Sapuan angin segar di pagi hari membelai wajah cantik seorang cewek yang berdiri di depan pintu masuk sekolah barunya, membuatnya seketika memejamkan mata sesaat, menyunggingkan senyum kebahagiaan yang mampu membuat siapa saja terbuai akan keelokan wajahnya.
Demi cowok yang dicintainya, dia terpaksa mengambil keputusan pindah sekolah agar lebih dekat dengan sang kekasih. Ia bersyukur papanya juga tidak keberatan sama sekali saat ia meminta pindah sekolah, justru sang papa menggoda habis-habisan ketika alasan yang sesungguhnya terucap dari bibir anaknya.
Orang tuanya sangat paham apa yang dialami anaknya. Mereka pun pernah muda dan tak akan sanggup jika harus dipisahkan jarak dalam suatu hubungan. Maka, tanpa berpikir panjang mereka menyetujui dan mengurus hal kepindahan untuk putri semata wayangnya hanya dalam beberapa hari saja.
Dan di sinilah dia—Fay Elvina Bellvania—berdiri di depan sebuah gedung sekolah yang akan menjadi tempat menimba ilmu untuk hari-hari ke depannya.
Fay menghirup udara sebanyak-banyaknya dan mengeluarkan secara perlahan saat dirasa ia sudah siap memasuki sekolah barunya tersebut. Ia mulai berjalan dengan pandangan yang menyapu sekeliling.
Sejauh matanya memandang yang ia temui hanyalah kesunyian. Mungkin itu semua disebabkan masih di jam pelajaran yang mengharuskan para siswa mendekam di ruang kelas masing-masing hingga waktu istirahat tiba.
Sembari mendekap beberapa berkas persyaratan yang telah ia siapkan di dalam map berwarna biru, ia mengambil belokan terakhir sesuai arahan yang ia dengar. Untung saja tadi Fay sempat menyapa Pak Satpam dan menanyakan letak ruang Kepala Sekolah, sehingga ia bisa lebih mudah mengetahui posisi ruangan yang ia tuju.
Fay memang sengaja menolak diantar sang papa, menurutnya, ia akan lebih nyaman jika berangkat sendiri tanpa pengawalan siapa pun.
Di sebuah pintu yang bertuliskan "Ruang Kepala Sekolah", ia mengetuk beberapa kali hingga suara dari dalam terdengar untuk mempersilakannya masuk.
"Fay, Putri dari Pak Rama, 'kan?" Fay terlonjak kaget, pasalnya ia bahkan belum selesai menutup pintu sepenuhnya, tiba-tiba sudah dikagetkan suara yang menanyakan tentang dirinya. Ia berbalik cepat dan refleks mengangguk sebagai jawabannya. "Silakan duduk. Maaf, pertanyaan saya membuatmu kaget. Baru saja saya menerima telepon dari Pak Rama, mengabarkan putri kesayangannya sebentar lagi sampai. Saking semangatnya menyambut kamu, sampai Bapak lupa memintamu duduk hahaha...."
Fay tersenyum kikuk. Ia lalu duduk dan menyerahkan berkas persyaratan yang ia bawa.
"Persyaratan kamu sudah lengkap, Fay. Mari Bapak antar ke kelas baru kamu," ujar Pak Kepala Sekolah setelah memeriksa kelengkapan persyaratan yang diminta, sementara Fay kembali mengangguk sopan lantas mengikuti beliau keluar ruangan dengan perasaan tegang.
Dalam perjalanan, rasa was-was menyerang Fay, apalagi ia masih ingat betul papanya sendiri mengatakan, ia akan sekelas dengan Ardo. Pemikiran-pemikiran aneh pun berseliweran di benaknya.
Gimana kalau Ardo marah saat tahu dia pindah ke sekolahnya? Apa yang harus dia lakukan saat mereka bertemu nanti? Gimana jika Ardo tidak peduli padanya? Atau tidak mengakuinya sebagai pacarnya, mungkin? Ah, enggak. Enggak mungkin Ardo seperti itu. Tapi ... bisa jadi, 'kan?
Argh...! Semua itu membuat kegelisahan Fay semakin bertambah dan rasa cemas kian menerpa tatkala seruan di kepalanya berkoar-koar, mengabarkan waktu yang kian mendekat bertemunya Ardo dengan dirinya.
Puncaknya, saat pintu kelas XII IPA 1 dibuka oleh Pak Kepala Sekolah, tiba-tiba ia merasakan gugup yang luar biasa. Laju langkahnya perlahan melambat, bahkan ketika sudah sampai di bibir pintu, ia panik, kakinya spontan mundur menghalangi dirinya dilihat oleh teman sekelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Minus Kata ✔
Novela JuvenilArdo dan Fay merupakan dua pribadi yang sangat berbeda. Ardo adalah seorang playboy yang dengan ketampanannya mampu membuat seluruh cewek di sekitarnya takhluk, bahkan mereka dengan suka rela melemparkan diri ke pelukannya meskipun tahu begitu Ardo...