Warning!!!
Hard content!.
.
.
Aku mengerjapkan mata beberapa kali sehingga mataku bisa terbiasa melihat cahaya dan sekitarku dengan baik. Seseorang berdiri di hadapanku. Menjulang sangat tinggi. Aku mengerjapkan mata sekali lagi. Menyadari jika tanganku terikat di belakang kursi yang ku duduki.
"Kau sudah bangun?" Dia bertanya lembut. Tersenyum menawan.
"Ya. Dan bisa kau lepaskan aku?" Tanyaku dengan ketenangan yang membuatku kagum luar biasa.
Dia tersenyum puas. Jelas sekali jika tanggapanku membuatnya benar-benar merasakan kepuasan yang tak terkira. Kakinya melangkah seirama. Berjalan mendekati kursi tempatku duduk dengan kedua tangan terikat. Beruntungnya kedua kakiku tidak ikut terikat. Dia berjongkok. Menatapku dengan tatapan memuja yang sungguh demi tuhan begitu memuakkan. Sepasang tangannya terangkat lambat. Sebelah alisku naik begitu kedua yang terangkat itu membingkai wajahku dengan teramat lembut.
"Sweetheart, kau memang selalu membuatku terkesan"
Aku mendengus kasar. Menatapnya muak. Aku tidak mengenalnya sama sekali. Dan dia berani memanggilku sweetheart? Berani sekali.
"Lepaskan tanganmu" Kataku dingin. Kedua bola mataku menyorot tajam.
Dia membalasnya dengan sebuah senyum lebar yang sayangnya terlihat menawan namun bagiku begitu membosankan. Tapi tak urung, dia melepaskan tangannya dari wajahku. Menompang wajahnya sendiri dengan kedua tangan itu. Dia tersenyum layaknya anak kecil yang baru saja mendapatkan hadiah.
"Kau tau sweetheart? Aku bisa merasakan halusnya kulitmu di wajahku" Sungguh aku ingin muntah melihat caranya bicara dan melihat bagaimana ia mempermainkan kedua telapak tangan yang ia gunakan untuk membingkai wajahku.
"Kau mau mengulitiku?" Tanyaku berani. Menantang monster psico yang sedang menunjukkan taringnya padaku.
Dia tertawa merdu. Menatapku penuh minat. Sungguh. Aku ingin sekali mencungkil kedua mata yang menatapku dengan kurang ajar itu. Merematnya hingga hancur berkeping-keping.
"Sweetheart, kau benar-benar manis sekali. Aku tidak pernah menemukan gadis semanis dirimu" Dia bicara lagi. Aku tidak heran jika dia mengatakan hal itu. Karena mustahil sekali bagi orang gila ini untuk tidak pernah menguliti atau setidaknya memutilasi seseorang sebelum membunuhnya.
"Oh jadi kau hanya membunuh wanita? Cih. Menyedihkan sekali" Aku masih tetap menantangnya. Melihat sejauh mana dia bisa menahan kesabarannya atas semua ucapanku. Jika dia berpikir tengah bermain-main dengan perempuan biasa, maka sayang sekali. Dia sedang berhadapan dengan seorang monster.
Tangannya bergerak cepat. Mencengkran wajahku keras. Aku mendesah keras. Menahan ringisan yang hampir saja keluar. Dia tersenyum memuakkan. Tangannya semakin mencengkram rahangku erat hingga kedua bola mataku menyipit.
"Sweetheart, wanita adalah makhluk yang begitu menawan. Aku hanya ingin mengabadikan keindahan mereka... juga teriakan mereka ketika aku menguliti mereka" Dia tertawa setan.
Aku mendesah kasar. Sebelah kakiku terangkat kuat. Menendang keras tulang kering kakinya hingga dia melepaskan wajahku dan memgerang menahan sakit yang teramat.
"Singkirkan tanganmu dari wajahku" Kataku dingin. Dia menatapku marah. Tangannya kembali terangkat. Kali ini dia mengarahkannya pada wajahku, namun sebelum tepat sebelah tangan itu menampar keras wajahku, tangannya terhenti di udara. Terdengar bunyi krek yang menandakan patahnya sesuatu. Atau lebih tepatnya tulang lengan si gila itu patah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Over You
Детектив / ТриллерJangan lengah. Mungkin detik ini dia ada di belakang punggungmu. Mengawasimu diam-diam, sebelum mendekapmu erat hingga melupakan nafas. Nb : Tema cerita ini 'dark' jadi kemungkinan besar akan ada beberapa chap yang di penuhi tragedi juga kesadisan d...