Siena yang Aneh

21 7 1
                                    

Ketika Scarlett masuk kamar—setelah membanting pintu, ia berbalik badan, hendak pergi ke meja belajarnya dan menyusun pelajaran untuk besok, namun suara desahan sebal Siena membuatnya mengurungkan niatnya itu.

"Kenapa, Siena?" tanyanya ramah sambil melepaskan jaket dan mengantungnya di lemari pakaian, ia tidak mau di cap sebagai murid senior yang sombong dan tak tahu tata kerama, apalagi Siena itu adik kelasnya.

"Jangan mencampuri urusan orang! Urusi saja urusanmu sendiri yang akan berperang, jangan mengangguku dengan membanting pintu. Atau mungkin harus aku jelaskan dan ajarkan kepadamu cara menutup pintu yang benar?" Jawabnya tanpa basa basi, Scarlett menoleh, mendapati Siena yang duduk di atas tempat tidurnya yang sudah berantakan, namun, anehnya, rambutnya masih rapi. Seperti baru saja menyisir.

"Maaf, Siena? Kau bicara denganku?" tanya Scarlett membenarkan, takut jika yang didengarnya salah, siapa tahu, kan, Siena sedang menelepon teman sekelasnya.

"Masih saja bertanya! Memang kau tidak sadar apa kesalahanmu? Kau sudah membuatku bangun dari tidur nyenyakku! Sudah jam sembilan malam, pula. Mengapa masih berkeliaran? Mencari udara segar? Alasan klasik." Scarlett diam, tak ingin membuat Siena semakin marah.

"Tapi kan tadi aku membanting pintu depan asrama, bukan pintu kamar, dan itu letaknya sangat jauh." Batin Scarlett pelan. Namun sepertinya Siena dapat mendengarnya karena ia sedang melototi Scarlett seperti ingin menerkamnya.

"Telingaku sensitif akan suara! Suara sekecilpun akan terdengar, jadi jangan berisik." Protes Siena kembali.

"Tidurlah, maaf aku menganggumu." Scarlett berjalan pelan ke arah meja belajarnya, takut tersandung sesuatu karena lampu sudah gelap.

Ini pertama kalinya Scarlett berkomunikasi dengan Siena, pertama kalinya juga Scarlett mendapat omelan kasar seperti itu dari adik kelas. Awalnya ia bersikap ramah agar tidak dicap sombong dan kasar. Namun, bukan Scarlett yang kasar, melainkan Siena. Ia sudah salah menilai.

***

Pagi ini, Scarlett bangun pagi, ia sudah bertekat untuk bangun subuh pada pagi ini dan sudah menyiapkan alarm pada pukul 4 pagi, walaupun ia juga takut-takut menghadapi Siena yang akan marah nanti pagi karena terusik oleh alarmnya, namun ia tidak bisa tidak menyiapkan alarm, ada banyak yang harus ia lakukan pagi itu.

Ia bangkit berdiri, meringankan otot-otot tangan dan kakinya yang masih terasa kaku dengan mata yang tertutup. Dan ketika ia membuka matanya, ia kaget.

Pasalnya, Siena sedang duduk dimeja belajarnya, buku paket terbuka hampir memenuhi semua permukaan meja, hanya dengan modal lampu kuning ia belajar, Scarlett segera mencari saklar lampu—yang ia tak ketahui dimana letaknya, aneh memang.

Siena bergejolak kaget setelah Scarlett menghidupkan saklar lampu. Ia menoleh, mendapati Scarlett yang tersenyum ramah.

"Maaf aku menganggumu, lagi. Silahkan belajar."
Tidak ingin kejadian kemarin ulang kembali, Scarlett berbalik badan, keluar kamar untuk mandi, sementara Siena masih tetap fokus ke buku-bukunya.

Ketika Scarlett sudah selesai mandi, jam masih pukul 5 pagi, memang, masih sangat pagi jika dilihat sarapan pada pukul 7 pagi dan pelajaran pertama yang dilaksanakan jam setengah 9 pagi.

Daripada ia duduk bosan dikamarnya—jangan lupakan fakta bahwa Siena masih setia duduk dimeja belajarnya, entah jam berapa ia bangun, Scarlett pun tak peduli, yang ia herankan hanya satu. Mengapa ia harus belajar pagi-pagi buta dan apa yang dilakukannya pada waktu malam? Setahu Scarlett, Siena selalu tidur diatas jam 12 malam, ia baru pulang ke asrama pada pukul 1 pagi. Untuk apa? Ya, ia tahu, itu pertanyaan tak hanya satu, namun, jika ia langsung menanyakan kepada Siena apakah ia juga akan bersifat kasar lagi seperti kemarin?

Ah iya! Scarlett baru ingat, Siena kemarin terlihat aneh dengan Siena yang biasanya, kemarin pukul 9 malam, ia sudah tidur dan malah mengomel karena Scarlett menganggu waktu tidurnya. Biasanya kan ia pulang pukul 1 pagi.

SCARLETT POV

Sudahlah, untuk apa aku pedulikan Siena? Dia saja tidak pedulikan aku, malah bersifat kasar kepadaku saat aku bersifat ramah padanya. Apakah itu sifat yang baik? Sifat yang diajarkan oleh guru kepada muridnya?

Aku segera tepis pikiran itu jauh-jauh, seingatku, lemari pakaianku masih berantakan karena minggu lalu aku diajak Kepala Sekolah untuk pergi untuk mencari baju-baju untuk berperang nanti, dengan Eros juga tentunya. Dan aku harus memakai baju rapi dan bagus, jika letak tokonya disekitar sekolah, sih, aku tak perlu repot untuk mencari pakaian bagus, toh, pakaian disekitar sini tidak dapat dibilang bagus. Namun aku harus ke kota, karena yang kubilang tadi, pakaian di sini tak cukup bagus.

Aku membuka pintu yang menuju lemari pakaianku, loh, kenapa bajuku bisa tersusun rapi? Seingatku, kemarin malam sebelum aku tidur aku masih sempat mengambil seragam dan taruh dimeja belajarku untuk pagi ini, dan aku masih melihat lemariku masih penuh dengan plastik-plastik toko di kota, dengan baju-baju yang berantakan, tanpa dilipat. Namun sekarang rapi, seolah-olah ada yang menyusunnya.

Aku menoleh ke arah Siena yang masih belajar, mungkinkah ia membereskannya? Lalu untuk apa? Dia saja tak peduli denganku, lagipula aku pernah melihat lemari pakaiannya yang juga berantakan—memang, lebih rapi dariku sih, waktu itu aku salah masuk r...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menoleh ke arah Siena yang masih belajar, mungkinkah ia membereskannya? Lalu untuk apa? Dia saja tak peduli denganku, lagipula aku pernah melihat lemari pakaiannya yang juga berantakan—memang, lebih rapi dariku sih, waktu itu aku salah masuk ruangan, aku kira, pintu dikiri adalah pintu menuju lemari pakaianku, ternyata bukan.

Tapi...

Jikalau memang Siena, darimana ia dapatkan kunci pintu ruangan bajuku? Aku kan menaruhnya di jeruji besiku yang disediakan dari pihak asrama. Jikalau memang orang lain, memang boleh memasuki asrama orang lain tanpa izin walaupun itu sama-sama perempuan sekalipun? Lagipula semua ruangan baju selalu terkunci karena itu salah satu peraturan. Entah mengapa ada peraturan seperti itu, aneh.

WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang