"Maaf bu, jika ibu tidak membayar hutang ibu selama dua minggu lagi, saya terpaksa harus meminta ibu untuk pergi dari rumah ini." Ucap seorang pria berbadan tegap dan memakai jas formal.
"Bisa beri saya waktu lebih banyak lagi pak?" Tanya Rosa penuh harap.
"Maaf bu, dua minggu adalah tempo waktu ter-lambat yang dapat kami berikan." Ucap pria itu dengan suara rendahnya.
Rosa terlihat cemas. Dan setelah kepergian pria tadi, Rosa menutup pintu rumahnya dan masuk kedalam. Namun saat membalikan badan, ia melihat Ara sedang berdiri di depannya. Dengan wajah ketakutan seperti biasanya.
"Ada apa?" Tanya Rosa ketus.
"Nggak papa ma, Ara mau masuk ke kamar aja ya, semua kerjaan Ara udah selesai kok" ucap Ara lalu melesat masuk ke kamarnya.
Dikamar dia mengunci pintunya. Lalu dia sibuk berpikir. "Gimana ya caranya bantuin mama?" Gumam Ara sambil terus berpikir.
Sesaat ia membulatkan matanya karena menemukan ide, tapi sesaat lagi ia kembali berpikir. Sempat ia memikirkan untuk menjadi pembantu rumah tangga. Tapi itu tidak mungkin karena pekerjaan rumahnya yang terlalu banyak.Ara menghela napas berat. "Aduh, gimana ya?" Tanya Ara pada dirinya sendiri sambil mengetuk meja belajarnya pelan. Setelah beberapa menit berpikir, Ara akhirnya menyerah dan memilih untuk segera pergi ke alam mimpinya. Ara sangat lelah hari ini ditambah masalah hutang mamanya.
Ara pun memejamkan matanya dengan pikiran yang masih kalut.
***
Gadis cantik usia delapan belas tahun itu keluar dari kamarnya lengkap dengan seragam sekolahnya dan tas ransel yang berada di punggungnya. Mata indahnya berubah sendu ketika melihat mamanya sedang duduk diatas sofa dengan raut wajah cemas.
Ara memberanikan diri melangkah ke dekat Rosa. "Ma, mama kenapa?" Tanya Ara pelan. Takut mengganggu mamanya dan kembali mengamuk.
Rosa mendongak melihat Ara yang sudah ada di depannya lalu berdiri. "Ra, saya boleh minta tolong?" Tanya Rosa dengan lembut. Saking lembutnya membuat Ara tercengang. Ara serasa terbang ke langit tertinggi di dunia.
"Ma-mama m.. mau minta tolong apa?"
"Tolong jangan panggil saya mama lagi! Kamu itu bukan anak saya! Kamu itu anak HARAM!!!" Bentak Rosa lalu pergi meninggalkan Aea yang berdiri mematung.
Air mata Ara mengalir, namun segera Ara tepis. Ia berpikir mamanya berkata seperti itu pasti karena masalah hutangnya. Ara harus tetap kuat untuk memperjuangkan kasih sayang mamanya.
Lalu Vanya keluar dari kamarnya. "Mama kenapa?"
"Mama cuma lagi pusing aja kok. Ayo berangkat, " ajak Ara lalu keluar menuju garasi untuk mengambil motornya.
Di perjalanan, Ara sangat tidak fokus berkendara. Bahkan ia hampir menabrak motor didepannya jika Vanya tidak menegurnya. Ara jadi terus melamun.
Setelah sampai, Vanya langsung turun dari motor. Namun ia malah berdiri di samping motor kakaknya yang membuat Ara menjadi kebingungan.
"Nggak masuk?"
"Lo kenapa sih kak? Kalau ada masalah mendingan nggak usah bawa motor deh. Yang ada kita malah celaka" ujar Vanya kesal lalu melenggang masuk ke sekolahnya.
Ara hanya memandang Vanya sendu. Jika saja Ara lebih fokus dijalan, pasti Vanya tidak akan sekesal itu sekarang. Tidak berlama-lama bersedih, Ara langsung mengendarai sepeda motornya menuju kesekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARASKA
Teen FictionMungkin banyak kisah yang menceritakan bahwa ibu tiri sering berperilaku tidak adil atau bertindak keras kepada anak tirinya. Namun bagaimana jika hal itu dilakukan oleh seorang ibu kandung? Tak banyak orang yang tau bahwa dibalik sikap ramah dan s...