1. SACHER

82 13 32
                                    

Dont like, dont read. Tekan vote setelah baca ya, terima kasih:)

Lunar mengangguk pasrah ketika dia diminta untuk masuk ke SMA ternama pilihan kedua orangtuanya. Sebenarnya, dia ingin masuk ke Teladan, seperti Gysna, sahabatnya. Namun, karena paksaan dan tuntutan macam-macam dari kedua orangtuanya, maka dia memutuskan untuk menurut dan mau masuk Sacher dengan ikhlas.

"Sacher akan membawa kalian menuju kehidupan alam tiada batas." Salah satu senior tersenyum bangga sambil menyandang almamater kebanggaan Sacher.

Lunar berdecak malas. Sekolah ini memang dikhususkan untuk jurusan IPA. Tidak ada yang tidak IPA di sini. Padahal, Lunar hobi sekali mempelajarai sejarah perkembangan dunia.

"Kak, apakah tidak ada satupun pelajaran mengenai sejarah di sini? Seperti mempelajari tentang kaum Neolithikum atau apapun tentang proklamasi negara ini?" Lunar mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dengan tubuh pendeknya itu, Lunar menjadi kesusahan jika ingin mengajukan pertanyaan.

Senior tadi berdehem. "Ya. Itu memang pelajaran yang selama ini sudah kalian dapatkan. Tapi, jika kalian memang sudah mantap masuk Sacher, berarti kalian harus siap untuk meninggalkannya juga."

Mendengar penjelasan seniornya yang sedikit diberi bumbu sarkas itu membuat Lunar mengangguk pasrah. Dia harus menerima konsekuensinya ketika kakinya menginjak area Sacher. Lunar sendiri bingung, banyak yang bilang bahwa Sacher adalah sekolah yang memberi masa depan terjamin, namun Lunar ingin menolak mentah-mentah pemikiran itu.

"Hai, kamu Lunar Adinantara? Wah, suatu kehormatanku bisa berkenalan langsung dengan anak dari seorang penemu Cynta." Seorang perempuan dengan tinggi mencapai 170cm itu mendekati Lunar. Lalu menjabat tangannya.

Lunar mengerjapkan matanya berkali-kali. "Ahiya. Senang bertemu denganmu juga."

"Aku Moonlight Sonata. Terserah mau memanggil apa, tapi aku lebih suka dipanggil Sona." Sona tersenyum lebar, wajahnya yang berkharisma tinggi tampak menawan.

"Baiklah, Sona. Aku akan lebih tertarik juga jika kau memanggilku Lunar."

Keduanya tersenyum, lalu berjalan mengitari penjuru Sacher. Berharap menemukan suatu keistimewaan lainnya. Sacher sebenarnya jika dilihat dari segi sekolah, sama dengan sekolah lainnya. Namun, ada sebuah laboratorium botani raksasa yang berada diantara gedung perpustakaan. Lunar berdecak kagum, laboratorium botani itu memuat banyak segala jenis tumbuhan, bahkan yang sangat langka sekalipun.

"Yah, setidaknya kau bisa belajar botani dua kali lipat dari yang diajarkan orang tuamu di rumah." Sona tertawa hangat, diikuti Lunar yang merapatkan almamater barunya. "Dan, lihatlah. Almamater ini memiliki prinsip seperti jaringan epitel. Dia bisa jadi proteksi dan sekresi. Kalau kau merasa kedinginan, coba tekan simbol Sacher dua kali. Maka, akan ada rasa hangat yang menjuluri badanmu."

Lunar melakukan sesuai ucapan Sona. Dia menekan simbol burung elang emas itu dua kali, lalu sebuah sensasi hangat mulai menjalari tubuhnya ditambah dengan sedikit uap panas. Lunar menghela napas lega, almamater Sacher memiliki banyak kegunaan.

Sebuah suara terdengar nyaring. Mirip suara sirine raksasa. Itu adalah bel peringatan untuk berkumpul di aula. Lunar dan Sona segera bergegas dari labratorium botani itu untuk menuju aula sekolah yang terletak di dekat gedung kelas XI.

"Adik-adik semua. Kalian sudah melihat seisi penjuru Sacher. Kini saatnya pembagian kelas. Baiklah, pembagian kelas akan ditentukan dengan magic wheel ini." Ketua OSIS yang bernama Rana mulai meminta semua siswa untuk baris berurutan.

Sona menarik tangan Lunar agar berada di depannya. Tubuh Sona yang tinggi itu bisa menjadi tameng Lunar jika dia didesak-desak oleh siswa lain.

"Terima kasih." Lunar berucap dengan tulus. Yang disambut senyuman lebar milik Sona.

Fallen With LunarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang