Dua

14.6K 1.6K 41
                                    


"Kalau kamu tidak percaya kamu bisa lihat sendiri senyum di wajahnya." kata Ana sambil kepalanya mengangguk ke arah pintu masuk rumah. Bagas pun mengikuti arah pandang Ana dan dia harus terbelalak dengan mulut terbuka saat pandangannya jatuh pada sosok  cantik yang saat itu berjalan ke arahnya.

Pemandangan itu memakunya di tempat ia berdiri. Tubuhnya seolah kaku tidak bisa bergerak, napasnya memburu, sementara matanya membulat mengikuti pergerakan sosok cantik itu.

Bagas hanya menatapnya dengan pandangan tak percaya, hingga sosok cantik itu menghentikan langkah tepat di hadapannya.

"Selamat datang Tuan Topi Baja Biru," kata Nessa, senyumnya mengembang, senyum indah yang selalu menggetarkan hati Bagas kala ia melihatnya.

Bagas tak menjawab sambutan Nessa, dia terkejut dan sangat tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Dia menatap tak berkedip senyum yang selama satu tahun ini hanya ia temui di dalam mimpinya. Senyum yang selalu mengawali fantasi liar di alam bawah sadarnya bersama sosok yang kini tapak jelas dan berdiri tepat di hadapannya.

"Apakah aku sedang bermimpi?" gumam Bagas lebih pada dirinya sendiri.

Dia pun memutar pandangannya ke sekeliling dan melihat wajah-wajah keluarganya yang tersenyum sambil menangis. Bagas pun mengembalikan pandangannya ke arah sosok Nessa, dan sosok itu tetap ada, tidak menghilang seperti yang ia duga.

Dengan masih tidak percaya, pandangan Bagas mencari-cari dan meneliti wajah Nessa. Wajah itu masih tetap cantik seperti dahulu, walau ada beberapa bekas luka yang samar dan bisa terlihat jika dilihat dari jarak dekat, tapi selain itu kecantikannya masih utuh bahkan semakin cantik dengan gaun dan riasan yang ia kenakan saat ini.

"Jadi, ini benar-benar nyata?" Tak jelas siapa yang Bagas tanyai, tapi senyum dan matanya yang basah, hanya tertuju pada wajah cantik Nessa.

"Kamu bisa menampar wajahmu sendiri jika tak percaya dengan apa yang kamu lihat," balas Nessa, dia pun tersenyum sambil berurai air mata.

"Sepertinya, kamu sangat suka melihatku kesakitan."  balas Bagas senyumnya semakin lebar tapi air matanya sama sekali tak berhenti.

"Aku rasa, kamu sangat pantas mendapatkannya."

"Kamu benar," balas Bagas, merasa konyol, lalu dengan gerakan cepat dia meraih Nessa, menarik dan memeluk istrinya itu dengan sangat erat.

"Sekarang kamu puas hemm?" bisik Bagas dengan wajah tenggelam di rambut Nessa.

"Sangat" Nessa membalas pelukan Bagas dengan sama eratnya. Tangisnya mulai pecah, dan kini dia terisak di dada bidang suaminya itu.

"Kamu memang Nessaku yang kejam." kata Bagas setelah beberapa saat.

Nessa mengangkat wajah tanpa berusaha melepas pelukannya, lalu tersenyum walau matanya masih basah.

"Aku dan Papa hanya ingin menuruti apa yang kamu mau. Bukankah kamu tidak ingin diingatkan tentang aku."

"Itu dalam kasus yang berbeda, sialan." geram Bagas pandangannya tertunduk menatap wajah Nessa.

"Kami hanya ingin kamu fokus dalam tugas-tugasmu untuk menjemput rasa banggaku."

"Dan apa sekarang kamu bangga padaku?" Bagas kembali tersenyum sambil mengusap air mata di pipi Nessa.

"Sangat"

"Kalau begitu, apakah aku bisa mendapatkan penghargaan yang kamu janjikan?"

"Tentu," jawab Nessa.

"Baiklah, sekarang beritahu aku apa yang pantas aku dapatkan,?" tanya Bagas dengan mata masih menatap lekat wajah cantik istrinya.

"Aku akan memberimu apapun yang kamu inginkan. Sebagai penghargaan atas apa yang sudah kamu raih."

Kekuatan Cinta (Mini Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang