Happy reading and no edit
------------------------------------------Suasana makan malam di kediaman Himawan terasa sangat berbeda. Penyebabnya tidak lain karena, putra tunggalnya tersebut ikut bergabung. Semenjak pasangan Himawan ingin menjodohkan putra tunggalnya dengan putri salah satu rekan bisnisnya, hubungan antara anak dan orang tua tersebut merenggang, terutama sang kepala keluarga. Bahkan terkesan tidak harmonis, sebab selalu bersilang pendapat.
Bukannya Andri ingin bertindak kurang ajar atau tidak sopan terhadap orang tuanya, tapi dia juga mempunyai hak untuk menentukan sendiri masa depan dan wanita pendamping hidupnya kelak. Dia sangat menentang keinginan orang tuanya yang satu itu, karena dirinya tidak mau menikah semata-mata atas dasar perjodohan atau ada maksud terselubung di baliknya.
Oleh karena itu, dia terpaksa membuat rencana bersama wanita yang juga mempunyai nasib tidak jauh berbeda dengannya. Apalagi wanita tersebut sudah sangat dekat dengannya. Bahkan mereka juga sering menghabiskan malam bersama, meski tidak ada hubungan yang mengikat di dalamnya. Bukan tanpa alasan mereka menjalani hubungan seperti itu, melainkan karena keduanya sama-sama frustrasi terhadap keluarga masing-masing, yang perintahnya selalu harus dituruti.
Keduanya juga berpikir jika tindakan yang diambil ini sama-sama menguntungkan dan membuat mereka terlepas dari tekanan atau keinginan kolot orang tua masing-masing. Makanya, saat dia mengajukan tawaran ini kepada wanita yang telah dikenalnya lima tahun silam, bahkan kini menjadi partner-nya di atas ranjang sejak setahun lalu, langsung menyanggupi tanpa harus berpikir dua kali.
"Makanlah yang banyak, An. Semua masakan ini, memang sengaja Mama buat untuk kamu," Zara–ibunda Andri berkata kepada putra tunggalnya. Saat suaminya mengabarkan jika anak semata wayang mereka bersedia pulang untuk melanjutkan pembahasan rencana pertunangan yang akan diselenggarakan sebulan lagi, dia sengaja menyiapkan makanan kesukaan sang anak.
"Terima kasih, Ma," balas Andri setelah menghabiskan sisa air putih di gelasnya.
"Selesai makan, kita bicara. Ada hal yang sangat penting ingin Papa bahas. Ini menyangkut masa depanmu dan kelangsungan perusahaan keluarga kita," Ivan–sang kepala keluarga menimpali ucapan basa-basi wanita tercintanya kepada anaknya.
"Hmm." Hanya itu tanggapan Andri atas perkataan sang Papa. "Kedatanganku kali ini bukan semata-mata untuk menyanggupi acara pertunangan itu, Papa. Aku ingin memberitahukan kabar bahagiaku kepada kalian mengenai keberadaan calon anakku," Andri menambahkan dalam hatinya.
Setelah perbincangan yang sangat jelas tergolong basa-basi di antara ketiganya, kini suasana makan malam kembali hening. Hanya terdengar alat makan yang saling beradu satu sama lain saat bergesekan. Andri memang sengaja tidak banyak membuka suara untuk menghindari perdebatan di meja makan, seperti yang sudah pernah terjadi ketika sang ayah menyampaikan niatnya pertama kali.
Saat itu masih dalam suasana makan malam, dan sang kepala keluarga dengan percaya dirinya menyampaikan perihal perjodohan sekaligus pertunangan di meja makan. Alhasil, karena Andri memang sangat menentang pemikiran seperti itu, akhirnya adu mulut dan bersilang pendapat dengan sang ayah pun tidak terelakkan. Ujung-ujungnya, makan malam tersebut kacau dan meninggalkan rasa kesal di hati masing-masing, sehingga hubungan keduanya menjadi seperti sekarang.
***
Daramikha mencekal lengan Zelda yang ingin menaiki tangga, menuju lantai dua. Dia menatap tajam penuh ketidaksukaan putri tunggal suaminya yang kini tengah memalingkan wajah.
"Kenapa pulang?" tanya Daramikha penuh tajam.
Zelda mendecih. Dia melepaskan cekalan Daramikha dari tangannya dengan santai. "Memangnya kenapa? Tidak boleh? Ini rumah Papaku, berarti milikku juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Just An Escape
RomanceSudah tersedia di Playbook & Dreame/Innovel Karena ingin keluar dari permintaan kolot orang tua masing-masing, sepasang sahabat melakukan tindakan yang dianggapnya sama-sama menguntungkan. Seiring bergulirnya waktu, sepasang sahabat ini terlibat hub...