Chapter 9

111 12 5
                                    

~Harapan dan mimpi yang indah, hanya akan menyapa kepada "dia" yang mau memperjuangkannya~
-Cahya Rumai-

Cahya POV
Setelah balik dari Rumah Sakit tempat aku memeriksakan kesehatanku, aku langsung pulang menuju kediamanku. Rasanya aku ingin sekali memeluk Ummi dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Karena berkat doa beliau lah akhirnya usahaku untuk sembuh sebentar lagi akan menemukan titik akhir. Walaupun sampai saat ini Ummi tak pernah sedikit pun tahu akan kehadiran penyakit ini di dalam tubuhku, tapi aku selalu meminta doa dari nya "ummi, doakan Ai selalu ya. Agar usaha dan cita-cita Ai dimasa depan bisa terwujud. Setidaknya, Ai bisa menjadi wanita seutuhnya seperti ummi." seperti itulah permohonanku kepada ummi ketika ku melihat beliau akan memulai melaksanakan kewajibannya kepada Sang Khalik.

Sampai dirumah, aku di kejutkan dengan datangnya sahabatku Zahra. Aku sempat mendengar Zahra menanyakan aku dari mana saja dan aku harus berfikir keras untuk menjawab pertanyaan Zahra sahabtku yang kadarya tuh tinggi sekali. Namun, belum berapa lama aku mikir jawaban yang pas buat Zahra ummi sudah mau izin sebentar buat mengantarkan makanannya abi di kebun.  Berhubung di rumah tinggal tersisa aku sama Zahra, ummi langsung menyuruhku untuk mengajak Zahra ngomong di kamar saja karena rumah akan di kunci biar nanti gak bakal ada yang datang.

"Oh ya Ai, ajak nak Zahra ke kamarmu saja ya. Soalnya ummi masih mau mengantarkan makanan abimu di kebun." pintah ummi yang langsung aku balas dengan tindakan.

"Oh iya ummi, yuk Ra." ajakku pada Zahra

"Cah, kamu tadi belum jawab pertanyaan aku." tuh kan apa aku bilang. Zahra tuh punya kebiasaan ngepoin orang. Aku hanya bisa menghembuskan nafas dengan perlahan ketika penyakit keponya Zahra udah mulai muncul.

"Oh iya Ra, maaf aku lupa. Tadi kamu nanya apa?" ucapku dengan nada datar dan seakan tidak terlalu mempedulikan pertanyaannya. Yah meskipun aku harus memikirkan jawaban yang pas.

"Aku nanya, tadi kamu dari mana aja."

"Emm, tadi abis beli obat sama vitamin Ra." jawabku pada Zahra dengan tak memandang ke arahnya.

"Obat apa?" tanya Zahra lagi. Ya ampun, nih anak kepo banget sih.

"Biasalah Ra, obat batuk, sakit kepala, yang begitu-begitulah sama vitamin juga. Biar nggak gampang sakit. Oh ya, kamu udah dari tadi?" jawabku asal dan langsung mengalihkan topik pembicaraan biar Zahra tidak melanjutkan pertanyaannya lagi yang bisa-bisa membuatku keceplosan nantinya.

"Oh gitu.... Iya udah dari tadi, udah lumutan malah." jawabnya dengan sedikit becanda.

"Hehe maaf ya Zahraku sayang, sini aku bersihin lumutnya." jawabku dengan membalas candaanya tadi.

"Iih kamu mah, masa yang gituan di anggep serius." jawabnya dengan kesal. Haha Zahra tuh lucu banget mukanya kalau lagi kesel.

"Oalah, nggak serius toh? Yaudah atuh neng nggak usah ngambek juga kan."

"Ohya Cah. Aku pengen curhat." ucap Zahra padaku.

"Yaudah monggo." ku persilahkan Zahra untuk memulai sesi curhatnya.

"Kamu pernah jatuh cinta nggak?" tanya Zahra yang sontak membuatku kaget. Ya ampun, emang selama ini aku keliatan ya jatuh cintanya? Oh my god aku harus tenang agar kegugupanku nggak sampe kebaca sama Zahra.

Impian Sang CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang