7. Kesialan Ara.

6 3 0
                                    

"Kenapa harus gue?" Tanya cowok es itu mengangkat satu alisnya dengan raut wajah tidak suka. Jujur, Ara sangat kesal melihat cowok es itu.

Rendy menghela napas karena kesal dengan sikap kakanya yang dingin itu, kenapa bisa sifat mereka sangat bertolak belakang walaupun terlahir dari rahim wanita yang sama?

"Nggak jadi" ujar Rendy malas lalu kakanya itu masuk kedalam mobil lalu melaju dengan cepat.

"Dia kakak gue, namanya Raska. Lo tau? Dia punya kekurangan dan kelebihan yang unik."

Ara jadi penasaran karena perkataan Rendy.

"Apa?"

"Dia itu paling nggak bisa liat orang yang dia sayang nangis, kalau ada yang buat orang yang dia sayang nangis atau sedih, dia nggak segan-segan menghukum orang itu. Siapapun itu. Tapi sayangnya dia dingin dan cuek banget sama orang yang dia nggak kenal, apalagi sama orang yang sengaja cari perhatian dia". Jelas Rendy panjang lebar membuat Ara lupa bahwa jam sekolahnya sudah lewat lima menit.

Ara hanya mendengarkan. Menurut Ara itu adalah hal yang biasa, masih banyak orang yang memiliki kelebihan seperti yang dikatakan Rendy.

"Ya ampun!" Pekik Ara saat melihat jam dinding di rumah itu.  Membuat Rendy mengikuti arah pandangan Ara.

"Ayo gue anter, nanti lo terlambat-- maksudnya nanti tambah terlamabat" ujarnya sambil mengeluarkan satu mobil berwarna hitam dari garasi. Apakah Ara akan menaiki mobil itu? Seumur hidupnya, Ara tidak pernah berpikir untuk menaiki mobil mewah itu.

"Ayo" ucap Rendy dari dalam mobil membuat Ara cepat-cepat masuk dan dengan sedikit keraguan. Setelah itu mobil itu melaju cepat menuju sekolah Ara.

***

Ara sekarang ada di kamar mandi lantai dua sekolahnya. Yah, Ara dihukum karena terlambat masuk sekolah, dan hukumannya membersihkan toilet sekolah. Sekarang pekerjaan Ara hampir selesai, tidak susah baginya melakukan ini karena ini adalah tugasnya di rumah setiap hari.

Ara duduk di kursi dekat kaca di depan toilet khusus perempuan. Akhirnya ia selesai, peluh membanijiri pelipisnya. Ada menghela napas lelah, kalau ia tidak lalai pasti ia tidak akan dihukum seperti ini.

Namun sepertinya keberuntungan tidak berpihak lagi padanya saat datang seorang cowok bertubuh jangkung dan wajah tampan berjalan ke arahnya, mungkin. Tapi untuk apa dia berjalan ke toilet wanita? Semakin dekat wajahnya semakin jelas dan, dia si cowok es itu, siapa namanya? Kenapa Ara jadi bingung begini?

Iya, Raska! Kakaknya Rendy.

Dan yang parahnya lagi, kerja keras Ara selama hampir setengah jam terbuang sia-sia gara-gara cowok es bernama Raska itu!, bagaiamana tidak? Ia menginjak lantai yabg baru saja dipel oleh Ara dan sekarang lantai itu sudah dinodai kembali,. Ara sangat kesal melihatnya!

"Permisi, anda tidak lihat kalau lantai yang baru saja anda injak masih basah?" Ucap Ara tidak tahan lagi.

Cowok itu mengernyitkan alis menatap jejak sepatunya yang berbekas di lantai itu. Ara ingin sekali rasanya mencakar tampang sok polos cowok es didepannya itu.

Ara menghela napas. " lagipula kenapa anda kemari? Disini toilet khusus perempuan. Apa anda ingin bertindak yang tidak baik?" Tanya Ara dengan tampang menginterogasi.

Raska melihat papan penanda perempuan di atas pintu toilet itu. Ia baru menyadari kalau ia salah toilet. Namun ia agak kesal dengan tingkah cewek didepannya. Ia tidak suka dipanggil dengan sebutan 'anda'.

"Raska, bukan anda" ucapnya lalu keluar dari tempat itu dan mencari toilet yang tepat untuknya. Ara bingung, kapan ia menanyakan namanya? Cowok es itu benar-benar menyebalkan bagi Ara.

Dengan kesal Ara melangkah ke kelasnya. Benar-benar hari yang sangat sial. Pertama terjatuh dari motor, kedua terlambat ke sekolah, ke tiga dihukum oleh guru, dan keempat bertemu dengan makhluk ciptaan tuhan yang sangat tampan namun juga sangat menyebalkan yang bernama Raska!.

***

"

Ra lo kenapa bisa terlambat sih?" Tanya Lira dengan nada suara yang terdengar panik. Ini adalah nada suara khas dari seorang Lira.

"Ceritanya panjang" jawab Ara singkat.

"Oh iya, gue lupa bilang kalau gue baru aja pindah rumah," Ara mengucapkannya pelan, firasatnya mengatakan bahwa akan ada pekikan yang keluar dari mulut sahabatnya ini.

"Apa!?" Kan benar.

Ara menghela napas, sambil melihat sekelilingnya, pandangan seluruh siswa di kelas itu terfokus di bangku yang Ara dan Lira sedang duduki sekarang.

Lira meringis pelan saat menyadari kesalahannya dengan menatap mata seluruh siswa disekitarnya.

"Ya, ma-maaf Ra" ujar Lura cemberut saat Ara menatapnya datar.

"Nanti aja deh gue cerita biar Desta juga bisa tau"

Lalu Lira hanya mengangguk dan menahan rasa ingin taunya tentang kepindahan Ara yang tiba-tiba.

...

"Harusnya lo bilang dong Ra dari kemarin kalau mau pindah," rajuk Lira saat sedang berjalan di koridor sekolah untuk segera pulang.

"Mau gimana lagi? Kan itu mendadak" jawab Ara lagi membuat Lira menghela napas.

"Eh Ra lo tau nggak ada murid baru di kelasnya Desta?" Tanya Lira teringat akan berita heboh mengenai cowok tampan yang baru pindah ke sekolah ini.

"Nggak," bohong Ara.

"Ini nih, kalau nggak peka gini deh jadinya, baru dua hari tu cowok pindah, udah banyak punya fans dia disini Ra," ucap Lira sambil membayangkan wajah tampan cowok baru itu.

"Oh, tapi sayangnya gue nggak ingin tau" jawab Ara ketus lalu meninggalkan Lira yang mengoceh tidak jelas dibelakangnya. Kalau masalah cowok ganteng, Lira paling semangat untuk hal itu.

Saat berjalan cepat dan akan berbelok, Ara tidak fokus ke jalan yang menyebkan bokongnya menyentuh lantai koridor dengan keras.

Ara meringis merasakan bokongnya yang berdenyut akibat terjatuh dengan keras. Saat ia mendongak ia melihat cowok es itu berdiri didepannya. Dia lagi, dia lagi. Apa salah Ara Tuhan?!

"Anda lagi, apa saya punya salah terhadap anda?" Ucap Ara berusaha tenang membuat Raska menautkan satu alis keatas.

"Jalan pakai mata" ucap Raska lalu melenggang pergi. Selalu saja begini, ia tidak pernah merasa bersalah saat telah berbuat salah. Sekedar mengatakan maaf pun tidak mau apalagi selalu bersikap tinggi membuat Ara jadi kesal sendiri melihatnya.

Jika Ara bertemu lagi, Ara akan melempar sepatu ke arahnya sebagai bentuk kekesalannya namun hanya ada satu kendala, Ara tidak berani melakukan hal itu.

. . .

ARASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang