Budak

447 85 9
                                    

"HARIL BUCIN!"

Ini minggu kedua gua resmi berpacaran dengan Nia. Dan itu tadi suara Felix dari ujung koridor. Gua yang baru memasuki wilayah lorong lantai satu bisa mendengar suara berat manusia itu. Nia yang berjalan di samping kanan gua hanya terkekeh mendengar suara Felix.

"Berisik banget tu anak. Masih pagi juga." Omelan gua keluar begitu saja.

Sesampainya di kelas Nia, gua meletakkan tas berisi pakaian cheers miliknya di atas meja. Tas ini juga merupakan alasan mengapa tadi Felix meneriaki gua, dia pikir gua bucin karena membawa tas milik Nia.

"Nanti pulang langsung aja ya! Aku ada latihan."

"Aku juga latihan."

Nia menatap gua ragu, seakan-akan gua baru saja melontarkan kebohongan.

"Futsal latihan, kan mau ikut cup di sma sebelah." Jelas gua, Nia pun mengangguk menanggapi perkataan gua. "Bareng ya?"

"Iyaaa."

Baru saja gua hendak keluar dari kelas IPS 3, gua sudah dipertemukan kembali dengan Si Felix ini.

"Haril, buceeennn." Ejeknya. Karena enggan membalas, gua hanya mengacungkan jari tengah untuk Felix dan meninggalkan laki-laki yang sedang tertawa puas karena aksinya barusan.

"

Setelah gua pikir-pikir, kayaknya lebih baik gua langsung pulang tanpa menunggu Nia selesai latihan cheers. Badan udah dipenuhi keringat, bikin males gerak. Rasanya pingin langsung nyebur ke kolam aja.

Tapi gua tetap menunggu gadis itu selesai latihan dengan teamnya. Felix yang awalnya menemani gua pun sudah pulang, kini hanya gua dan Lintang yang tersisa di kantin. Lintang masih di sini karena hendak menghabiskan mie ayam seharga lima belas ribunya.

"Lu kenapa belom pulang dah? Nunggu Nia?" Tanya Lintang dengan mulut yang masih dipenuhi mie ayam.

"Iya, belom kelar-kelar dah. Lama." Keluh gua, mumpung belum ada Nianya.

"Bucin banget sih lo."

"Gimana ya Tang, gua tuh bakal bucin sama semua pacar gua." Ujar gua jujur, lama-lama gumoh juga dipanggil bucin terus-terusan. "Gua kalo udah sayang mah selagi hal itu masih logis, ngapain aja mau."

"Karena gua gak mau buat cewe gua kecewa, Tang." Tutur gua.

"Paham gue Ril." Ujar Lintang lalu menyingkirkan mangkuk yang ada di hadapannya. "Baek-baek yak sama pacar lo."

"Haril!"

Curhatan gua terhenti ketika gua mendengar suara Nia dari luar kantin, gadis itu menghampiri meja gua dan Lintang.

"Hai Tang." Sapa Nia, Lintang membalas dengan gesture tangan melambai. "Aku udah selesai, ke depan yuk."

Dengan reflek, gua mengambil tas baju ganti yang Nia sampirkan di pundaknya. Kini tas itu berpindah ke pundak gua.

"Duluan ya Tang."

"Pulang ya Tang."

"Siap, ati-ati!"

Dan sekarang gua kembali duduk di lobby sekolah dengan Nia, menunggu abangnya menjemput dia, baru sehabis itu gua akan pulang dengan motor gua sendiri.

Mereka benar, gua emang budak cinta.

"



Part ini terinspirasi dari kata-kata temen aku sendiri hehehe.

Aku buat fmv simple bermodalkan movie maker doang, jika berkenan bisa di check dahulu. Kurang lebih buku ini isinya bakal ringan-ringan aja kayak video di atas hehe😅😂

Petunia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang