The Devil Handsome

6.9K 526 12
                                    

Sesuai yang aku bilang pada chapter sebelumnya, kalau cerita ini mulai Private dibagian setelah ini.

Happy reading!

.............

My BimBim : Sayang, Ibu meminta kamu datang makan malam dirumah bersama keluargaku. Apa kamu bisa?

Prilly memijat pangkal hidungnya sesaat setelah membaca isi pesan Bima yang masuk keponselnya, membuang nafas lelah seraya menunduk untuk menyeruput jus sirsak didepannya. Bukannya dia tidak senang mengetahui ibu dari tunangannya meminta dirinya untuk turut hadir menghabiskan waktu makan malam dirumah mewah keluarga Giantara, hanya saja.. dia belum siap jika harus bertatap muka lagi dengan Ale.

Bukan suatu hal yang tidak mungkin dia akan bertemu pria itu disana, mengingat pria itu juga tinggal disana bersama anaknya yang bernama Xander. Meski Prilly membenci ayahnya, akan tetapi bocah berusia 8 tahun itu memiliki sikap yang baik dan manis membuat Prilly merasa tak ada alasan baginya untuk turut serta membenci Xander seperti ia membenci ayah anak itu. Sedikit menyayangkan, kenapa anak semanis dan sebaik Xander memiliki ayah seperti Ale?

Ngomong-ngomong soal Ale, sejak kejadian ciuman paksa yang dilakukan pria itu sewaktu lamaran. Prilly benar-benar menjaga jarak aman dari calon kakak iparnya tersebut, beribu pesan yang dikirimkan Ale padanya tidak ada satupun yang ia balas. Bahkan Prilly langsung menghapus tanpa sudi membaca isi pesannya terlebih dulu, entahlah. Rasa-rasanya setiap kali mengingat nama Ale, yang tergambarkan dipikiran Prilly hanya seperti apa pria brengsek itu menjatuhkan harga dirinya.

Prilly melirik ponsel yang ia letakan diatas meja, berpikir sejenak untuknya membalas pesan Bima seperti apa. Tak lama dia meraih ponselnya, mengetik balasan yang bisa saja ia sesali kemudian.

Bisa. Nanti sepulang kerja aku akan langsung kerumah kamu.

Dan send..

Kemudian begitu pesan terkirim, Prilly memasukan ponselnya kedalam saku seragam kerja yang dikenakannya. Pandangan berpendar melihat kesekeliling suasana kantin hotel ketika jam makan siang, dihadapannya ada sebuah mangkok kosong bekas bakso yang sudah dia habiskan dan tersisa jus sirsak yang hanya tersisa setengah gelas itupun hampir tandas karena Prilly terus meminumnya untuk mengusir rasa dahaga dikerongkongannya.

Prilly bekerja sebagai Executive Chef disebuah hotel bintang 5 didaerah Jakarta, selama bekerja Prilly dikenal dengan sikap tegas dan berani berucap apa yang menurutnya tidak sesuai meski terdengar menyakitkan bagi sebagian orang yang mendengar ucapannya. Namun diluar pekerjaan Prilly justru terkenal dengan kemurahan senyumnya, dan sikap ramahnya kepada semua orang. Dia seperti memiliki kepribadian berbeda ketika sedang bekerja, dan diluar pekerjaan.

"Mbak Prilly, boleh saya duduk disini?"

Prilly yang kebetulan sedang menatap hamparan taman kecil ditambah sebuah kolam ikan kecil dihadapannya, tentu menoleh mendengar suara halus milik seseorang. Dan mendapati jika pemilik suara tersebut adalah Nita, salah satu bawahannya. Lama terdiam akhirnya Prilly mengangguk, membiarkan Nita mengambil duduk dihadapannya sambil tersenyum manis.

"Saya harap, keberadaan saya tidak mengganggu waktu istirahat makan siang mbak Prilly." ucap Nita seraya meringis tidak enak karena dengan lancang meminta Prilly yang notaben adalah atasannya berbagi tempat duduk. Prilly tersenyum lalu menggeleng kecil mendengar nada hati-hati Nita.

Impossible [Our] DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang