Sepuluh

2.4K 102 4
                                    

Malam ini, Arkan mengajak Rana pergi ke suatu tempat. Entah itu kemana. Katanya refreshing sebentar sebelum ulangan tengah semester tiba.

Rana yang kini sudah dengan penampilan simple nya terus saja beradu mulut dengan Sergio yang sedari tadi mengomentari Rana. Rana sebenarnya sudah capek dengan kelakuan abangnya, kapan sih Diva kembali biar Sergio berubah menjadi Kalem lagi?

"Yaudah gue yang pergi kok lo yang sewot." Ucap Rana sambil memakai sepatu converse biru dongker nya. Sergio yang sedari tadi berada dilowong pintu itu berdecak menatap jam dinding dikamar Rana.

"Ini udah jam setengah sepuluh malam adikku sayang..."

"Sayangin aja kak Diva. Rana gak sayang abang, wle." Rana berjalan sambil menjulurkan lidahnya didepan Sergio. Skakmat.

Sergio teriak, padahal dirumah ada Mama sama Papa tapi tak ada satu pun yang mencegah anak gadis itu. Sergio berlari menghampiri Rana yang sedang pamit dengan Mama dan Papa diruang tamu. Bahkan sekarang wajah Mama dan Papa tidak menunjukan sebuah kepanikan? Orang tua macam apa itu.

"Mama. Gak liat ini jam berapa?" Oceh Sergio pada Nadia. Nadia kaget saat mendengar Sergio datang dengan disusul ocehannya yang lebih terdengar seperti sentakan.

"Sergio! Emang dulu kamu kalau sama Diva suka pulang jam berapa?"

Skakmat lagi.

Memang nyatanya Sergio lebih parah daripada Rana. Selalu membawa pulang Diba hingga jam 11 malam padahal mereka hanya diam dicafe dan itupun asik dengan ponsel nya masing-masing. Begitu miris jika Nadia mengingat kisah bucin Sergio dulu.

Sergio berlari ke kamar, sudah terlihat bagaimana lelaki itu marah karena lagi-lagi Nadia menyebut nama Diva.

Suara klakson mobil terdengar, mobil Arkan. Rana langsung sumringah dan lari keluar rumahnya, baru saja ia sampai didepan pintu, Arkan sudah melongos masuk sambil memberikan salam.

Rana melongo, "ngapain, Ar?"

"Ya izin lah sama Camer."

Lagi-lagi Rana masih melongo dipintu rumahnya. Apa yang Arkan sebut tadi? Camer. Biasanya Arkan memanggil Nadia dan Randy itu Mama papa atau om tante tapi entah setan darimana langsung membuat Arkan memanggil mereka dengan sebutan Camer.

Tak lama Arkan kembali lagi, dengan setelan yang mampu membuat Rana terpukau. Jeans hitam semata kaki, Kaus putih adidas, Hoodie yang dipegang dan sepatu Sport warna abu-abu. Sebenarnya mereka mau pergi atau Jogging sih?

"Bengong terus nanti juga kesambet setan kamarnya bang Gio."

• M I B •

Rana kira Arkan akan mengajaknya ke cafe atau club malam seperti pasangan-pasangan lain. Tapi perkiraan Rana salah besar, Arkan membelokan mobilnya pada Mall yang sudah tutup. Ini sudah jam sepuluh lebih tetapi lelaki itu mengapa pergi kesebuah mall?

Rana memukul bahu Arkan pelan yang menyebabkan Refleksan. Arkan menoleh mendapatkan Rana dengan tatapan bingung.

"Ini mall Sobat bokap gue." Ucap Arkan santai. Saat didepan palang parkiran, Arkan membuka kaca mobil hingga sepenuhnya.

Satpam yang tadinya ingin menegur langsung tersenyum lebar saat mengetahui ternyata itu Arkan. Bukannya melarang, Satpam itu malah masuk kedalam pos dan membukakan palang parkiran membiarkan Arkan pergi.

Gedung mall sangat gelap. Tapi dengan nyali yang banyak Arkan mengendarainya hingga menaiki beberapa lantai basemant hingga Akhirnya mereka berhenti di Rooftop Basemant yang luas dan tinggi itu. Menampilkan sinar ribuan lampu dari atas sana. Tentu Rana terpukau.

My Ice BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang