2. WHAT HAPPEN?

59 10 15
                                    

Dont like, dont read. Tolong vote setelah baca ya, terima kasih:)

"Memangnya aku harus selalu salah jika bertanya?" Lunar memajukan langkahnya, dia benar-benar marah kali ini. Sudah lima belas menit sejak kedatangan mereka di depan ruang kelas XI-Alfa, dan Rega tidak juga mengajaknya bicara.

Rega hanya diam, memberikan ekspresi monoton yang membuat Lunar semakin kesal. Tangannya terangkat, hendak memukul pundak Rega dengan kekuatannya. Namun, dia mengurungkan niatnya ketika sepasang tangan kekar sudah mehanan tangannya terlebih dahulu.

"Kau tidak salah, hanya mengganggu." Rega menggenggam tangan Lunar erat, lalu mengehentakkannya dengan sedikit keras. Membuat Lunar hanya bisa mengaduh pelan, sambil terus melanjutkan pengukurannya.

Lunar mendecih. "Bilang saja mau stalker. Ah, atau jangan-jangan, kau malah tahu semuanya tentang diriku?"

"Sudahlah, Pendek. Kau sebaiknya cepat mengukur, aku tidak ingin berlama-lama disini." Rega menghela napas keras, lalu pandangannya langsung menyapu arah lain, sepertu sedang mencari sesuatu.

"Apa kau merasa ada yang mengikuti?" Lunar masih bertanya. Dan itu cukup untuk membuat urat-urat leher Rega hampir lepas. Memang, dia harus ditakdirkan semenderita ini? Rega merutuki nasibnya.

"Lanjutkan, Pendek. Fokuslah pada pengukuranmu." Rega mengibaskan tangannya, lalu kembali mengukur.

Lunar mencebikkan bibirnya malas. "Terserah kau sajalah."

"Rega?" Sebuah suara perempuan selembut beludru itu terdengar dari depan ruang kelas. Dan itu sempurna membuat Rega dan Lunar menoleh secara bersamaan.

Rega mengernyitkan dahinya. "Rachel? Kau tidak belajar?"

Gadis berkepang dengan rambut hitam kecokelatan itu tersenyum, lantas menggeleng lembut. "Aku tadinya mau ke perpustakaan, tapi melihatmu sedang melakukan pekerjaan, jadi aku putuskan untuk kesini saja." Pandangan Rachel lalu berpindah pada Lunar. "Kamu pasti Lunar Adinantara? Salam kenal, ya. Aku Rachel Timlin."

Lunar balas tersenyum. Tidak menyangka bahwa dirinya memang terkenal di Sacher. Tapi, mengapa Rega dan Rachel seperti sudah saling mengenal? Bukankah Rega adalah murid kelas X yang baru saja masuk kemari, sama sepertinya.

"Aku dan Rachel bersahabat sejak kecil." Rega menengahi, seperti paham apa yang sedang dipikirkan Lunar. "Kami sudah bersama-sama sejak SMP, tapi dia mengikuti akselerasi, dan akhirnya dia menjadi kakak satu tingkatku sekarang."

Lunar memgangguk, lalu melanjutkan pekerjaannya untuk mengukur panjang daun mawar atau hukumannya akan ditambahi menjadi dua kali lipat.

Rachel memajukan langkahnya, agar jaraknya menjadi lebih dekat dengan Lunar dan Rega. "Mau aku bantu?"

Rega cepat menggeleng. "Tidak usah, Rachel. Aku hargai kau mau membantu, tapi aku tidak ingin kalau nanti tugas kami akan ditambah dua kali lipat."

Mendengarnya Rachel tertawa. "Baiklah, Rega. Selamat mengerjakan tugas. Aku harap kalian berdua betah sekolah di Sacher. Dan oh ya, asramamu bersebelahan dengan asramaku, Lunar. Nanti, kalau mau tanya tugas, masuk saja ya." Rachel meninggalkan keduanya dengan lambaian.

Setelah Rachel pergi, Rega dan Lunar kembali mengerjakan tugasnya sampai akhirnya mereka tiba di kelas XI-Hotel. Sebuah bayangan mendadak menerobos tubuh mungil Lunar. Karena gerakan refleks secepat itu, membuat Lunar sempurna terjerembab ke lantai . Dan alhasil, keningnya membentur pilar hingga dia tak sadarkan diri.

☆☆☆

Lunar mengerjapkan matanya perlahan ketika dia merasa tubuhnya tak lagi ringan, sudah kembali berisi lagi seperti biasanya. Dia menoleh dan mendapati Sona sedang memenyentuh layar holgram dengan Rana yang ada di sampingnya.

Fallen With LunarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang