3. ABOUT REGA & RACHEL

53 10 9
                                    

Rega berjalan cepat menuju ruang perpustakaan. Mungkin, Rachel sedang di sana bersama dengan si kembar Venus dan Uranus. Rega mendesah pelan, ketika melihat Rachel yang asyik berdiskusi dengan anggota OSIS lainnya, dan dia lebih benci karena melihat Rana yang juga ada di sana.

Karena OSIS-lah, Rega dan Rachel tidak sedekat dulu. Hal tersebut yang membuat Rega benci setengah mati dengan organisasi yang sering ia anggap sebagai 'antek-antek sekolah' itu. Rana yang menghadap persis ke pintu perpustakaan mendadak terdiam. Karena sikapnya, seluruh anggota juga ikut melihat ke arah pintu, tak terkecuali Rachel.

Rachel menatap Rana sejenak. "Sebentar, aku ada urusan." Dia segera beranjak lalu mengajak Rega untuk ke depan perpustakaan.

"Ada apa?" Rachel mengernyitkan dahi. "Kau tidak mengabariku dulu."

"Ini penting. Lunar bilang dia ditabrak bayangan hitam, dan dia pingsan selama itu." Rega menelan salivanya kasar. "Apa kau berpikiran sama denganku pada pelaku yang mencelakai Lunar?"

Rachel terdiam. Gadis berpekepang yang mendapat predikat gadis terpintar di kelas XI itu menampakkan urat dahinya yang menandakan dia sedang berpikir keras. Tangannya mengetuk dagunya berkali-kali, masih mencoba berpikir dengan ucapan Rega barusan.

"Maksudmu Zavier dengan tongkat pemanipulasi pikiran itu?" Rachel menangkap satu sinyal yang terlintas dalam pikirannya.

Rega mengangguk. "Tapi, atas dasar apa jika Zavier pelakunya? Memangnya dia membutuhkan Cynta milik kedua orang tua Lunar?"

"Atau mungkin, Lunar adalah-" ucapan Rachel terpotong sesuatu. Namanya dipanggil dari arah pintu perpustakaan.

"Rachel, kami butuh persetujuanmu mengenai proposal ini. Cepat selesaikan urusanmu dan kembali ke dalam." Yura yang menjabat menjadi wakil ketua OSIS itu menatap tajam ke arah Rachel.

"Kami belum selesai. Memangnya kalian tidak bisa mengambil keputusan tanpa Rachel?" Rega menyentak kasar. Tangannya mulai mengepal keras.

Yura memicingkan matanya. "Aku tidak peduli. Tapi, setiap ada proposal, maka seluruh anggota OSIS harus ikut andil untuk memberi persetujuan."

"Persetanan dengan proposal tidak bergunamu itu!" Rega tetap kukuh pada pendiriannya lalu menarik tangan Rachel menuju tempat yang agak sepi. Dia tidak ingin merasa terganggu orang lain lagi, menilik ini demi kebaikan Lunar.

Rachel hanya mengekori langkah panjang Rega, sambil sesekali menatap wajah tegas Rega. Rachel sendiri bingung, mengapa Rega selalu sensitif menyangkut dirinya. Terlebih, Rega sering mengacuhkannya hanya karena dia tidak memberi kabar, sebab Rachel tengah mengikuti rapat OSIS.

"Lanjutkan." Rega menatap dingin kedua manik mata Rachel. Sebenarnya, Rega memang bisa membaca pikiran orang lain, itu sudah menjadi kelebihannya sejak ia kecil. Namun, Rega memang pandai menutupinya tanpa celah.

"Aku pikir dia anak Putri Solarya. Tapi, entahlah. Auranya tidak terlihat sama sekali."

Rega mengernyit. "Tidak mungkin. Dia hanya gadis lugu yang bahkan tidak tahu menahu apa-apa kecuali tuntutan belajar dari kedua orang tuanya."

"Begini. Sehabis ini akan ada seleksi masuk klub. Mungkin, kau akan tahu ketika dia memilih klub." Rachel tersenyum puas.

"Apa maksudmu?" Rega masih merasa bingung.

"Setiap seleksi klub harus menunjukkan kekuatan yang terpendam dari diri masing-masing. Jika Lunar memilih klub yang berurusan dengan alam, maka kau pasti bisa merasakkan auranya."

☆☆☆

"Hai, Pendek." Rega menyapa dengan wajah sumringahnya seperti biasa. Lunar yang ingin meminum susu buatan Sona segera mengurungkan niatnya.

Fallen With LunarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang