"Gue bosen nih.." Yuta menyandarkan diri di sofa. Tengah hari ini begitu terik sehingga kalau duduk diam saja bisa mati kepanasan.
Yuta butuh banyak gerak, biar bisa ikut iklan softex. Ok.
"Kewarnet bego," cibir Menyan, yang tentu saja tidak dapat didengar Yuta.
"Kewarnet bego," ujar Angela yang terlihat bisa membaca pikiran Menyan. Seketika kucing itam yang tengah memanjangkan diri di sofa itu bergidik.
"Game lagi pada maintenance bulanan, jadi ga bisa main beberapa jam kedepan." jelas Yuta.
Oh pantes doi ga ke warnet.
Yuta melengah kiri-kanan lalu mendapati Belek lagi 'mandi'.
"Lek, cuy!" panggil Yuta ke anjing betina itu. Belek menoleh seolah mengerti.
"Jalan-jalan yok, biar bisa pamer gitu ke temen." Yuta menyapukan rambutnya ke belakang.
Belek meskipun betina, ia lebih terlihat sebagai seekor jantan karena ukuran tubuh dan taringnya tidak sesuai dengan anjing betina pada umumnya.
Mungkin inilah alasan anak Belek pada mati semua. Angela tidak merestui hubungan Belek dengan Joni waktu itu karena mereka terlihat homo. Ok.
***
Belek si nurut-nurut saja.
Sekarang mereka lagi di taman. Untungnya Belek tidak banyak tingkah, seperti ingin pup atau pipis sebagai teritorial dan sebagainya...
Tunggu, memangnya Belek jantan???
"WEY ADU DU!" Sorak Yuta tiba-tiba kepada seseorang yang tengah narik-narik anjingnya yang menggeram. Yang dipanggil noleh.
"YUTAA!" balas orang yang diketahui bernama Adu du itu.
Mereka saling menjemput satu sama lain dengan lari semacam slow motion diikuti para anjing yang lagi mereka bawa--- bukan, seret.
"Apa kabar? Udah lama banget ga ketemu sob!" Yuta mengulurkan tangan lalu dibalas Adu du.
"Gue diluar sob!" jawab Adu du sambil membalas jabat tangan.
"Woah! Diluar? Jerman? Jepang? Inggris?"
"Suriah, njay." Adu du tertawa nyaring dan Yuta terdiam, ga ngerti.
Adu du menepuk bahu temannya itu. "Gue jadi relawan di sono, ngerti?"
"Oh!" Yuta tersentak. "Jadi lu yang tugasnya bagi-bagi logistik gitu? Keren!"
Adu du terkekeh pelan.
"Kok lo pulang? Ada apa gerangan?"
"Emang ga boleh gue pulang?"
"Dih, nggak gitu juga---"
"Papa tiri gue meninggal lima hari yang lalu, makanya gue pulang."
Seketika Yuta merasa bersalah. "Maaf, gue gaada maksud."
Adu du tertawa lagi. "Gapapa, santai aja."
By the way, Adu adalah singkatan dari Andrean Dimas Unaya yang merupakan nama panjangnya. Jadi lebih baik dipanggil Adu du apalagi karena wajahnya yang berbentuk persegi.
Yuta menunduk, memperhatikan anjing jantan milik Adu du yang duduk diam.
"Anjing lo nih?"
Adu du mengangguk. "Anjing penjaga doang sih."
Yuta kembali menunduk, memperhatikan arah pandang anjing milik Adu du yang asyik memandang sesuatu di depannya.
Yaitu Belek.
Belek juga melakukan hal serupa.
Adu du menggaruk kepala belakangnya canggung. "Sori, gue baru tau kalo anjing gue homo nih." ia menarik tali pengikat pada anjingnya agar si anjing mundur. Dari tadi ia menunjukkan tanda rasa sukanya kepada Belek.
Yap, rasa suka.
Tjie.
"Anjing lo ga homo, njing-- ups." Yuta menutup mulutnya tidak sadar dengan tangan kanannya,
Yang lagi megang tali pengikat Belek.
Seketika Belek berlari menjauh.
"Eh woi Lek!" Yuta berusaha mengejar Belek.
Anjing Adu du ternyata dapat melepaskan diri juga dari tangan majikannya. Ia berlari mendahului Yuta dan mengejar Belek.
Mari kita masuk ke sudut pandang hewannya.
***
Belek tak percaya apa yang dilihatnya.
Ia bertemu dengan dia, lagi.
"Anjing lo ga homo, njing-- ups."
Begitu Belek merasakan kelonggaran pada pegangan Yuta, ia cekatan berlari menjauh dari sana.
"Eh Lek woi!"
Belek tidak mengindahkan panggilan itu, ia berlari secepat mungkin.
Sehingga ia dihadang oleh seekor anjing milik Adu du itu. Belek memalingkan wajah, tidak ingin menatap wajah didepannya.
Romance mode : on
"Kamu kenapa Belek? Kamu kenapa menghindar? Aku punya salah ya? Aku---"
"Stop Joni!" Belek memotong. "Kamu gak salah! Aku yang harusnya salah!"
Ya, pria itu-- maksudnya, anjing itu adalah Joni, bapak dari Cicit dan tiga almarhum/almarhumah saudara Cicit lainnya.
"Aku gak ngerti, sayang. Maksud kamu apa? Apa salah kamu?" Joni heran dengan sikap Belek yang bukannya bahagia saat bertemu, malah menghindar.
Dengan berat hati, Belek menarik napas dalam dan mengatakan,
"Aku nggak bisa jaga anak, Jon. Anak kita cuman tinggal satu."
Tentu saja, hal itu membuat Joni terkejut namun ia meredam rasa keterkejutannya dengan memasang wajah datar. Ia tak tahu harus bersikap apa sekarang.
Melihat wajah datar itu, rasa bersalah semakin menghinggapi benak Belek. "Maaf, maafkan aku." cicitnya pelan.
Joni menghela napas. "Bukan kamu yang salah, sayang." ujarnya lembut. "Tuhan udah ngatur semuanya, kita tinggal menjalani dan berusaha aja."
"Aku takut kamu marah." Ujar Belek masih dengan rasa bersalahnya.
"Nggak, aku nggak marah kok." Joni merundukkan badan, ekornya dinaikkan tinggi-tinggi. "Kapan kapan aku mau lihat anakmu ya, sayang. Jangan ngehindar lagi dari aku, berat kamu ga akan kuat."
Belek mengangguk suka cita dan mendusel kepalanya pada leher Joni. "Kamu bisa datang kapan saja. Makasi, Joni ku sayang."
Joni tersenyum, mengangkat satu tangannya dan menempatkannya di kepala Belek. "Sama-sama."
Romance mode : off
Yuta dan Adu du kompak tidak ingin mengganggu mereka. Yang mereka lakukan hanya menggigit jari dengan gemas. Meskipun mereka tak mengerti apa yang terjadi. Hanya saja, mereka dapat mencium bau-bau romansa disekitar sana.
"Aaah cocwiit!" Seru Yuta gemas sambil reflek memeluk Adu du.
Adu du yang kaget langsung mendorong Yuta sekuat tenaga hingga jatuh terduduk.
"JIJIK TAU GA?"
***
Hehe, no Menyan-Taylor in here. Vote n Comments yeaey :v
KAMU SEDANG MEMBACA
MENYAN
Humor[#168 Humor] Gue ga nyangka hidup gue sebagai kucing yang tenang bakal dapat bencana kek gini. Seenak udel aja bakal ngambil kekuasaan gue. Gue cakar dikit juga ngeraung trus ngadu ke majikan. . . . No Plagiat please :) Happy Reading!