Holiday chaotic 3.3

3.4K 379 12
                                    

Don't forget for vote and coment!!!!

...............

Ale memandang lautan luas dengan sorot mata tenang namun tajam, jas yang sebelumnya ia kenakan kini sudah bertengger manis dibahu kokohnya dengan satu tangan kedalam saku. Hingga tidak lama suara deheman lembut seseorang mengalihkan perhatiannya.

Prilly sudah bersiap ingin membuka mulutnya, namun suara berat Ale sudah lebih dulu mendahuluinya.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Sela Ale.

Sebenarnya Prilly sempat tersentak, tidak menduga Ale akan lebih dulu membuka suara ketimbang dirinya.

"Sa-saya hanya..." Sial, kenapa mendadak lidahnya terasa kelu dan susah untuk mengucapkan kata. Prilly semakin gerah ketika lelaki itu memutuskan untuk berbalik, dan menatapnya tajam. "....Tidak ada." ucap Prilly dengan nada lemas, bukan itu yang ia ingin katakan.

Apa sesulit ini mengucapkan terimakasih kepada Ale?

"Aneh." kata Ale dengan satu alis tebalnya terangkat memandang Prilly dengan tatapan tak mengerti.

Setelah itu hening, merasa tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka. Ale kembali membelakangi Prilly, pria itu pikir Prilly mungkin akan pergi meninggalkannya sendiri tetapi kenyataannya tidak. Prilly justru menempatkan diri persis disampingnya sambil memandang lurus kedepan.

"Saya tidak ingin terus terombang-ambing disini." Gumam Prilly pelan, namun sanggup membuat Ale menoleh kesamping.

"Ya, tenang saja. Besok pagi kita akan meninggalkan tempat ini." balas Ale yakin.

"Kenapa kamu seyakin itu? Bukankah kamu bilang kita tidak bisa menghubungi siapapun untuk menolong kita?" Prilly langsung menoleh kearah Ale, tiba-tiba ia menjadi ragu kembali tentang yang diucapkan Ale tadi. Tentang jika ia tidak bisa menghubungi siapapun karena tidak mendapatkan sinyal. Mata hazel itu perlahan memincing memandang Ale dengan sorot yang Ale sendiri tau apa itu artinya.

"Saya bersungguh-sungguh soal tidak mendapat sinyal," Ale merogoh saku celananya lalu memperlihatkan ponsel yang ia keluarkan didepan wajah Prilly, dan memang benar tidak ada satupun sinyal disana. "Lihat!"

Prilly mencebikan bibirnya kesal, membuang wajahnya kedepan.
Terdiam beberapa saat, "Lalu kenapa kamu bisa seyakin itu?" sergahnya.

"Kapal ini memiliki radar yang langsung terhubung kepada semua anak buahku, dimana ketika mesinnya berhenti maka disana akan muncul beberapa peringatan jika kapal ini kehabisan bahan bakar atau mati mesin." jelas Ale panjang lebar.

"Kapal ini sudah berhenti terlalu lama, lantas kenapa belum juga ada anak buahmu yang datang menjemput?" Tanya Prilly lagi.

Ale melirik Prilly datar, sejenak membuang nafas perlahan. Wanita ini terlalu banyak bertanya, pikirnya.

"Itu karena sebelumnya saya berpesan untuk tidak mengganggu saya saat sedang bersama kamu." ungkapnya jujur, menambah kekesalan Prilly.

"Seharusnya kamu tidak melakukan itu!" sungut wanita itu kesal.

"Ya, seharusnya saya tidak melakukan itu." Ucapnya dengan santai, seperti tak ada beban apapun dalam hidupnya.

Impossible [Our] DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang