Still Author POV
Hujan~
Kediaman Angela sekarang lagi hujan. Ga ada yang bakal beraktivitas diluar kalo gini banget dinginnya.
Belek yang sedang makan diganggu oleh anaknya sendiri, Cicit.
"Mom bagi dong mom,"
"Mom kok ga denger Cit ngomong?"
"Mom,"
"Mom,"
Belek menghela napas. Untung anak. Untung anak kesayangan. Sabar, sabar.
Berat hati, Belek menjauh dari piring makannya dan ngasih jalan buat Cicit.
"Tuh, makan. Mom udah kenyang."
See? Itulah rasa sayang emak ke anak, padahal Belek masih lapar. Sekarang Belek lagi bingung, gimana mau keluar, nyari makan sedangkan hari masih hujan deras. Kebutuhan makan Belek harus kudu terjaga, soalnya Cicit masih menyusui.
Ya barangkali aja ada yang mau ngasi makanan gitu siapa kek.
"Ck, Cicit hobi banget dah gangguin emaknya makan." ayah Angela yang kebetulan mau ke dapur buat bikin kopi ngeliat Cicit makan di piring Belek dan emaknya itu menatap Cicit seakan makanannya ga direlakan.
Ayah Angela yang teridentifikasi namanya Roni mengambil sebuah piring plastik dan menuangkan makanan khusus guk guk dengan porsi yang cukup membuat semua spesies bulldog kekenyangan ke sana.
"Lek, sini lek." ajak Roni sambil ngejentikin jari biar Belek mendekat kepadanya. Belek tertarik dan mendekat kepada Roni.
"Kamu makan disini ya," ujar Roni sembari meletakkan piring berisi itu di meja sebelah kompor. "Biar nggak di ganggu anakmu lagi. Kamu sih kok mau aja diganggu Cicit."
"Damn it, he is my Son, shucks." sinis Belek yang tentunya tak akan bisa Roni mendengar apalagi mengerti. Dia hanya menggumam lewat telepati.
Tapi tetap saja, Belek memakan pemberian Roni dengan senang hati.
Roni tersenyum. "Bagus, papa kerja dulu ya, itu beleknya jangan lupa di bersihin ya."
Belek mengusap matanya yang terdapat belekan sekilas, lalu melanjutkan makannya kembali.
Lah Roni gajadi bikin kopi?!
***
"Ohayou gozaimasu," Menyan meregangkan tubuhnya keatas trus menguap lebar.
"Ohayou ndazmu!" Cicit terkekeh.
"Udah tengah hari, Nyan," sambung Belek tertawa.
"Ah masa?" Menyan menguap sekali lagi trus noleh ke arah jam dinding. Meskipun sebenernya dia nggak ngerti cara liat jam, yang jelas kedua jarum berada di angka yang sama, yaitu 2. "Ga siang-siang amat kok."
"Emangnya abang ngapain tadi malam? Begadang push rank?"
"KUCING KOK ANALOG?!" Menyan berteriak dan tertawa sekeras mungkin diikuti Cicit lalu Belek yang tidak mengerti.
Abis ketawanya reda, Menyan menyambung kembali. "Nggak kok, emang gue bangun tadi malem sebentar."
"Ngapain bang?"
"Tahajud."
"Wanjir kerad kamu bang!" Cicit tertawa kembali diiringi Menyan. Belek memilih untuk duduk nyante.
Dan seketika tawa mereka terhenti ketika penjahat home alone itu datang.
Siapa lagi kalau bukan 'Tai'lor?
"Bangun jam segini? Mana sopan santun lo?" sindir kucing sialan itu.
"Berani ngomong sopan santun padahal ga ngaca sama sekali." sahut Menyan enteng. "Kapan lu habede? Ntar gue beliin mirror."
"Segitu ngefansnya ya, sama gue." Taylor nggak mau mengalah. "Tapi gue udah lama bikin pernyataan kalau gue ga bakal nerima hadiah dari para fans lagi." celotehnya sombong.
"Songong lo ya, debut aja kagak!" Sela Cicit berani sekaligus kesel mungkin ya.
"Bocah diam!" bentak Taylor kepada anak anjing malang itu. "Lo kira gue trainee apa?"
Belek yang sebenarnya ingin pergi dari sana kembali ke hadapan Taylor dan menggeram.
"Kamu lupa kalau saya masih disini?" Belek menatapnya garang. Menyan mundur teratur. Belek yang notabenenya lebih dewasa dari yang lain tentunya dia juga bersikap dewasa layaknya seorang orang tua yang marah ketika anaknya di bully.
"Oh lo nantang gue?" Taylor maju dan bersikap menantang, tak peduli jika tubuh Belek memang lebih besar darinya.
"Jaga ucapan kamu, ingat kamu lagi ngomong sama siapa!" ujar Belek dengan nada bijak.
"Gue-- maksudnya saya lagi ngomong sama spesies yang ngesein kiri belok kanan, ye gak?"
Serius. jika kalian tanggapi percakapan diatas dengan dalam, kembalilah ingat hal berikut: mereka adalah hewan berupa dua ekor kucing dan dua ekor anjing. bukannya beberapa manusia yang terlibat dengan guru bk di sekolahnya.
Jika di pikir-pikir, mungkin ini benar-benar terlihat seperti manusia, bagi yang menghayati, memangnya upacara bendera?!
"Saya serius, Taylor!" Seru Belek. "Kamu mau saya laporkan ke Angela?"
"Coba aja," cetus Taylor enteng. "Tapi jika lo berhasil ngaduin semuanya ke Angela, gue janji gue bakal ngasi kehidupan yang bebas ke kalian. Gue bakal pergi." Ujar Taylor sambil berlalu.
Belek mengerti maksud Taylor, begitu juga dengan Cicit.
"Yok ah Bel! Ngadu aja gih ke Angela!" Menyan menyemangati seekor anjing yang telah dianggapnya sebagai ibu itu. "Biar Taylor ga ganggu kehidupan kita lagi Bel!"
"Tapi gimana caranya?" tanya Belek.
"Ya tinggal ngadu aja apa susahnya, kan bisa--- o iya," Menyan mengutuk dirinya sendiri yang merasa dibodohi dengan Taylor.
"Gitu deh, bang." Cicit mengangguk-angguk, seolah mengerti isi kepala Menyan.
"Gimana cara ngadu kalo Angela ga ngerti bahasa kita?"
***
👇Vote pls
KAMU SEDANG MEMBACA
MENYAN
Humor[#168 Humor] Gue ga nyangka hidup gue sebagai kucing yang tenang bakal dapat bencana kek gini. Seenak udel aja bakal ngambil kekuasaan gue. Gue cakar dikit juga ngeraung trus ngadu ke majikan. . . . No Plagiat please :) Happy Reading!