Apapun yang terjadi kemarin itu hanya salah paham Guanlin. Shira sama sekali tidak ada hubungan apa-apa dengan Mark, mereka hanya sebatas teman enggak lebih. Sudah berkali-kali Shira mencoba menghubungi Guanlin dan hasilnya nihil. Guanlin selalu menolak panggilannya, bahkan pesannya pun tidak ada yang dibalas.
Mungkin memang sudah seharusnya Shira tidak berurusan dengan mantannya itu. Memang tidak seharusnya Shira masih berharap dengan Guanlin dengan rasa yang dulu.
"Hei Ra. Jangan ngelamun lagi, ntar kesurupan lo... " canda Mark yang lalu duduk di hadapan Shira.
Shira yang kebetulan sedang duduk sendirian di kantin, membuat Mark terpanggil untuk duduk bersama.
"Gimana Mark? Lo yang bakalan ikutan lomba debat apalah itu?" tanya Shira.
Kemarin Mark bilang kalau Mr. Yoga memintanya untuk mengikuti lomba debat itu, dan bilang kalau Mark harus segera menemuinya untuk seleksi.
Mark menggelengkan kepalanya cepat, "gak jadi gue. Lucas sama siapa lah itu gak kenal gue."
Shira hanya mengangguk paham. Mark lalu mengeluarkan sebuah tempat makan. Shira sudah tau akan kebiasaan Mark ini. Kadang dia suka bawa nugget ataupun sandwich, atau makanan lainnya.
"Mau Ra?" Mark menawari nugget yang kali ini dia bawa.
"Mau lah."
Shira lalu tersenyum dan mengambil nuggetnya. Mark balas tersenyum.
Bagi Mark, sebisa mungkin dia harus ada disisi Shira ketika dia sendirian. Bagi Mark, Shira sudah menjungkirbalikkan hidupnya sejak awal bertemu. Ya, Mark menyukai Shira sejak pertama kali bertemu. Sejak mereka berkenalan saat ospek kampus dan ternyata mereka satu jurusan.
Dan Mark tau, kalau cowok kemarin itu adalah mantannya, Guanlin. Mark tau dari Somi. Dia mencari tau apapun tentang Shira dari Somi. Bahkan Somi mendukung jika Mark ingin menjadikan Shira lebih dari sekedar teman.
Dan Mark, tidak main-main. Dia ingin serius dengan Shira.
"Turun dari mobil gue sekarang!" teriakannya membuat Nancy cukup kaget.
"Tapi Lin... "
"GUE BILANG TURUN!" bentak Guanlin ke arah Nancy.
Nancy langsung mengambil tasnya dan turun dari mobil Guanlin yang menepi di pinggir jalan karena ucapannya sendiri. Guanlin marah karena Nancy membandingkan dirinya dengan Shira. Nancy sudah tau siapa Shira dan merasa kalau Shira menjadi pengganggu dalam hubungannya dengan Guanlin.
Guanlin lalu mengendarai mobilnya meninggalkan Nancy yang sedang berjalan pergi menjauhi mobil Guanlin.
Nancy membalikkan badan lalu mendengus kesal ketika melihat mobil Guanlin dengan kecepatan tinggi pergi, "bahkan dia tega ninggalin gue kayak gini?"
Nancy benar-benar tidak habis pikir dengan Guanlin. Hanya karena ucapannya Guanlin tega meninggalkannya.
Guanlin lalu mengendarai mobilnya menuju kampus Shira dengan petujuk maps pada ponselnya. Karena tidak tau pasti dimana letak fakultasnya, Guanlin memilih berhenti di depan atm center lalu menghubungi Shira.
"Dimana?" tanya Guanlin.
"Lagi di kampus." jawab Shira bingung.
Shira lalu melihat layar ponselnya dan tertera nama Guanlin, dia pikir dia hanya berhalusinasi dan berharap kalau itu benar-benar Guanlin. Tapi nyatanya itu benar Guanlin. Senang sekaligus bingung itulah yang dirasakan Shira.
"Iya aku tau kamu lagi di kampus. Ini aku di kampus kamu, tapi aku gak tau fakultas kamu dimana, jadi sekarang aku nunggu kamu di depan atm center. Jauh gak sih dari sini ke fakultas kamu? Kamu bisa gak kesini? Kalo kamu gak kuat jalan kaki, minta anterin siapa gitu buat kesini?" ucap Guanlin panjang lebar.
Senyuman Shira perlahan melebar, mungkin inilah sisa rasa yang masih Guanlin miliki untuknya.
"Iya iya. Aku kesana. Kamu tunggu situ aja ya." jawab Shira yang lalu memutuskan sambungannya dengan cepat karena terlalu senang bertemu Guanlin.
Guanlin menatap layar ponselnya yang sudah kembali ke wallpaper yang menampilkan foto Shira. Guanlin sadar kalau rasa itu masih ada meski hanya sisa. Dan Guanlin yakin, pasti bisa menumpuk rasa itu kembali.
Shira langsung memasukkan semua barangnya ke dalam tas dan membuat Somi bingung.
"Eh mau kemana lo?" tanya Somi.
"Mau ketemu Guanlin." jawab Shira.
"Guanlin?! Dia disini? Di kampus?" tanya Somi bingung dengan suara sedikit keras.
Shira mengangguk cepat dengan senyuman yang belum hilang dari wajahnya.
"Dah ya. Bye!" ucap Shira lalu lari keluar dari kelas.
Mark yang kebetulan sedang satu kelas dengan Shira, tak sengaja mendengar percakapan Shira dan Somi barusan. Hanya dengan melihat Shira yang sekarang sedang lari terburu-buru, Mark sudah paham bahwa Shira masih memiliki sisa rasa pada mantannya itu.
"Santai bro... Cuma mantan kan?" ucap Lucas menepuk pundak Mark. Mark hanya senyum sekilas. Dan Lucas mencoba menenangkan Mark.
Guanlin lalu menyenderkan tubuhnya pada jok mobil lalu membesarkan sedikit volume musiknya. Dia tersenyum lebar. Tidak sabar ingin cepat bertemu Shira.
"Tunggu. Shira kan gak tau mobil baru gue warna apa? Ntar dia bingung lagi. Gue tunggu luar mobil aja kali ya?" ucap Guanlin bermonolog. Dia lalu keluar dari mobilnya setelah mematikan mesinnya.
Hingga dia melihat seseorang yang selama ini dia rindukan berdiri 10 meter darinya, dengan hoodie warna kuning mencolok.
A/n:
Makasih banyak yg masih baca dan Setia sampe sekarang :(
Emang susah nyari org yg Setia itu.Maafin ya kalo kadang lama upnya. Hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
forever • Lai Guanlin
Fiksi Penggemar2nd Book "Karena perasaan gua ini selamanya" - Guanlin. [ALUR DAN BAHASA ABSURD] [DALAM NIAT INGIN DI REVISI] start: 08/04/2018 finish: 02/01/2019 2018©nywongg