PART 2

4.6K 429 24
                                    

Aseeekk update di awal puasa hehe... Aku  post cerita ini buat nemenin kalian yang lagi nunggu adzan maghrib😂.
Aku mau ngucapin, selamat berpuasa bagi yang menjalankan. Semoga ramadha kali ini kita bisa beribadah dengan maksimal.
Oh, iya... Maapkan atas kesalahan daku ya yang sering PHPin kalian atau ada kata2 ku yg salah dan menyinggung kalian mungkin.😂😅

Marhaban ya Ramadhan ❤

-Nuris Azurra berserta segenap cast "For You, Kapten." dan "SANDIAKSARA".- 😂😂

****
Lonceng berbunyi, menandakan waktu istirahat telah tiba. Aruna segera merapihkan barang miliknya dan juga setumpuk buku tugas milik anak didiknya. Ia bangkit dari duduknya, "Silahkan kalian istirahat!" pekikan gembira menggema. Anak-anak sangat antusias berlarian keluar. Ada pula yang hanya diam di kelas memakan bekal yang dibawanya.

Aruna sedikit kesulitan memegang setumpuk buku itu, tiba-tiba suara kecil mengintrupsinya, "mari saya bantu bu...!"

"Tidak usah Simon, ibu bisa membawanya sendiri!" ujar Aruna halus dengan senyum manis yang tersungging.

"Tapi saya lihat ibu kesulitan. Saya ikhlas membantu ibu," jawabnya dengan nada polos membuat Aruna terkekeh.

"Baiklah... Kau bawa ini ya!" anak lelaki bernama Simon itupun mengangguk. Aruna meletakan beberapa buku di tangan Simon. Dalam hati ia tersenyum.

Sesampainya di kantor guru, Aruna mengucapkan terimakasih pada Simon dan memberinya sepotong kue yang ia bawa. Anak itu nampak gembira dan menyantap lahap kue tersebut.

"Terimakasih Ibu...!" Simon membungkuk hormat dan pamit undur diri. Aruna tersenyum melihatnya. Simon tidak pernah berubah, selalu ramah dan baik pada siapapun. Ia sering sekali membantu Aruna. Ia juga anak yang cerdas. Tapi sayang, ia jarang sekali masuk sekolah. Bukan karena malas, tapi karena ia harus membantu orangtuanya berladang. Bagi masyarakat Long Panghai, pendidikan bukan lah hal yang utama. Bagi mereka pendidikan hanyalah hal sia-sia karena pada akhirnya nanti anak-anak mereka akan berakhir di ladang. Jadi lebih baik langsung saja membekali mereka pekerjaan ladang ketimbang bersekolah, begitulah kira-kira pemikiran orangtua di sini. Masih sangat minim sekali minat masyarakat pada pendidikan. Aruna sungguh menyayangkan pemikiran semacam itu.

"Run, Albian sakitkah?" suara wanita paru baya itu menyadarkan Aruna dari lamunannya.

Aruna menoleh ke tempat dimana suara itu berasal, dengan dahi yang berkrenyit, Aruna menggeleng, "memang kenapa bu?"

"Hari ini dia tidak masuk sekolah," sahut wanita bernama Weni yang tak lain adalah wali kelas Bian.

"Tidak masuk? Mana mungkin! Dia sudah berangkat sedari pagi buta."

"Tapi dia tidak ada di kelas. Mana mungkin ibu membual."

"Ck, kemana pula anak itu?" gumamnya kecil.

******

"Cepat... Cepat... Ayo... Sedikit lagi! Yay... Kapalku menang!"

"Halah, kau berisik sekali, Yoris! Lihat kapalku jadi kalah!" rajuk bocah berkulit hitam itu. Tupa namanya.

"Hei, Tupa, kenapa pula aku yang disalahkan?" Yoris bertanya tak suka.

"Ah, pokoknya kau salah! Sudalah, aku tidak ingin bermain lagi. Aku ingin mandi saja."

"Dia cepat sekali merajuk. Macam mamakku." celetuk bocah bernama Awi.

Ketiga bocah itu segera melompati bebatuan dan menceburkan diri ke dalam sungai. Mereka bermain air dengan saling melempar canda. Mereka nampak menikmati segaranya aliran Sungai Holu. Ini adalah sungai yang membelah dua desa di Kecamatan Dayan Aluwa.

SANDIAKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang