Nassar masih memakai baju rumah sakit, ia duduk di lantai yang dingin. Duduk sopan seperti sedang memohon pengampunan. Dia menduduki betisnya dan menunduk terus, matanya sedari tadi basah namun tidak ada yang tahu. Om Budi tercengang melihat majikannya begitu terlihat berbeda.
"PERGI! PERGI!" Aulia berteriak histeris dan Nassar tetap teguh duduk dilantai dingin itu.
"Istighfar, nak!" Mama Ida berusaha menenangkan.
"Maafin saya. Karena keteledoran saya." Nassar terus menunduk.
Aulia kalap ia melemparkan barang-barang yang ada disampingnya ke arah Nassar. Barang-barang tersebut mengenai badan Nassar, namun Nassar tidak bergeming. Om Budi mencoba menjadi tameng agar barang-barang tersebut tidak mengenai majikannya.
"Nak, lebih baik keluar dulu." Pak Abdul, Ayah Aulia memaksa Nassar agar berdiri. Ia lalu menarik keluar Nassar.
Mama Ida memeluk anaknya untuk tenang, aulia masih berontak, air matanya bercucuran.
"Maafkan saya, pak." Nassar melanjutkan berlututnya begitu dia sampai di luar ruangan. Pak Abdul bingung, dia meminta Nassar untuk bangun.
"Nak, jangan begini ayo berdiri. Semua ini adalah takdir Allah. Walaupun Nak Nassar bersalah, tapi ini semua adalah musibah yang kita sebagai manusia harus menerimanya."
Om Budi membantu Nassar untuk berdiri. Ia lalu mendudukkan Nassar di kursi ruang tunggu. Pak Abdul ikut duduk di samping Nassar.
FLASH BACK On
"Mas, yakin mau bawa mobil sendiri?" Om Budi sedikit khawatir.
"Kamu istirahat, Bud. Udah hampir 3 hari kita meeting dan bukan aku saja, kamu juga kurang tidur."
"Makanya mas, karena mas kurang tidur. Mending saya temenin kalaupun mas yang nyetir. Biar kita saling mengingatkan."
"Gak papa, Bud. Kamu langsung pulang aja. Aku gak papa beneran."
"Bener nih, mas?" Om Budi nanya lagi.
"Astagfirullah, beneran. Udah sana." Nassar setengah mendorong Budi masuk mobilnya.
"Hati-hati ya, mas."
"Iya oke, kamu juga hati-hati."
Nassar memacukan mobilnya dengan kecepatan sedang, Dia melihat sekitar jalan yang sepi karena sudah larut malam. Nassar menaikkan kecepatannya karena berharap bisa segera sampai ke rumah. Ketika Nassar melewati tikungan ia memutuskan menaikkan kecepatan, ketika sesosok wanita tiba-tiba terlihat menyeberang jalan, Nassar hilang kontrol dia membanting setir, terlambat mobilnya menabrak sosok itu baru kemudian mobilnya oleng ke badan kanan jalan dan menabrak pohon.
FLASH BACK off
"Saya teledor menyetir dalam keadaan mengantuk. Saya menyesal, pak." Nassar memulai percakapan.
"Tidak ada yang mengharap musibah, nak. Saya dan keluarga akan menganggap ini sebagai kasih sayang Allah dengan memberikan kami ujian ini."
"Maafkan saya, pak."
Pak Abdul menepuk punggung Nassar, "Maafkan Aulia juga, dia sekarang sedang emosional. Ia akan menikah dua minggu lagi jadi dia merasa Nak Nassar sudah menghancurkan hari bahagianya."
"Maafkan saya, Pak."
Pak Abdul hanya tersenyum dan menenangkan Nassar.
@ @ @
"Mah, Chandra udah 3 hari ga dateng. Dia kemana, mah?"
"Mungkin dia sibuk, nak. Kamu udah coba telp?"
"Udah mah tapi ga aktif, sekalinya nyambung ngga di angkat."
"Berarti Nak Chandra memang sedang sibuk sama kerjaan."
"Chandra ga akan ninggalin Aul kan, mah?"
"Ngga sayang, seperti kamu yang sayang sama dia. Dia juga sayang sama kamu."
Aul mengangguk dan memilih mencoba menghubungi Chandra kembali.
Hari berganti hari, genap sudah tujuh hari Chandra menghilang dari jangkauan Aul. Bukan sekedar tidak datang menjenguk, bahkan Aulia tidak bisa menghubunginya.
"Mah, Chandra ngga kenapa-kenapa, kan? Kita bakal nikah seminggu lagi kan?"
Kini Mamah Ida terdiam, ia mulai merasa ada yang aneh dengan calon mantunya itu. Pak Abdul yang baru mampir ke rumah sakit setelah pulang bekerja mencoba menenangkan, "Mungkin dia ada kerjaan keluar kota, nak."
"Terus kenapa Aul ga dikasih kabar? Dulu kalo mau keluar kota sebentar dia langsung telepon Aul."
"Besok Ayah coba tanya temennya ya." Pak Abdul menenangkan.
"Beneran ya, pah?"
"Iya sayang."
@ @ @
Nassar membeli sebuket bunga mawar putih dan segera memasukkannya ke dalam mobil.
"Biar sama saya mas." Om Budi sigap membantu Nassar memasukkan bunga itu.
"Kamu langsung ke kantor aja. Aku mampir dulu ke rumah sakit."
"Tapi mas, saya takut mas dapat perlakuan ga menyenangkan lagi."
"Gak papa, aku harus siap dengan semua konsekuensi."
"Nanti sore aja mas, bareng saya setelah pulang kantor."
Nassar menggeleng, "Ga bisa Bud, infonya hari ini Aul keluar dari rumah sakit."
"Kalo gitu saya temenin mas."
"Ngga, kamu langsung ke kantor. Banyak kerjaan di kantor. Kamu handle dulu. Aku agak telat masuk kantor."
Om Budi akhirnya menurut dan segera memberhentikan taksi yang sedang berjalan di sekitar sana.
@ @ @
"Selamat pagi, Aulia. Apakah kabarmu baik?" Nassar mencoba menyapa Aulia.
Aulia sedang memandangi langit di kasur tempatnya terbaring. Ia memalingkan muka ke arah sumber suara. Wajahnya langsung kecewa ketika melihat pria yang ada dihadapannya.
"Aku membeli mawar putih, katanya bisa membuat pasien yang sakit secara ajaib akan sembuh."
Aulia melirik sebentar dan kembali memandangi langit lewat jendela kamarnya.
"Aku simpen di sini ya?"
"Buat apa kesini? Yang bisa kamu lakuin untuk membantu aku sembuh adalah tidak pernah menampakkan dirimu di depanku." Balas Aulia tanpa mengalihkan pandangannya.
"Apa yang bisa aku buat untuk membuatmu lebih baik."
"Kembalikan fungsi kakiku! Kalau kau bisa mengembalikannya. Aku akan memaafkanmu."
Nassar tertunduk tak mampu menjawab.
"Tidak bisa kan? Jadi PERGI!!" Aul mengambil buket mawar yang diletakkan Nassar dan melemparkannya ke badan Nassar sehingga bunga itu berceceran ke lantai.
bersambung . . .
Note: Maafkan karena baru update, malez melanda hati . . .
Sementara update yang ini dulu ya, jangan lupa tinggalkan jejak vote n komen
Jangan lupa follow ig mimin juga untuk update terbaru : @beauty_rainbow18, dan blog mimin di https://shipperworldbeautyrainbow.blogspot.com/
Makasih sobat readers . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love and Hate
FanfictionAulia sedang merencanakan pernikahannya dengan Chandra, pria yang sangat dicintainya. Ketika hari bahagia tinggal menghitung minggu, Aulia mengalami kecelakaan ia dinyatakan lumpuh dan tak mampu berjalan. Chandra yang selalu hadir menemani Aulia, k...