"Taylor Menyan kamu dimana?" Angela kaget ketika bangun tidur ia tidak menemukan Taylor maupun Menyan dimana-mana. Ia mencari ke sekeliling rumah tapi tetap tidak ditemukanya.
Begitu ia membuka pintu keluar rumah, ia terkejut melihat kedua kucingnya itu bermain bersama. Didekat mereka ada Yuta yang menemani.
"Abang?" pekik Angela. "Abang pakek pelet apa biar mereka temenan?"
"Pelet hidunglu. Mana gue tau, bukannya mereka juga udah temenan dari awal ketemu?" Jawab Yuta malas, tangannya masih menggenggam ponsel pintarnya yang diharapkannya berbunyi setiap saat, menunggu pesan dari Rani.
"Temenan apaan? Makanya jangan ke warnet mulu, itu aja ga tau." Sindir Angela. "Mereka sejak awal musuhan, sampe tadi malam aja kuping Taylor kegores gigi Menyan."
"Ah masa." Jawab Yuta lagi.
"Lu ga ke warnet sekarang?" tanya Angela.
Yuta menggeleng. "Ada maintenance bulanan, jadi 12 jam kedepan gue ga bisa main." Ia menoleh kepada Angela. "Lo bukannya sekolah ya sekarang?"
"Sekolah sih, tapi agak siangan. Kakel lagi ujian."
***
"WOY BANG GUE PERGI DULU YO!"
Yuta memicing sebentar mendengar teriakan adiknya itu. "Gausah teriak napa lu."
Angela mencibir. "Yeu sekali-sekali lah gapapa."
Yuta meniru gaya Angela mencibir. "Sekali-sekali tapi biin orang budek. Dah sana pergi, ganggu aja."
Taylor memandang mereka berdua bergantian. "Mereka berdua emang gini ya?" tanyanya kepada Menyan.
"Kurang tau, abangnya jarang dirumah." Jawab Menyan. "Dan lagi lo jangan sok akrab. Gue gini cuman nyenangin hati Angela. Abis itu gue bisa ngadu ke Angela dan lo pergi dari sini."
Taylor tertawa pelan. "Jiah masih inget. Gapapa, gue doain semoga lancar."
Menyan berdecih. Entah kenapa ia merasa aneh hari ini.
***
"Joni?"
Belek tersenyum senang melihat Joni datang bersama majikannya yang merupakan teman Yuta, Adu du.
"Entah apa bau yang di ciumnya, jauh banget ngendus sampe kesini baru diem." Adu du menoleh pada Joni yang terlihat berseri-seri.
Yuta berdecih. "Aih anjing lo modus itu. Paling dia nyium bau nih Belek."
Joni membelalak. Kok lu tau si?
Adu du tertawa. "Iya juga ya, tapi biarin aja gapapa sih." Ia menoleh lagi kearah Joni. "Itung-itung biar dia seneng."
Btw, Adu du gak pernah nyentuh Joni. Biasanya abis bawa Joni jalan-jalan dia langsung mandi bersih-bersih.
"Mom siapa si yang dateng?" tanya Cicit sambil berlari kecil menuju teras. Ia terkejut dan takut melihat ada anjing lain dan langsung berlindung di belakang badan ibunya.
"Jangan takut, Cit. Dia ayah kamu lho." Tenang Belek. Cicit terngangan sejenak.
"A-ayah? Dad itu kamu?"
"Wah anak papa ternyata jantan, papa kira betina." Ujar Joni.
Mendengar itu, Cicit kembali bersembunyi dibelakang Belek. "Dia bukan Dad, Mom. Kalo Dad dia gak bakal panggil papa, pasti panggil Dad."
Belek terkekeh. "Terserah kamu deh Cit. Ini beneran ayah kamu."
"Tes DNA dulu kalau gitu!" seru Cicit.
"Ngeselin ya, untung anak." Joni menghela napas pelan.
Belek tertawa lebar.
***
"ANGEL PULANG!"
Angela melihat ke sekeliling. "LAH KOK SEPI?! MANA ABANG SIH?!
Dilihatnya kamar Yuta. Ternyata kakaknya itu tertidur pulas. Angela berdecak.
***
Angela berkacak pinggang bingung. Tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Mobel lejen? Sudah bosan, lagian ia selalu kalah dalam permainan itu. Nonton tv? Gosip artis adalah hal yang di bencinya.
Sekarang, gadis itu agak resah dengan bau aroma terbakar yang tercium dengan jelas di rumahnya. Ia mengumpat siapa saja yang bakar sampah saat ini!
Tiba-tiba ia menjentikkan jari. Ia baru ingat jika drama korea yang ia download semalam belum lagi ditontonnya. Sebaiknya ia menontonnya sekarang daripada menganggur. Diliriknya kembali kamar Yuta dan sejenak berpikir.
Apa dia menonton di laptop Yuta saja?
Angela mengangguk sendiri. Secepatnya ia ke kamar dan mengambikl flashdisk nya lalu berlari kecil menuju kamar Yuta.
Siang hari ini, seluruh hewan peliharaan Angela biasanya tertidur. Jadi Angela tidak ingin menganggu dengan suara berisiknya.
***
"Woy dek." Panggil Yuta lelah. "Ngapain sih lu make laptop gue? Lu kan juga punya."
Angela tidak menjawab dengan earphone yang masih melekat di kedua telinganya.
Yuta mengipas kerah bajunya kepanasan. "Panas banget si, AC nya kok ngga nyala lagi sih?"
Angela tetap diam. Sebentar lagi adalah scene yang ditunggu-tunggu Angela.
"Ada orang lagi bakar sampah ya diluar? Bau plastik banget."
Angela diam.
Yuta mendesah lelah. Ia bangkit dari tempat tidur dan keluar kamar malas-malasan.
Tak lama kemudian, pintu kembali dibuka dengan cara agak kasar oleh Yuta. Pria itu berlari kearah Angela dan tak memberi aba-aba langsung menggendong adiknnya itu layaknya mengangkat karung beras.
"Abang ngapain sih?!" protes Angela tidak terima.
Yuta tidak menjawab kemudian dengan cepat berlari keluar kamar.
Dan pertanyaan Angela tersebut langsung terjawab dengan pemandangan mengerikan didepannya setelah Yuta memperbaiki caranya menggendong.
Seketika seluruh tubuh Angela melemas. Dengan takut dan khawatir yang luar biasa di cengkramnya kerah baju Yuta.
Kenapa ia sama sekali tidak berpikir jika aroma terbakar itu berasal dari dalam rumahnya sendiri?
***
sori kalo kecepatan :v
Gw ga bisa bikin cerita kalau gaada konfliknya.
Lah 86 tuh gimana?
86 itu beda lagi, itu semua cerita berdasar kisah nyata :v
Udah deh, dadah :v
KAMU SEDANG MEMBACA
MENYAN
Humor[#168 Humor] Gue ga nyangka hidup gue sebagai kucing yang tenang bakal dapat bencana kek gini. Seenak udel aja bakal ngambil kekuasaan gue. Gue cakar dikit juga ngeraung trus ngadu ke majikan. . . . No Plagiat please :) Happy Reading!