Taehyung menyandarkan punggung di dinding koridor Rumah Sakit dengan kedua matanya yang sedari tadi asik mengamati sosok seorang wanita yang sedang menyuapi seorang bocah laki-laki yang berusia sekitar tujuh tahun. Si bocah lelaki tampak lahap menerima setiap suapan yang diberikan oleh wanita yang Taehyung yakini adalah ibu dari si bocah lelaki.
“Hyunsukkie, makan yang banyak ya. Hyunsukkie harus tumbuh kuat dan sehat.” Taehyung dapat mendengar suara si wanita yang terdengar begitu riang.
Raut wajahnya, cara berbicara, caranya memandang serta bagaimana si wanita berinteraksi, begitu berbeda dengan yang biasa ia tunjukkan di depan khayalak ramai. Di depan si bocah lelaki, wanita itu seolah menemukan titik terangnya.
“Hyunsukkie mau ketemu Rubin Samchon,” celoteh si bocah lelaki.
Si wanita yang tidak lain dan tak bukan adalah Jennie, mengangguk seraya memberikan suapan terakhirnya kepada putra semata wayangnya. “Iya. Setelah ini kita ke ruangan Rubin Samchon ya. Hyunsukkie sudah tidak sabar ingin bermain bersama Rubin Samchon ya?”
Si bocah lelaki—Choi Hyunsuk menggeleng pelan. “Bukannya mau main. Hyunsukkie mau melihat pacarnya Rubin Samchon!” pekiknya dengan nyaring. Kedua pipi tembamnya tampak sedikit memerah karena dirinya yang terlalu bersemangat.
Jennie terkekeh pelan. “Hyunsukkie jangan menyinggung soal pacarnya Rubin Samchon ah. Eomma tahu bahwa pacarnya Rubin Samchon itu memiliki paras yang cantik dan Hyunsukkie menyukainya. Akan tetapi, Hyunsukkie tidak lupa kan dengan kenyataan bahwa Rubin Samchon tidak bersama dengan pacarnya lagi?”
Si kecil Hyunsuk membulatkan kedua matanya. “Rubin Samchon diputuskan pacarnya karena Rubin Samchon terlalu genit kan Eomma?”
Jennie meringis. Yang dikatakan oleh Hyunsuk memang benar adanya. Lee Rubin memang merupakan tipikal seorang pemuda yang senang sekali tebar pesona. Bahkan, ia menyebut dirinya sendiri dengan julukan pangeran.
Lucunya, banyak sekali staff di Rumah Sakit yang ikut memanggil Rubin dengan sebutan pangeran. Yah, memang Rubin pada dasarnya memiliki paras yang tampan dan pembawaannya yang macho. Jadi, tidak heran jika ahli bedah tersebut memiliki banyak penggemar dari berbagai kalangan.
Meski begitu, hal tersebut tak lantas selalu mendatangkan keuntungan bagi Rubin. Pemuda itu kerap kali diputuskan oleh kekasihnya karena Rubin yang tidak pernah bisa menolak permintaan para penggemarnya.
Hanya di depan Jennie saja, Rubin dapat menjadi sosok pemuda yang dewasa. Karena ‘perbedaan’ yang Jennie miliki membuat Rubin tidak memiliki pilihan lain selain terus memantau saudara sepupunya serta menjaga dan siaga di samping saudara sepupunya setiap kali Jennie membutuhkan keberadaan pemuda itu di sampingnya.
“Eomma, Hyunsukkie mau ice cream!”
Taehyung kembali mendengar celotehan si bocah lelaki kepada ibunya. Entah mengapa, meski pun Taehyung menganggap bahwa Jennie adalah seorang wanita yang aneh, namun Taehyung sama sekali tidak merasa terganggu ketika dirinya melihat sosok Hyunsuk yang ceria.
Jika boleh jujur, Taehyung sebenarnya merasa heran. Mengapa wanita yang menyeramkan seperti Jennie dapat memiliki seorang anak yang menggemaskan seperti Choi Hyunsuk?
Seolah sadar bahwa dirinya sedang diperhatikan, Jennie tiba-tiba saja menoleh, membuat kedua mata kucingnya beradu pandang dengan kedua mata Taehyung. Jennie melemparkan tatapan tajamnya pada Taehyung yang membuat pemuda itu terkesiap.
Dengan berani, Jennie melangkahkan kedua kakinya, berjalan menghampiri Taehyung sembari menggandeng tangan si kecil Hyunsuk.
“Taehyung−ssi? Dokter Kim Taehyung kan? Kita pernah bertemu sebelumnya kan?” tegur Jennie pada Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood, Sweat & Tears (Taennie, Privated) ✓
Historia CortaCerita ini dalam mode private. "You're a doctor, right? Then, please help me........"