Mengenal

542 101 4
                                    

Sekarang gua mau flashback sedikit. Dulu sebelum gua memberanikan diri untuk mendekati Nia secara terang-terangan, gua sudah membuat ancang-ancang terlebih dahulu.

Kalau ditanya kenapa gua sampai seniat ini jawabannya gampang, ya karena itu Nia. Tiap hari gua gak pernah absen untuk duduk di samping Luna dan mengintrogasi Luna yang notabene sahabat Nia.

Gua bahkan mengesampingkan gengsi gua dan bertanya hal seputar Nia kepada Harshall. Padahal gua sih yakin kalau gua bisa mendekati Nia tanpa bantuan Harshall.

Tapi gua gak bisa memungkiri fakta bahwa yang sudah kenal Nia lebih lama itu Harshall. Dan kebanyakan orang bilang kalau mau jago akan suatu hal, berguru sama ahlinya. Seakan melupakan fakta bahwa sebenarnya gua bisa bertanya pada Daffa yang dulu pernah menjalin hubungan dengan Nia, gua gak sedikit pun meminta bantuan kepada Daffa walau sudah didesak Luna dan Lintang.

Sebenarnya, gua dan Daffa itu satu tempat nongkrong. Tapi ya namanya juga gengsi?

"Nia itu unik." Ujar Daffa.

Setelah didesak Luna dan paksaan dari Lintang, gua pun mengesampingkan gengsi gua ini dan berkonsultasi kepada Daffa.

"Terus terus?" Gua berusaha mengorek informasi sebanyak-banyaknya dari Daffa.

Daffa menenggak teh botol less sugar yang ada di tangan kanannya lalu menatap gua. Tangannya mengetuk-ngetuk meja, seolah berpikir.

"Untuk pertanyaan bisa dilanjutkan di sesi konseling berikutnya, mohon bayar tagihan sebesar seratus ribu rupiah kepada saya." Canda Daffa lalu tertawa lebar.

"Serius woi." Gua menyentil jidat Daffa membuat si empunya jidat mengaduh kesakitan.

"Kasar banget! Nia gak suka diginiin." Rengek Daffa masih mengelus jidatnya.

"Eh sorry sorry."

"Gini deh Ril, Si Nia itu tuh gak suka percakapan yang non-stop, you better shower her with your affection rather than the constant talk." Jelas Daffa serius kali ini. "Paling saling ngabarin gitu."

Gua mengangguk mengerti. "Nah gini kek dari tadi."

"Kayak lo tau lah, acts speak louder than words. Ya gitu deh." Lanjut Daffa. "Gue rasa lo bisa ngelakuin kayak gini sih, lo kan banyak gaya gitu."

"Sialan lo."

Ini adalah kedua teman dekat Nia, sekaligus sumber informasi terpercaya buat gua.

Ini adalah kedua teman dekat Nia, sekaligus sumber informasi terpercaya buat gua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Petunia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang