"Oooh, jadi hari ini ada diskusi? Dimana, Kak?"
''Enggak tau, Dek. Kayaknya sih di perpustakaan yang biasa. Aku nunggu June dulu''
''Hmm, iya udah. Kakak hati-hati di jalan yaa! Awas jangan telat makan siang, dan jangan telat ibadah supaya enggak dimarahin sama Yang di atas.''
Jeffrey menarik garis bibirnya, ia tersenyum.
''Siap, cantik. Kamu kalo udah pulang kabarin aku, ya? Kali aja aku bisa ambil waktu rehat, nanti aku jemput.''
"Eh jangan, Kak Jae. Hari ini aku pulang bareng Jaemin aja, sekalian mau nagih hutang soalnya."
"Bener?" tanya Jeff, meyakinkan jawaban yang dilontarkan sang gadis.
Ranzey mengangguk pelan dan mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya—menjadi layaknya huruf V. "Iyaaa, bener!"
"Okay. Tapi jangan lupa ingetin dia supaya enggak sok ngebut-ngebutan lagi, ya." Jeff mencubit pelan pipi kanan Ranzey, "Enggak mau kejadian nabrak becak dengan Jaemin terulang lagi 'kan?"
Ranzey terdiam menatap Jeffrey di depannya. Pikiran dan hatinya beradu.Iya juga, batinnya.
Kala terakhir ia dibonceng Jaemin dengan motor hondanya tepat 3 hari yang lalu, Ranzey dihadiahi luka lecet di kedua lutut dan sikunya setelah sampai rumah.
Ya, Jaemin adalah tipe manusia yang nggak sabaran. Sepulang sekolah di dekat pertigaan Mangga Dua, Jaemin memacu motornya karena tidak mau berada di belakang bajaj. Ketika hendak menyalip, tiba-tiba motor yang dikendarai pria berdarah Ciamis itu hilang kendali karena terdapat beberapa becak yang berhenti di sisi jalan.
Dan- BRAAAAK. Jaemin tidak mampu menarik remnya di waktu dan jarak yang tepat. Motornya menghantam sisi samping becak. Membuat sang bapak pengendara becak yang tengah tertidur pulas hampir mengeluarkan sumpah serapah beserta kutukan-kutukannya karena becak miliknya hampir oleng dan terbalik.
Sementara Ranzey? Terpental ke belakang. Naas, kepalanya menghantam bagian depan bajaj yang sedang menepi. Untungnya tidak terlalu keras, sehingga Ranzey tidak menangis kesakitan. Melainkan hanya menangis karena malu.
Keadaan Jaemin saat kejadian? Tidak apa-apa. Setelah dirinya memohon ampunan kepada Mamang becak, ia malah mengeluarkan handphone dan membuat superzoom yang menyorot wajah Ranzey kala ia masih terduduk di aspal. Memvideokan dengan tawa terbahak yang sangat kencang tentunya.
“HEI... APAKAH KAKAK MAU KUGEBUK?” tanya Ranzey dengan nada tingginya setelah menyerot ingus.
“Ayo gebok aku cepat, gebooooooook”
“HRHRHHRHR Kak Jae jangan ngingetin hal itu dong, emosi jiwaku jadi dateng lagi nih!”
Jeffrey tertawa sambil merogoh-rogoh saku jaketnya, mencari sesuatu. “Aku kan ngingetin. Aku khawatir abis ini kamu nyemplung sungai.”
“Lho, jadi Kakak nyumpahin aku?!” Ranzey membulatkan kedua matanya lebar-lebar dan mulai berkacak pinggang.
“Aku kan... atuuut,” Ujar Jeffrey.
“Enggak tau ah, aku mau marah aja sama Kak Jae!”
“Nah, eeet- tahan dulu marahnya. Aku punya sesuatu buat kamu. Ini barang buat jaga-jaga, jadi simpen dengan baik ya?” Jeffrey meraih tangan gadisnya, menyerahkan sebuah benda kecil berwarna merah.
Itu, peluit.
Baru saja Ranzey hendak membuka mulut untuk melontarkan pertanyaan, Jeffrey melanjutkan pembicaraannya. “Iya, peluit itu buat penolong kamu seandainya kamu terjerembab ke jurang.”
“KAK JEFFREY ADRIAN MAKSUDMU APAAAAAAAA”
⛄⛄⛄
“Pokoknya nggaaaak. Gue naik jo-jek!” Seru Ranzey untuk terakhir kali sebelum ia memutuskan sambungan telepon dengan Jaemin.
Ranzey sudah misuh-misuh seharian. Gadis itu benar-benar memikirkan apa jadinya jika ia tercebur sungai atau terjatuh ke dalam jurang bersama jelmaan makhluk luar galaksi seperti Jaemin.
Amit-amit ya Gusti.
Hembusan angin sore ini berhembus lumayan kencang. Sepertinya mendung dan hujan akan turun dalam beberapa saat lagi.
Ehm, ataukah ini pertanda Boboiboy sedang berperang dengan Patrick Star di langit? Well, tidak ada yang tau.
Ranzey mengeratkan jaket yang dikenakannya, dan kembali menggertakan gigi setelah menyadari voucher promo jo-jeknya tidak bisa ia gunakan.
Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri. Mengharapkan ada sesosok teman—selain Jaemin, yang bersedia ditebeng.
Dan, whoala!
“KAK MARK GEORGENOOOOOO-”
Seolah mampu membaca pikiran Ranzey, Mark menggelengkan kepalanya dengan cepat. “No, Zey. Gue mau ke apotik buat nyari obat diare!”
Ranzey dengan wajah memelasnya tetap tidak menghentikan langkahnya untuk menghampiri Mark yang mulai memakai helmnya dengan tergesa-gesa. “Kak Mark, nggak apa-apa. Please, gue nebeng ya? Gue nggak lagi buru-buru. Tolong, gue nggak dape—”
“Sis, please, no. Jangan. Jangan ngedeket ke gue. Please, Zey. GUE KENTUT MULU DARITADI TOLONG JANGAN NGEDEKET KE GUE.”
Ranzey ikut panik melihat wajah Mark yang panik. Dan, “Demi Tuhan KAK INI BAU BANGEEEEEEET”
Ranzey menutupi hidungnya. Benar-benar tidak tertahan. Sepertinya Mark salah makan ubi.
“Dibilang menjauh- sebelum lo besok nggak masuk sekolah karena gangguan pernafasan! Sorry, Zey gue duluan!” Ujar Mark terburu-buru dan melajukan motornya sambil mengeluarkan suara bruoooooooook.
Seorang Ranette Zevanya sepertinya apes untuk hari ini.
•
You are my center when I spin away.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday | Jung Jaehyun
Short Story❝ayo kita buktikan, masalah umur dalam cinta-cintaan itu enggak berpengaruh sama sekali!❞ Kisah mereka yang terpaut waktu, kesibukan, jarak dan usia yang berbeda. Mampukah mereka melewati hal-hal sulit dengan pola pikir yang tidak searah? ©lottemark...