JALAN PERTAMA: MENJADI PETUALANG

520 34 31
                                    

Bel masuk pun berbunyi, seluruh siswa-siswi memasuki kelasnya masing-masing. Termasuk dengan seorang siswa berambut hitam keputihan pendek, seragam putih dengan dasi abu-abu, celana abu-abu panjang, ikat pinggang hitam, sepatu hitam putih, kaos kaki putih panjang sedikit melewati mata kaki, dan matanya meperlihatkan kalau dia sedang malas atau mengantuk. Dengan ekpresi malas atau mengantuk, dia berjalan menuju bangkunya yang terletak paling depan. Setelah duduk, dia menompang dagunya dengan satu tangan, kepalanya melihat ke arah luar jendela. Tak lama kemudian, pak guru masuk ke kelas siswa itu.

Pak guru itu meminta ketua kelas untuk memulai kegiatan dengan berdoa. Ketua kelas yang adalah seorang siswi pun mengucapkan untuk berdoa secara lantang. Tentu, siswa berwajah terlihat malas atau mengantuk itu terpaksa harus menghentikan kegiatan memandangi langit biru dan langsung memenjamkan matanya untuk berdoa. Setelah beberapa detik, semua murid membuka matanya. “Selamat pagi, pak!” teriak mereka bersamaan.

“Selamat pagi, anak-anak. Hari ini karena tidak ada upacara, jadi seperti biasa akan digantikan dengan pembinaan. Sebelum itu, bapak akan mengabsen kalian.” Pak guru yang sudah duduk di kursinya itu membuka buku absen. Pak guru itu menyebutkan satu-persatu murid-muridnya. Lalu, pak guru itu sampai di sebuah nama. “Likyter.”

Siswa yang duduk di depan dengan wajah malas atau mengantuk itu pun mengangkat tangan kanannya. Setelah pak guru menyebut nama murid lain, siswa bernama Likyter itu menuruni tangannya dan memandangi kembali langit, kali ini tidak menompang dagunya.

Selesai mengabsen, guru itu pun berdiri. “Ada sesuatu yang ingin bapak sampaikan, karena sebentar lagi adalah ulangan semester. Bapak harap kalian semua belajar dengan giat, dan menyelesaikan tugas-tugas yang kosong. Bapak harap juga kalian semua saat menghadapi ujian nanti jujur.”

“Baik, pak,” jawab mereka.

Kemudian, bapak guru itu memulai kegiatan pembinaan kelasnya. Likyter, dia terlihat seperti menyimak perkataan gurunya itu, tapi sebenarnya pikirannya tidak fokus.

***

Waktunya istirahat. Likyter, dia masih duduk di bangkunya, menatap langit. Tanpa dia sadari, sesosok makhluk berkepala serigala, seluruh tubuhnya berbulu putih lebat, tangan berbulunya memiliki cakar kecil tapi runcing, memakai seragam sama dengan Likyter, dan ada ekor kecilnya yang berbulu menembus celana belakangnya. Dia berjalan mendekati Likyter, lalu dia duduk di sebelah Likyter yang kebetulan kursinya kosong.

“Woi, Likyter. Masih memikirkan menjadi petualang?” tanya siswa manusia serigala itu dengan suara agak menakutkan.

“Begitulah,” jawab Likyter.

“Memangnya apa enaknya menjadi petualang? Memburu monster, berkelana, atau mencari pekerjaan untuk berburu. Pasti sangat melelahkan,” terang siswa manusia serigala.

“Sudahlah, Basch. Pendapat orang itu beda-beda,” ucap seorang siswi bertelinga runcing yang mendekati mereka. Siswi ini adalah elf, rambutnya hijau panjang, mata hijau cerah, berkulit putih, dan berwajah cantik. “Aku yakin bagi Likyter itu adalah hal yang menyenangkan. Iya, kan, Likyter?”

“Entahlah,” jawab Likyter.

“Lucy, kau selalu saja membela Likyter. Apa jangan-jangan kau suka dengan Likyter?” goda Basch.

“A-Aku tidak me-menyukai Likyter!” bentak Lucy.

“Benarkah?” goda Basch lagi.

“Benar!!”

Selanjutnya akibat Basch terus menggoda Lucy, pertengkaran adu mulut pun terjadi. Likyter, dia meninggalkan mereka berdua karena merasa risih.

***

ADVENTURE NO ALONE: BEFORE (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang