reno.

"No, keluarin meja Doraemon."

Reno yang sama gesreknya dengan Atang, kini menarik laci mejanya. "Masuk, Tang."

"Aku lupa cara masukknya, kaki apa kepala dulu?"

"Kalian korban Doraemon. Sudah diam, terima aja kenyataan. Kabur nggak akan bikin semua kelar."

Pak Satya menatap malas dia siswanya itu. Beliau kemudian mengambil tumpukan 25 kertas di atas meja. "Bagi yang tuntas tidak perlu remedial. Silakan bersenang ria di luar selama satu jam pelajaran."

"Itu pasti aku," celetuk Jija percaya diri, seketika mendapat sorokan.

"Huuu ..."

"Ketika ekspetasi tidak sesuai realitas, aw sakit, Ja."

Jija melirik sinis Watang. Perintah Pak Satya detik kemudian membuat sekelas langsung melongo. "Jija kamu maju."

Senyumnya lebar, dengan bangga ia bangun dari kursinya, memberikan lambaian.

"Ha gimana Pak gimana?"

"Cuman Jijafa Aurora yang tuntas. Heran saya. Maju Jija."

"Keren Ja, aku bangga sebagai sahabat kamu." Zenna mengacungkan jempolnya. Gauri memutar bola matanya malas. Tidak habis pikir.

Hi, Goodbye (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang