Setelah memikirkan nasib Nia sesaat, akhirnya gua mengikuti saran dari Erick. Gua akan menghampiri Nia ketika istirahat. Untuk sekarang gua harus kembali ke kelas dan melanjutkan kegiatan belajar.
Bel istirahat tidak pernah terasa selama ini, setelah bel berbunyi gua langsung menuju ke kelas Surya untuk mengajaknya pergi mencari Nia.
Fakta tentang Surya, ada kemungkinan besar dia tetap di kelas kalau Felix, Lintang, atau gua tidak menghampiri kelasnya. Maka dari itu, kami berempat memutuskan kalau kelas Surya adalah titik berkumpul kami.
Sesampainya di 11 MIPA 3, gua disambut dengan Lintang dan Felix yang sedang memainkan ponselnya, dan Surya yang sedang mencatat.
"Sur, temenin cari Nia."
"Tanya Lintang sama Felix lah, kan mereka sekelas." Ujar Surya menyenggol Lintang. Yang disenggol menatap Surya malas.
"Anak cheers daritadi keluar buat latihan." Ujar Lintang.
"Iya tau, tapi tadi ada insiden. Flyernya jatoh, gua takut Nia kenapa-kenapa." Gua berusaha menjelaskan, walaupun mereka bertiga sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
"Ih bucin?"
"Ini masalah serius, Felix."
"Kalo Nia ternyata baik-baik aja gimana? Lo chat dia dulu dah." Ujar Felix.
"Gak dibales, makanya gua panik."
"Sini gue temenin, kasian Surya lagi nyatet." Ujar Lintang beranjak dari tempat duduknya, gua dan Lintang pun meninggalkan kelas dan menuju lapangan.
Sesampainya di lapangan, kita tidak menemukan tanda-tanda keberadaan anak cheers. Di sana hanya ada beberapa anak yang sedang bermain futsal.
"Hooi! Lintang! Haril!" Panggil Haikal, "Main yok!"
"Siap bos!"
Lintang si maniak sepak bola meninggalkan gua begitu saja, dia langsung bergabung dengan anak-anak yang lain. Padahal tujuan kita kesini untuk ketemu anak cheers, bukan malah main futsal.
Gua mendengus kesal, memang seharusnya dari awal gua tetap mengajak Surya saja. Enggan berlama-lama di lapangan, gua memutuskan untuk berpindah tempat.
Tujuan gua selanjutnya adalah UKS, dimana kemungkinan besar ada setidaknya anak cheers di sana.
Setelah mengetuk pintu hijau bertuliskan UKS, gua langsung memasuki ruangan yang setengahnya dipenuhi oleh anak-anak cheers. Gua melirik kesana kemari mencari dimana Nia berada.
"Haril!"
Gua langsung menoleh ketika seseorang menarik tangan gua dengan paksa. Orang itu menarik gua keluar dari UKS yang penuh dan sempit.
"Kamu ngapain disini?" Tanya Nia, ternyata yang barusan menarik tangan gua adalah Nia. Kalau bukan Nia mungkin gua akan marah, karena gua tidak suka cara menariknya yang sangat memaksa itu.
"Kamu gak papa, Ni?"
"Emang aku kenapa?"
"Tadi ada flyer yang jatoh. Kamu gak di bawah dia kan?" Tanya gua memastikan, gadis yang lebih pendek dibanding gua itu menggelengkan kepalanya.
"Aku aman Ril, kamu balik ke kelas gih." Suruh Nia, yang lalu mendorong badan gua.
"Apaan sih? Aku masih mau disini." Gua tidak bergerak dari posisi gua, "Lagian aku cari kamu daritadi, baru ketemu sebentar masa disuruh pergi?"
"Iya, kamu pergi sana." Kini Nia langsung meninggalkan gua, tetapi sebelum ia masuk ke ruang UKS, gua menahan tangannya.
"Ni, aku cuma mau mastiin kamu baik-baik aja. Kamu udah makan?"
"Haril sumpah, di dalem ada senior aku. Kamu balik sana ke kelas, jangan di sini."
Dan Nia langsung memasuki ruang UKS tanpa menunggu balasan dari gua. Tidak sedikit pun menoleh, raut wajahnya pun terlalu datar. Jujur, gua tidak suka melihat Nia yang seperti ini.
***
Chapter ini terinspirasi dari foto di atas. Mellow bgt mukanya huhu