Lima

2.8K 142 0
                                    

"Kamu tahu? Cemburu itu wajar karena kamu sayang. Tapi, cemburu kamu berlebihan hingga menghindar dari aku?"

~🔥ICE🔥~

Rana membuka pintu kamar Arkan, tak peduli lelaki itu akan mengomelinya. Tangan kanan nya sudah memegang sepiring cupcake lezat buatan Zani. Yang pertama kali Rana lihat adalah Ruangan yang berbau khas dan yang kedua adalah lelaki yang ia kenal sebagai kekasihnya sedang bermanja ria dengan sebuah buku ditangannya.

Arkan menoleh sebentar ke arah pintu lalu fokus kembali ke bukunya. Seakan Rana adalah angin lewat saja. Rana menutup pintunya dan berjalan ke arah kasur dimana Arkan sedang duduk disana.

"Hai." Sapa Rana ke Arkan. Arkan hanya membalas dengan deheman tanpa mengalihkan pandangan dari buku.

"Arkan," panggil Rana. Arkan diam tak membalas.

"Arkan!"

Masih tak ada balasan.

"Arkan!!"

Hingga yang ketiga kalinya, Rana kesal dan merebut buku itu dari tangan Arkan. Kalian tau? Tatapan Arkan mengarah ke Rana. Ini bukan tatapan dingin lagi, melainkan Tatapan sengit yang Rana benci. Rana sudah mengetahui apa arti tatapan itu.

"Kembaliin gak Bukunya?" Suruh Arkan masih menatap Rana. Dengan berani, Rana menggeleng.

"Rana!"

"Kamu Tuli ya? Aku daritadi manggil, Arkan." Mungkin mata Rana kini sudah membalas tatapan Arkan.

"Balikin!"

Dengan pasrah, Rana mengembalikan buku yang sedang dibaca Arkan. Bukannya kembali membaca, Arkan malah terdiam menatap Rana yang mulai menunduk. Ingin rasanya Arkan mengelus rambut gadis itu. Tapi ia sadar, ia sedang marah besar ke gadis itu.

"Maaf in gue, Ar. Gue dateng kesini cuma buat ket—"

"Lo naruh amplop di tas gue?"

Shit!

Rana terdiam lalu menunduk lesu. Dibawah sana, matanya sudah berkaca-kaca.

"Ar, gue tahu lo ada disana saat itu."

Arkan tak menjawab.

"Ar, aku minta maaf karena waktu itu aku gak bilang sama kamu kalau aku pergi sama Dika." Katanya masih menunduk. "Tapi kamu salah paham!"

"Hm,"

"Ar, aku itu disuruh sama guru buat belanja sama Dika. Kalau bukan karena guru, aku gak akan mau pergi sama Dika!"

"Hm,"

"Ar, kamu mau maafin aku?" Tanya Rana yang terdengar isakan pelan disela perkataannya. Rana menghapus gelombang air mata yang sudah diujung kelopak mata, tetapi jawaban lelaki itu masih sama, berdeham.

Mungkin kesabaran Rana sudah berakhir sekarang.

"AKU BUTUH JAWABAN BUKAN DEHEMAN, ARKAN!" Teriak Rana. Matanya berkaca-kaca. Ia bangkit dari kasur dan mengelap pipinya yang sudah jatuh satu air mata. "Gue pulang!"

Rana berlari keluar kamar dan sebelumnya pun ia membanting pintu kamar Arkan dengan keras. Arkan mendengar Zani meneriaki nama Rana berkali-kali. Ada rasa yang menjanggal begitu Rana berubah berbicara lo-gue. Dia hanya akan berbicara seperti itu jika marah ataupun kesal. Jadi, tadi Rana marah atau kesal?

Dengan secepat kilat, Arkan ikut bangkit dan meraih hoodie nya. Berlari mengejar Rana. Saat dibawah tangga, Ada Zani yang menatap nya tajam. Arkan tak mempedulikan itu, ia melongos begitu saja. Zani bagaikan Patung disana.

My Ice BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang