25. Kenapa?

2K 43 0
                                    

Selamat membaca!

Umar dan Adira menatap kedatangan ketiga gadis berpakaian SMA menghampiri mereka.

"Kenapa Misyel sama teman-temannya kesini? Ya Allah, ada apa lagi ini? Mereka menatapku setajam itu."

"Kalian siapa?" Tanya Umar datar dan tatapan mata yang dingin.
"Kesini sendiri? Temenin aku yuk, kak..." Misyel bergelayut manja di lengan kekar Umar. Adira yang melihat langsung ciut dan menjauh, apalagi melihat tatapan tajam dari kedua sahabat Misyel kepadanya.

"Maaf, gue gak kenal kalian. Lagipula, gue kesini berdua." Ujar Umar datar, lagi.
"Sama siapa? Ini? Dia bukan pembantu kakak?" Tanya Misyel dengan tatapan mencemooh Adira. Adira menunduk dalam. Air mata menggantung di matanya.

"Apa gunanya gue kasih tau lo? Maaf, gue aja gak kenal lo semua. Permisi, ayo sayang!" Umar langsung menggandeng tangan Adira keluar dari toko tersebut. Adira mendongak menatap Umar. Ia menoleh kebelakang untuk melihat reaksi Misyel dan teman-temannya.

"Jangan dilihat, kamu akan meragukan perasaan saya." Ujar Umar sembari merangkul bahu Adira. Adira mendongak menatap Umar.

"Maksud kakak apa?"

"Nanti kamu meragukan perasaan saya karena gadis tadi peluk-peluk saya."

"Ti...tidak, kok!"

"Kita makan aja yuk! Saya lapar nih. Kamu mau makan apa?"

"Terserah kakak aja, Dira ikut kakak."

"Kalau saya makan babi, kamu mau makan juga?" Tanya Umar. Adira langsung menatap Umar dengan terkejut.

"Kakak makan babi?! Kakak Islam kan?" Tanya Adira polos. Tawa Umar pecah. Untung saja tidak ada yang memperhatikan mereka.

"Kamu kenapa polos sekali, sih! Imut. Saya suka." Umar mencubit gemas puncak hidung mungil Adira. Adira menyentuh puncak hidungnya yang memerah.

"Kakak ih!"

"Kita makan di restoran makanan Korea aja, mau?"

"Makanan Korea?! Mau, kak! Mau!" Seru Adira senang. Umar tersenyum lalu menggandeng tangan Adira dengan erat. Mereka melangkah menuju ke restoran Korea.

"Pilih apa yang kamu mau!" Umar menyodorkan buku menu pada Adira. Adira menatap Umar terkejut.

"Kenapa Dira, kak? Kenapa bukan kakak aja yang pilih?" Tanya nya.

"Biar kamu aja, saya ikut. Kan kencan pertama, biar kamu yang jadi ratu hari ini."

"Tapi, kak...." Elak Adira lagi. Umar menggeleng sambil menunjuk buku menu. Adira akhirnya memilih makanan yang ada di buku menu.

Setelah selesai memesan, mereka menunggu.
"Kamu kenal perempuan-perempuan tadi?" Tanya Umar tiba-tiba.

"Kenal, kak. Misyel dan teman-temannya. Mereka teman satu kelas Dira dan Arsy." Jelas Adira sembari menunduk. Entah kenapa, mengingat hal tadi membuatnya sedih. Umar mengangkat dagu Adira lalu menatap gadis itu dengan heran.

"Kenapa? Kok sedih gitu mukanya? Saya ada salah bicara ya?" Tanya Umar. Adira menggeleng lemah.

"Tapi, kenapa perasaan saya kamu berbohong ya?" Tanya Umar dengan senyum di bibirnya.

"Tidak apa-apa, kak. Dira baik kok." Umar pun mengusap kepala Adira dengan lembut.

"Lain kali, jujur dan terbuka sama saya. Saya suami kamu kan sekarang?" Adira mengangguk paham.

Mencintaimu dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang