Mereka berempat sekarang berada di rumah kakek pemberi quest, tepatnya di ruang tamu. Sebelum mereka melanjutkan perjalanan, mereka ingin mengambil hadiah quest-nya. Selain itu, Lucid ingin menyampaikan sesuatu kepada kakek itu.
"Terima kasih karena selalu memberiku makanan," ucap Lucid. "Maaf, karena aku tidak pernah berbicara dengan kakek dan baru bisa berterima kasih sekarang," lanjut Lucid dengan nada datar.
"Sudahlah, tidak perlu merasa tidak enak seperti itu," balas kakek itu. "Anggap saja yang aku lakukan itu adalah balas budi karena orang tuamu selalu membantu semuanya, terutama aku."
"Aku memang tidak me-" Kalimat Lucid terhenti karena Likyter menyikut lengan Lucid.
"Kalau begitu, kami permisi, Kek," ucap Likyter. "Terima kasih atas hadiahnya."
"Sebelum kalian pergi, kalian makanlah dulu di dalam," tawar kakek itu.
"Tidak perlu, Kek. Kami sudah makan," balas Likyter.
"Kalian kan be-" Lagi-lagi kalimat Lucid terhenti karena Likyter menyikut lengan Lucid.
"Kalau begitu, kami pamit," ucap Alice.
"Hati-hati di jalan," pesan kakek itu.
Mereka berempat pun pergi melanjutkan perjalanan untuk membantu Lucid mencari potongan peta pusaka. Alice dan Prila berada di depan, sedangkan Likyter dan Lucid di belakang.
"Ketua, kenapa kau harus berbohong tentang kalian sudah makan?" heran Lucid. "Selain itu, kenapa kau menghentikanku untuk memberitahu kalau aku tidak merasakan perasaan tidak enak dan kalau kau yang menyuruhku mengucapkan terima kasih itu?"
"Kalau kau melakukan itu, perasaan kakek akan tersakiti. Ada beberapa orang yang tidak terlalu suka dengan sikap terus terang, bahkan sampai membuat perasaannya sakit," jawab Likyter.
"Aku tidak paham... Jujur salah, bohong juga salah. Apa sebenarnya yang diinginkan manusia? Memangnya aku harus bagaimana agar diterima oleh kalian para manusia?"
"Hmm... perasaan seseorang memang sulit ditebak. Aku pun tidak bisa menjelaskannya, kalau pun bisa pasti akan membutuhkan lebih dari sehari untuk menjelaskannya," jawab Likyter. "Tapi, kau bisa menjadi dirimu sendiri apabila bersama dengan teman-temanmu. Karena mereka pasti sudah menerima apapun kekurangan dan kelebihanmu."
Lucid menghentikan langkahnya. "Kalau mereka muak dengan sifatku, apakah masih disebut teman?"
Likyter pun ikut menghentikan langkahnya. "Hmm... kalau semua orang di dunia ini muak dengan sifatmu, aku akan selalu menerima sifatmu."
"Sepertinya kau sedang menggombal. Apa benar?"
"Ha, ha, ha..."
"Hei, kalian berdua! Cepatlah!" teriak Prila.
"Ya, kami akan segera ke sana," balas Likyter. "Ayo, Lucid."
Lucid berjalan mendahului Likyter. Tapi baru beberapa langkah dia berhenti dan berbalik badan ke arah Likyter. "Aku dengar kalau seseorang mengikari janjinya, maka dia harus memakan seribu jarum. Apa kau yakin dengan hal itu?"
"Tentu saja. Aku tidak akan mengikari janjiku."
"Berarti aku harus membeli seribu jarum sekarang."
Setelah mengucapkan itu, Lucid pun pergi. Sedangkan Likyter hanya tersenyum kecut, karena mendapatkan perlakuan seolah dia laki-laki yang tidak bisa menepati janjinya. Walau begitu, Likyter tidak terlalu mempermasalahkannya dan menganggapnya sebagai gurauan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADVENTURE NO ALONE: BEFORE (Slow Update)
FantasyIni adalah cerita masa lalu Likyter dari ceritaku berjudul 'Adventure No Alone'. Awal mula Likyter menjadi seorang petualang, hubungannya dengan organisasi Megafan, dan kisah saat bersama party-nya yang pertama. Cover by:Chloe Valkyire.