⛅| Chapter 6

587 95 34
                                    

Langit mulai gelap dan suara petir kian menggemuruh. Di ruang siaran kampusnya, Jeffrey masih berhadapan dengan tumpukan kertas berisi rancangan proposal dan naskah yang harus ia revisi.

"Balik, Jeff. Lo bawa motor 'kan? Udah mau hujan."

Jeffrey mengangkat kepalanya untuk melirik ke arah jendela, "Masih banyak banget kerjaan gue, Rose."

"Selesain aja di rumah, daripada lo kehujanan? Dari hawa-hawanya ini kalo hujan bakal awet sampai malem." Rose menyeruput teh hangat di tangannya.

"Gue enggak bisa setengah-setengah, yang ada gue bakal nggak fokus. Lo sendiri nggak balik?"

"Sebentar lagi." Rose berdeham, "Anak kecil kepunyaan lo enggak dijemput?"

"Anak kecil?" Jeff menaikkan satu alisnya. "Ranette? Astaga, gue udah bilang jangan panggil dia dengan sebutan itu lagi lho, Rose."

Jeff melirik arloji yang bertengger di tangannya, "Gue duluan."

"Budak cinta." Ujar wanita itu dengan suara yang pelan.




Melihat langit yang semakin mendung, Jeff bergegas menuju parkiran motornya-bahkan hampir seperti berlari.

Namun, Jeff berhenti setelah ia mendengar seseorang memanggil namanya, diikuti dengan suara langkah cepat yang menghampirinya.

"Chaca? Ada apa?"

Wanita yang disebut Chaca itu menghela nafas panjang, ia sedikit terengah-engah. "Itu.. Perihal wawancara lo, malam ini kan? Lusa udah deadline."

"Oh iya," Jeffrey mengusap wajahnya. "Ntar malam lo koordinasiin anak-anak ke rumah gue ya. Jam tujuh."

Chaca mengangguk, "Okay siap. Materi dari Pak Jason udah aman?"

"Aman, udah gue handle. Tinggal selesain podcast dan rancangan publikasi aja," Jeffrey menjawab seraya mengeratkan jaketnya.

"Good, thanks banget ya, Jeff! Eh anyway, gue boleh nebeng sampai depan?"

"Wah sorry banget, Ca. Gue buru-buru, harus jemput Ranette. Sorry ya," Ujar pria itu dengan wajah yang tidak enak.

"Sampai jalan besar depan kampus doang-eh iya udah deh nggakpapa. Thank you, Jeff."

Jeffrey menghela nafas pelan, "Okay okay, ke jalan besar? Gakpapa."

"Oh, serius? Thanks!"

Jeffrey melajukan motornya, entah mengapa tapi ia memikirkan gadisnya.
Tanpa sebab yang jelas, namun pikiran buruk menyelimutinya kali ini.

"Ranzey sekolahnya dimana, Jeff?"

"Oh? Binus, Ca."

Suasana kembali hening, dan Jeffrey memacu motornya semakin cepat kala langit semakin menggelap.

Pria itu membuka kaca helmnya dan sedikit menoleh ke belakang, "Nyampe pertigaan itu 'kan, Ca?"

"Iya Jeff, sampai situ aja. Thanks banget ya udah mau direpotin kayak begini." Wanita berhoodie merah itu mengembangkan senyumnya setelah motor Jeff berhenti.






























"Itu... Kak Jeffrey Adrian?"

°•°•°•°

Pria berlesung pipi itu tak henti-hentinya menoleh ke arah spion motornya, memperhatikan Ranzey yang tengah mengoceh tak karuan dengan wajah yang tertekuk.

"Kak Jeffrey pasti bisa bayangin, apa jadinya kalau tiba-tiba datang badai dan aku belum nyampe rumah. Disitu aku mutusin jalan kaki karena enggak berani naik angkutan umum. Abis itu datang angin kencang, aku terhuyung kesana kemari, tiba-tiba badanku nabrak tiang listrik-"

"Ranette Zev-"

"Kita enggak tau apa yang terjadi di depan nanti lho, Kakaaaak!"

"Iya, iya. Mampir McD, mau?"

"Hah? Huum! Aku mau es krim!" Seru sang gadis setelah mengubah ekspresi wajahnya menjadi sumringah.






















"Kakak kok tumben jemput? Padahal aku sama sekali enggak misscall tadi, takut ganggu." Ranzey yang sibuk menggigiti cone es krimnya itu membulatkan mata dan sedikit memiringkan kepalanya. Menunggu jawaban Jeffrey dengan antusias.

Jeffrey yang sedari tadi menatap Ranzey sedikit terkekeh. Gadisnya... amat menggemaskan.

"Feeling aja. Bawaannya pengen jemput kamu. Dan bener aja, begitu nyampe pertigaan lampu merah itu aku ngelihat kamu jalan kaki sambil ngedumel sendiri. Untung enggak dikatain orang gila."

Dalam seperkian detik Ranzey menatap mata Jeffrey dengan sinis, namun bukannya kembali merajuk, gadis itu malah menyunggingkan senyum lebarnya dan meremas punggung tangan Jeffrey dengan gemas.

"Terimakaci, Kakak sayaang!" Ranzey mengedipkan sebelah matanya dengan genit. "Aku beruntung punya kamu. You're soooo precious! Saaayang-"

"Psss-" Jeffrey meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya. "Mmhm, bucin boleh, tapi jangan teriak kencang-kencang. Ini masih tempat umum."

"Lhooo, BIARIN!"

"Ranzey, kamu diketawain pak satpam tuh."



Hari ini di McDonald, Jeffrey banyak bicara dengan gadisnya. Alih-alih sebagai distraksi dari hatinya yang masih terganggu dengan perasaan tidak enak.

Padahal ia hanya habis mengantarkan teman kampusnya ke jalan besar.

Ah overthingking, pikir Jeffrey.

"Terus ya aku dimarahin sama ketua Pramuka. Kadang masih nggak habis pikir kok dia malah marah-marah waktu itu, padahal itu dilakuin karena kondisinya lagi genting juga."

"W-woah? Seorang ketua OSIS dimarah-marahin?" Ranzey mengunyah kentangnya dengan cepat, "Dia sebelumnya nggak tau tentang masalah itu atau gimana tuh?"

"Hm, telan dulu baru ngomong." tegur Jeffrey, seraya mencubit pelan punggung tangan Ranzey. "Dia belum tau kalo ter-"

Pembicaraan Jeffrey terhenti setelah handphone yang ia taruh di sisi meja mulai berdering. Terpampang panggilan WhatsApp disana.

Caca.

Arah fokus Ranzey pun langsung teralih ke benda berbentuk persegi itu. Tak hanya sebab suara ringtone 5 Second Of Summer yang menggema pelan disana, tapi juga karena profile picture milik Caca yang terlihat tidak asing di mata Ranzey.

"Ya, halo, Ca?"

Ranzey terkesiap dan meminum susu milonya. Ia menggigit bibir, menunggu Jeffrey selesai bicara di teleponnya dengan Caca.

Pikiran-pikiran jelek mulai mengelilingi kepalanya.

Kenapa harus nelfon? Kenapa nggak ngetik pesan aja di WhatsApp?

Apa modus biar denger suaranya Kak Jeff?

Dia ngapain? Dia sebegitu deket pake banget sama Kak Jeff, ya?

"Iya. Nggakpapa, Ca. Santai aja, nanti gue samperin. Gue tutup, ya? Yo. Dadah."

"Kakaknya cantik." tutur Ranzey dengan suara yang kecil.

"Caca? Emang." Jeff menoleh ke arah Ranzey dengan tatapan meledek, "EH? Kok malah nangis?"

"P-panas..."





















[ ✨ ]
Aight, hewwo there, temen-temen! Firstly I want to say sooooooRry banget karena story ini baru bisa dilanjut. {setelah hampir 6 bulan lamanya berdebu} honestly aku ngerasa amat bersalah karena bikin kalian nunggu. ☹️

I'll try my best untuk nyelesain story ini! 🥰 Mmm, anyway. Aku ada story baru dengan maincast Jung Jaehyun! Kalau yang suka sama short story {with romance thingy} kalian bisa mampir ke Dearest, J! Okay? Okay! 💘

Eh, aku ada pertanyaan. Kalian itu tipe orang yang pencemburu atau enggak sih?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Someday | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang