Chapter 11

183 9 5
                                    

- Allah tidak akan membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya-
QS AL-BAQARAH : 286

Ikhsan POV
Setelah semuanya ku rasa sudah siap, aku langsung berpamitan sama Rizky.

"Ky, gue pulang dulu ya. Kabarin gue kalau ada apa-apa di kampus jangan lupa sampaikan permintaan maafku sama anaknya pak Yosua. Trus, besok kan gue nggak sempat ngampus tolong izinin gue ya."

"Oke bro. Lu tenang aja, yang terpenting sekarang kalau lu udah nyampe di sana, usahakan harus cari tau siapa yang sudah nabrak mobil bokap lu dan dengan seenaknya dia pergi tanpa bertanggung jawab."

"Iya Ky, gue usahain bakal cari tau semuanya sebelum terlambat. Dan, gue bakal minta tolong sama sepupu gue yang polisi agar dia bisa bantu gue buat mecahin masalah ini." jeda "yaudah ya, gue berangkat dulu, jangan lupa lu kalau mau ke kampus mattin AC di dalam kamar, matiin kompor, kunci rumah dan pagar, satu lagi kalau besok malam lu mau kerja tugas kelompok di sini jangan lupa setelah selesai ngerjain tugasnya beresin dalem rumah dan SEMUANYA!!, oke ;)" pesanku pada Rizky.

"Hmmm, lu nggak usah koar-koar gitu juga dong San. Tenang aja, gue orangnya amanah kok. Lu juga jangan lupa sholat, ngaji, sama berdoa semoga bikap lu segera pulih ye."

"Iya iya Ky, aamiin ya Allah. Lu juga jangan lupa sholat ye. Ingat, kalo ada apa-apa langsung telfon gue." jeda "gue berangkat ya, assalamualaikum."

"Iya, Waalaikumussalam. Hati-hati." ucap Rizky, yang hanya ku jawab dengan senyum dan anggukan kepala.

Setelah itu, aku langsung naik angkot menuju stasiun kereta. Aku sengaja tidak naik taksi menuju stasiun karena aku akan selalu berusaha untuk tidak boros. Dan bagiku, naik taksi ataupun naik angkot sama aja, yang penting aku bisa sampai ke stasiun.

Drrrt...drrrtt...drrrtt...
Malaikatku is calling......

"Halo, assalamualaikum ma."

"...."

"Iya ma, jadi kok. InsyaaAllah mungkin sore aku udah sampai."

"..."

"Iya ma. Oh ya, papa di rawat di rumah sakit mana ma, biar pas nyampe kaka akan langsung ke rumah sakit."

"..."

"Oh iya ma. Nanti kaka akan langsung kesana."

"..."

"Iya ma, mama juga jangan lupa istirahat ya. Waalaikumussalam."

Aku mengakhiri sambungan telfonku dengan mama.

Aku sangat merindukan mama, sosok wanita terhebat yang akan selalu aku sayang hingga akhir hayatku nanti dan sosok wanita yang akan selalu menjadi tempat penggapaian syurgaku. Karena, sampai kapan pun mama akan selalu menjadi tempat berbaktiku selamanya selain papa. Papa, aku juga sangat merindukan sosok pria ini. Sosok pria, yang selalu mengajarkanku akan manisnya hidup dengan cinta dan kasih sayang dari Allah, dengan selalu mensyukuri akan semua nikmat yang di berikan oleh-Nya. Aku masih tak menyangka, kemarin papa masih sempat berbagi cerita dengan ku via telfon dan menyuruhku untuk menyempatkan waktu sebentar saja agar bisa pulang dan bertemu dengannya. Tak ku sangka, aku menuruti permintaanya untuk pulang, namun yang membuatku sedih aku tak bisa memandang senyum khas nya dan hanya bisa melihat sosok kuat dan tegarnya yang sekarang sedang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Aku harus kuat, aku nggak boleh sedih.

Dan satu lagi, aku juga sering merasakan rindu sama dia. Dia yang selama ini selalu mengganggu fikiranku, dia yang sudah membuatku kagum akan akhlak dan kepribadiannya, dia yang sudah membuatku selalu merayu kepada Sang Pemilik Hatinya, di sepertiga malamku agar kelak DIA mau mempertemukan hatinya dan hatiku,dia yang sudah membuat hati ini terasa bergetar hebat di saat aku berada di dekatnya, dan dia yang sudah membuatku percaya akan adanya sebuah rasa yang membuatku nyaman.

Impian Sang CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang