20. Ennes Ngidam

2.3K 52 0
                                    

Selamat membaca!

"Kak, bangun dong...Ennes pengen sesuatu nih..." Ennes terus mengguncang tubuh besar Rizky di sampingnya. Rizky hanya bergumam tidak jelas dan melanjutkan tidurnya. Apa kalian tau, Rizky sangat lelah sekarang. Dia baru bisa tidur 1 jam yang lalu hanya karena menuruti keinginan Ennes yang aneh-aneh. Mulai dari ingin menyuapi para asisten rumah tangga di rumah mereka, meminta pada sahabat-sahabatnya untuk datang ke rumah mereka, dan yang membuat Rizky lelah adalah, Rizky harus bisa mencetak gol sebanyak 40 kali untuk bertanding basket bersama sahabat-sahabat nya.

"Kak Iky jahat! Kenapa gak bangun-bangun...hiks..hiks..." Rizky mendesah kesal. Tapi ia terus menahan amarahnya karena ia ingat bagaimana keadaan Ennes yang tengah mengandung anaknya. Dengan terpaksa, Rizky bangkit duduk dan menatap Ennes.

"Ennes mau apa, sayang? Maafin aku ya," Rizky mengusap kepala Ennes dengan lembut. Ennes mengusap air matanya.
"Ennes mau sesuatu..."
"Apa tidak bisa besok saja, sayang? Demi Allah, kakak lelah sekali." Adu Rizky dengan wajah memelas.
"Masa kak Iky gak mau? Hiks..hiks..." Rizky kembali menghembuskan nafasnya. Ia menarik Ennes ke pelukannya dan mengusap punggung wanita cantik itu.

"Sudah ya, jangan nangis..." Ucap Rizky. Hening. Suara bahkan isakan tangis Ennes tak terdengar lagi. Rizky menatap kebawah dan ia menghembuskan nafas kasar. Ennes terlelap di dadanya dengan nyenyak. Wajahnya terlihat sangat polos seperti tidak merasa bersalah atas apa yang ia lakukan pada suaminya beberapa saat lalu.

"Ya Allah, sayang... Coba kalau aku gak sayang sama kamu dan anak kita, udah aku lempar ke laut kamu." Rizky membaringkan tubuhnya dengan pelan dan menutupi tubuh mereka dengan selimut. Ia kecup kening Ennes dengan lembut,
"Selama malam mamah nya anak-anakku."

🌴🌴🌴
"Hoeekk...hoeekk..." Ennes terbangun ketika suaranya mendengar suara seseorang dari kamar mandi. Dengan cepat ia turun dari kasur dan masuk kedalam kamar mandi.
"Kak Iky?" Ennes mengurut tengkuk dan punggung Rizky. Rizky membasuh mulutnya dengan air dan mengusapnya dengan handuk agar tidak basah lagi.

"Aku lemes, sayang..." Rizky memijat pelipisnya. Kepalanya terasa berputar. Ennes mengusap perutnya yang membuncit tinggi karena sudah masuk umur 8 bulan.
"Jangan nyusahin papahmu, ya sayang...sudah lima bulan ini kamu bikin papah kamu sakit..." Ujar Ennes.
"Ya sudah sini Ennes bantu," Ennes menggandeng tangan Rizky untuk keluar dari kamar mandi dan membantu pria itu untuk berbaring di kasur lalu menyelimutinya.

"Sekarang istirahat ya? Biar Bu Sri yang urus pekerjaan ya?"
"Tapi hari ini ada meeting penting, Ennes..."
"Ennes gak izinkan! Kak Iky harus istirahat total!"
"Tapi..."
"Rizky Alexander!" Mata Ennes menatap Rizky tajam. Dan Rizky menciut mendengar Ennes menyebut namanya tanpa ada embel-embel 'kak'.
"Oke, aku di rumah."
"Bagus, suami dan ayah yang penurut. Tunggu disini, biar Ennes buatkan bubur," Ujar Ennes setelah mendaratkan kecupan di kening Rizky.

"Mah...mah..." Umar dan babysitter nya menghampiri Ennes.
"Anak mamah udah wangi. Maaf ya belum bisa mandiin kamu karena dilarang papah." Ennes mengecup pipi Umar dengan lembut.
"Nyonya mau kemana?"
"Mau buatkan bubur untuk tuan,"
"Mamah buatkan bubur untuk papah dulu ya," Ennes kembali mendaratkan kecupan di kening dan pipi Umar sebelum ia masuk kedalam dapur.

Beberapa menit kemudian, ia kembali ke kamar untuk memberikan Rizky sarapan.
"Kamu gak sarapan? Nanti sakit loh!" Ujar Rizky.
"Nanti setelah kakak makan. Ennes tak bisa makan sebelum kakak selesai makan."
"Tapi kamu harus perduli sama anak kita juga, sayang. Dia juga pasti lapar. Bi! Bibi!" Rizky memanggil ART senior di rumahnya.
"Iya tuan?"
"Bawa sarapan nyonya kesini ya? Sekalian Umar juga,"
"Iya tuan,"

Tak lama kemudian, sarapan Ennes dan Umar datang.
"Pah...mah..." Seru Umar dengan senyumnya yang lebar. Rizky dan Ennes ikut tertawa. Umar di dudukkan di kursi khusus dan di tempatkan di dekat Rizky dan Ennes yang berada di atas kasur.

"Kamu suapin Umar aja, aku makan sendiri aja."
"Yakin? Atau mau nunggu Umar aja?"
"Gak papa. Kasihan kalau dia kelaparan. Dan kamu, biar aku yang suapin." Rizky mengambil piring sarapan Ennes.
"Gak perlu, kak..."
"Ayolah... Aaaa..." Ennes membuka mulutnya ketika Rizky menyuapi nya nasi goreng.
"Istri penurut. Tambah sayang deh," Rizky mencubit pipi Ennes.
"Ihh..sakit tau..." Ennes mengusap pipinya yang memerah dan kembali menyuapi Umar.

"Nes," Panggil Rizky.
"Apa?" Sahut Ennes tanpa menatap Rizky.
"Umar, tutup mata sebentar ya?" Rizky menutup mata Umar dari jauh agar tidak menyakiti anaknya.
"Kena..." Ennes tersentak ketika Rizky dengan tiba-tiba langsung menyerangnya. Ia berusaha mendorong Rizky karena ia sadar bahwa anak mereka masih ada di tempat. Rizky menatap Ennes dengan senyum manisnya, yang menurut Ennes sangat menyebalkan.

"Masih ada Umar, ingat tempat dong, kak!"
"Biarkan saja. Aku tidak bisa membiarkan milikku di anggurkan begitu saja."
"Dasar papah mesum."
"Dan mamah yang mau di mesumin."

💧💧💧
Rizky mengeratkan pelukannya pada Ennes yang duduk di pangkuannya. Hujan deras di luar tidak ia hiraukan. Ia mencari kehangatan dari kulit polos Ennes. Rizky mencium bahu dan leher Ennes, membuat wanita itu mengerang karena merasa tidurnya terganggu. Rizky memperbaiki letak duduk Ennes di pangkuannya. Perut buncit wanita itu membuat tubuh mereka tidak bisa menempel sedekat dulu.

"Kak..." Lirihan Ennes dan usapan wanita itu di dadanya membuat Rizky tersenyum dan menyandarkan tubuhnya di kursi santai. Rizky memejamkan matanya saat Ennes dengan berani menyerang lehernya.
"Ya Allah, Ennes...aku salah apa sama kamu... Jangan menyiksaku..."

❄❄❄
Ennes terbangun dari tidurnya. Suara hujan masih terdengar kedalam pendengarannya. Ia mendongak keatas dan langsung menatap kearah Rizky yang masih terlelap. Ia menatap sekitarnya, ia sudah di atas kasur. Mungkin Rizky berpindah ketika ia tidur. Tapi, tubuhnya masih polos, hanya tertutup selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Ennes menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 2 pagi.

Ennes mengusap dada bidang Rizky. Walaupun hanya mengusap pelan, tapi Rizky tetap bisa merasakan sentuhan khas Ennes di tubuhnya. Ia membiarkan Ennes menjelajahi tubuhnya yang tanpa atasan.

"Dada kak Iky bidang juga ya...perutnya rata biarpun gak ada roti sobeknya...tapi, aku suka... Punggungnya besar juga. Ya Allah, kamu kenapa tampan banget sih, kak... Ennes kan suka cemburu kalau liat kakak masih di deketin cewek-cewek..." Rizky menahan tawanya mendengar setiap untaian curhatan Ennes.

"Ennes ngantuk, Ennes bobok lagi ya, kak?" Rizky membuka matanya setelah mendengar suara dengkuran halus dari Ennes.
"Tidurlah bidadariku, selamat malam."

🌞🌞🌞
Ennes mengusap perutnya yang membuncit tinggi. Bibirnya bergerak. Ia membaca surah Maryam yang ia hafalkan sejak SMP. Suaranya terdengar sangat merdu. Bahkan Umar yang berbaring di sampingnya terlihat diam dan tenang seakan mendengarkan suara sang ibu. Setelah selesai, Ennes merasakan sakit pada perutnya. Ia meringis. Ia ingin mengabaikan, tapi rasa sakit semakin terasa.

"Ya Allah...kumohon kuatkan aku..."

"Nyonya!"

Tbc

Salam,
AnnisaTauhid

Salam hangat,
Rizky-Umar-Ennes

Mencintaimu dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang