Tujuh (End)

16K 1.5K 258
                                    

Berjauhan dengan suami tercinta saat dalam kondisi hamil memang bukan hal yang mudah untuk dilalui. Terlebih saat ini mereka sangat jarang berkomunikasi, karena terkadang Bagas harus bertugas di pedalaman Papua selama berhari-hari.

Mereka lancar berkomunikasi hanya saat Bagas berada kota dengan fasilitas jaringan seluler dan data yang memadai.

Mereka berkomunikasi tidak lebih sering dari satu hari dalam seminggu, yakni saat Bagas libur bertugas. Di hari di mana Bagas tidak bertugas, maka Nessa sudah siap menunggu berjam-jam sebelumnya untuk melakukan panggilan.

Seperti halnya saat ini, Nessa sudah duduk di meja riasnya, menunggu Bagas menelpon. Dia sudah berias dengan sangat cantik mengingat Bagas akan melihat wajahnya.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Yang dinanti akhirnya menghubungi juga melalui sambungan video call. Seperti biasa air mata Nessa selalu mengawali pembicaraan yang akan mereka lalukan.

"Cantikmu pergi kalau sedang nangis." kata Bagas. "Tapi tenang saja, cukup dengan tersenyum maka cantikmu pasti kembali, apalagi sambil bilang 'I LOVE YOU'. Maka bagiku kamulah satu-satu wanita tercantik di atas muka bumi ini." lanjutnya membuat Nessa tersenyum lebar.

"Aku nangis karena aku rindu kamu."

"Kata Dilan, jangan rindu, berat, biar aku saja."

"Darimana tahu Dilan?"

Tangan Bagas memperlihatkan sebuah novel dengan cover bergambar seorang anak laki-laki memakai seragam sekolah.

"Apa itu novelku?" pekik Nessa.

Bagas mengangguk sambil tersenyum.

"Dan kamu membacanya?" tanya Nessa tak percaya.

"Ya."

"Pantas tiba-tiba saja kamu jadi tukang gombal sekarang."

Bagas pun kembali tersenyum.

"Kenapa bisa tertarik untuk baca novel?"

"Pertama kali aku baca novel ini karena penasaran saja. Biasanya kan, buku yang kamu baca adalah buku-buku hukum bukan novel. Dan halaman pertama yang aku baca yaitu halaman 22, lumayan menarik minatku untuk lanjut membacanya."

"Masa laki-laki baca novel? Novel romantis lagi?"

"Kenapa rupanya, yang nulis juga laki-laki. Dan siapa tahu saja, dengan membaca novel romantis aku bisa jadi orang yang romantis buat kamu."

"Kalau sudah romantis?"

"Kalau sudah romantis seperti Dilan, siapa tahu saja aku bisa lebih membuatmu jatuh cinta padaku."

"Tidak perlu jadi Dilan untuk membuatku jatuh cinta, kecuali kalau kamu mau aku cinta sama Dilan bukan sama Bagas."

Bagas menatap Nessa dengan pandangan horor, dan Nessa tertawa dibuatnya.

"Oke, kalau begitu aku tidak akan menjadi siapapun untuk membuatmu selalu mencintaiku," tegas Bagas, dengan keseriusan menyerang wajahnya, membuat Nessa kembali tertawa. "Dan aku tidak ingin membahas masalah itu lagi," lanjutnya.

"Bagaimana keadaan anak kita?" tanya Bagas setelah tawa Nessa mereda.

"Sangat baik,"

"Boleh melihat mereka secara langsung."

Mereka? Ya, Bagas sudah tahu dari hasil USG kalau bayi mereka adalah bayi kembar.

"Bagaimana caranya?" tanya Nessa.

"Buka pakaianmu."

Nessa menatapnya sambil menahan senyum.

"Ingin melihat keadaan bayi kita hemm?" tanya Nessa menyelidik.

Kekuatan Cinta (Mini Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang