“Makin hari kok makin bersih aja sih, kak? Ini kamar kos-kosan kakak kasih jimat penghalang debu ya?”
Kini Ranzey tengah berada di kosan Jeffrey. Tapi justru lebih terlihat seperti kamar pribadi yang memiliki furniture lengkap karena tipe kos-kosannya berada di dalam sebuah rumah mewah. Penghuni disini? Wow. Entah bagaimana ceritanya namun sejauh mata memandang, mereka—para penghuni kos—terlihat seperti idol idol dari Korea Selatan.
Oleh karena itu Ranzey sering kesini. Bahkan kos-kosan Jeffrey ini bagai rumah kedua baginya. Kalau dalam benaknya sih, sekalian cuci mata.
Jeffrey memang tinggal di kos-kosan karena jarak rumahnya dan universitas sangat jauh. Jelas saja, rumah Jeffrey di Surabaya sementara kampusnya berada di Jakarta.
“Kamu nonton tv aja dulu, aku mau nyuci” Titah Jeffrey seraya melepas kemejanya, menampilkan t-shirt putih bertuliskan I Love Bali yang ia pakai.
“Ih sebel deh kalo aku kesini pasti kakak nyuci mulu,” Sungut Ranzey.
Jeffrey hanya tertawa seraya mengangkat sebuah keranjang berisi pakaian kotor.
“Pasti alasannya biar aku ngebantuin kan?!” Sambung Ranzey, dengan wajah yang ditekuk tentunya.
Jeffrey mengacak rambut gadisnya itu, “Ikhlas gak–”
“Hsss ikhlas!”
Jeffrey memang tipikal cowok yang cukup pembersih. Melihat sedikit saja benda atau lantai yang kotor, bagaikan telah tersistem secara otomatis—ia akan bergegas mencari sapu ataupun kain lap untuk membersihkannya.
Saat pertama kali Ranzey kemari pun ekspresi pertama yang ia keluarkan adalah; cengo. Kamarnya dan kamar Jeffrey sangat jauh berbeda.
Jika dibandingkan, kamar Jeffrey bagaikan rumah barbie dan kamar milik Ranzey adalah kandang babi.
Wow.
Jadi bagaimana ladies? Sudah tampan, rajin, pintar, romantis pula. Gadis mana yang tidak bersyukur dengan Tuhan jika benar-benar menjadi jodohnya kelak?
“Tolong ambil keranjang satunya dong, dek. Yang warna merah” Pinta Jeffrey yang masih setia mengucek kemeja-kemeja miliknya.
Iya ngucek. Dia enggak pakai mesin cuci. Kalau kata Jeffrey, pakaian akan jauh lebih bersih jikalau dicuci dengan menggunakan tangan langsung.
“Yang merah?” Ranzey memastikan ucapan Jeffrey sekali lagi.
“—KAK PAKAIAN DALEM?????”
“Eh WADUH bukan sayaaangg! yang satunyaaaa!” Seru Jeffrey, menahan tawa karena malu.
Ranzey panik, kini pikirannya telah melanglang buana membayangkan Jeffrey memakai... errr....
“Zey, iya udah deh bawa keranjang yang itu aja. Toh, kamunya juga udah ngeliat”
Ranzey hampir tersedak oksigen. Dan dengan menahan kondisi ekspresi wajahnya, gadis itu memalingkan wajahnya.
“Kok cengengesan? Hayo anak kecil mesum!” Jeffrey meledek.
“Lucu, ada boxer doraemon!!”
“Dek, kok tau??? Isinya kamu obrak-abrik?????”
🌚s o m e d a y🌚
“Oooh, berarti UN-nya bentar lagi dong ya. Nanti gimana sama Mas Jeff? Hiatus dulu enggak pacarannya?” Johnny—teman kost Jeffrey bertanya seraya terkekeh pelan.
Jeffrey menyikut lengan sobatnya, “Hiatus hiatus dikata hubungan roleplayer apa?”
Kini Jeffrey, Ranzey, Johnny, dan teman Jeff satu lagi—Taeyong tengah berada di gazebo yang terletak pada area belakang kost-kostan. Ditemani dengan kopi hitam, kedua teman Jeffrey itu tidak henti-hentinya meledek dua sejoli di hadapan mereka.
Lisannya meledek, tapi dalam hati sebenarnya mereka syirik. Yap, dua manusia itu sudah bertahun-tahun menyandang status jomblo.
“Tapi kasihan juga sih, bro. Doi bakal fokus nggak tuh ujiannya? Pacaran mulu kasian dia berkurang jam belajarnya,” ujar Taeyong.
Mendengar perkataan Taeyong, Ranzey langsung menggeleng. “Oh, enggak kak. Tiap jalan juga aku bawa buku,” Ranzey melirik Jeffrey. “Ini juga aku minta Kak Jae ngajarin”
“Pft–wangjay emang Jeff pinter?” Johnny tertawa.
“Sembrono banget lo, Bang”
“Gue kaget juga sih Jeff,” Taeyong ikut terkekeh. “Gue kira lo pinter akal dan taktiknya buat mengatasi kehisterisan para adek-adek tingkat di kampus doang”
“Adik tingkat gimana, kak?”
“Oh, belum tau Zey? Jeffrey itu kan lumayan terkenal karena doi pernah nyanyi di acara kamp—”
Ucapan Taeyong tertahan karena Jeffrey menepuk pelan lengannya.
Ranzey langsung menahan tangan Jeffrey, “Ih iya iya terus gimana, Kak Taeyong?”
Taeyong menahan tawanya, “Iya pokoknya Jeff nyanyi kan. Sejak itulah dia selalu jadi pusat perhatian para ciwi setiap ada di kampus. Heran sih, gue yang jadi ketua himpunan aja enggak se-terkenal Jeff”
“Coba aja Dek buka aplikasi LINE-nya pacarmu ini. Beuh, bagai OA. Tiap hari adaaaaaaaa aja yang ngechat” ujar Johnny sambil menunjuk-nunjuk handphone Jeffrey yang tergeletak tepat di depan Ranzey.
Ranzey tersenyum dan menggeleng, “Enggak ah, aku mah percaya sama Kak Jeff.”
“Eh? Kenapa ini kok diem aja daritadi? Biasanya ngomong mulu kamu kayak piyak,” Jeffrey menatap Ranzey yang sedang memasang seatbelt-nya.
Ranzey tidak menjawab, hanya menggeleng kecil.
“Hm, kan.” Jeffrey mendekatkan dirinya kearah gadis itu, merangkul pundak Ranzey dan mengusap bahunya perlahan. “Kenapa? Badmood gara-gara yang tadi ya?”
“Enggak kok.”
“Bohong,” Jeffrey mencolek hidung Ranzey. “Jangan negative thinking, kamu percaya kan sama aku?”
Ranzey kini menatap manik mata Jeffrey, menghela nafas perlahan dan menganggukan kepalanya. “Iya aku percaya”
itsranzey
kak taeyong |
aku boleh minta idline kakak? |taeyonggg
kenapa zey?itsranzey
aku mau minta tolong sama kakak |
untuk ngawasin kak jae, karena aku |
kan nggak bisa perhatiin aktivitas dia di setiap waktutaeyonggg
hooo wkwk. jangan takut dek, jeff mah orangnya gak bakal macem macemitsranzey
aku cuma takut kak |
kakak jangan bilang kak jae, ya? |taeyonggg
95taeyonglee
•
it's harder when you can't see through the thoughts.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday | Jung Jaehyun
Short Story❝ayo kita buktikan, masalah umur dalam cinta-cintaan itu enggak berpengaruh sama sekali!❞ Kisah mereka yang terpaut waktu, kesibukan, jarak dan usia yang berbeda. Mampukah mereka melewati hal-hal sulit dengan pola pikir yang tidak searah? ©lottemark...