Thank u yang udah vote dan komen di part sebelumnya. Maapkan aku yang masih jarang update 😂
Oh iya... Kalian bisa cek ulang sinopsis di awal ya, biar sedikit paham sama alurnya.
Okelah ga usah banyak basa basi busuk ya, langsung aja deh baca part 3nya cusss...
Don't forget to vote and comment guys 😊
******
"Selanjutnya, Satgas lima pergi ke tapal perbatasan barat di titik 6.7!" seluruh mata tertuju pada satu titik di sebuah peta kecil ketika Arkan mengarahkan telunjuknya.
Mereka terdiam sejenak, mengamati gambar peta yang terlihat tidak terlalu jelas karena pencahayaan yang sangat minim. Setelah dikiranya terlihat jelas, mereka serempak mengangguk-anggukkan kepala pelan.
"Kalian paham?"
"Siap, paham, komandan!" Arkan mengangguk lalu bangkit dari posisi duduknya. Kemudian diikuti para prajurit lainnya.
Seperti biasa, malam rabu adalah jadwal wajib para prajurit untuk melakukan tugas pengamanan. Dari dua puluh prajurit yang ada akan diambil sepuluh orang untuk melakukan tugas ini. Mereka akan dibagi menjadi lima kelompok yang akan memeriksa dua puluh dua patok perbatasan yang ada di desa Long Panghai. Hal ini dilakukan guna meminimalisir aksi penyelundupan barang-barang ilegal ataupun para imigran gelap.
"Sudah siap semua?"
"Siap, komandan!" seru mereka serempak.
"Baik kalau begitu, segera berjalan menuju tempat yang telah di tentukan dan tetap berhati-hati! Jangan sampai kita kecolongan lagi!" perintah Arkan penuh penekanan. Pasalnya ia tidak ingin sampai kejadian dua minggu lalu terulang. Kala itu ada dua orang tak beridentitas berhasil masuk ke desa ini dengan membawa beberapa senjata api ilegal. Untunglah saat itu ada penduduk yang menaruh curiga dan berhasil menangkap kedua orang tersebut dan membawanya menuju barak tentara.
Sebagai komandan, Arkan tidak ingin hal ini terjadi lagi. Ia akan mengupayakan berbagai hal untuk mengamankan daerah ini. Berbagai cara ia lakukan termasuk menambah jadwal patroli. Yang biasanya dilakukan setiap tiga hari sekali, ia mengubahnya menjadi dua hari sekali, siang dan malam. Hal ini berdampak pada jam kerja para Satgas Pamtas (unit-unit Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan) karena jumlah prajurit yang menjaga perbatasan sangatlah minim, hanya ada dua puluh prajurit.
"Siap, komandan!" Arkan mengangguk pelan menandakan bahwa ia menyuruh para prajuritnya untuk mulai melaksanakan tugas. Semua mulai menyebar menuju titik yang telah ditentukan.
Arkan berjalan beriringan dengan rekan satu timnya, Prada Sutejo. Mereka akan bertugas memeriksa tapal perbatasan di sebelah utara Long Panghai dan sekitarnya.
Bendera merah putih yang di bawa oleh Arkan, berkibar indah diterpa angin malam. Pancaran cahaya remang yang berasal dari obor menambah kesan eksotis bagi siapa saja yang melihat pemandangan ini.
Ya, itu adalah kebiasaan para pasukan dalam berpatroli. Mereka akan membawa sehelai bendera merah putih sebagai penanda bahwa mereka adalah pasukan patroli perbatasan.
*********
Sudah lebih dari satu jam lamanya Bian berkutat pada bukunya. Aruna tahu, anak itu tidak sedang belajar menulis ataupun berhitung. Dia sedang menggambar. Entah apa yang anak itu gambar.
Aruna yang sedaritadi berdiri di ambang pintu kamar bian, memilih untuk masuk ke dalam kamar bocah berambut ikal itu.
"Kau sedang menggambar apa?" Bian nampak terkejut dan segera mendekap buku itu guna menyembunyikannya dari Aruna, "b-bukan apa-apa bu... Hehe..." Aruna mengernyit bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDIAKSARA
ChickLitKejadian sebelas tahun lalu, menorehkan luka dan trauma mendalam bagi Aruna. Kakaknya melakukan sebuah kesalahan besar dengan menjalin hubungan terlarang dengan seorang tentara berpangkat Prajurit Satu (Pratu). Kehidupan yang dikiranya akan berjalan...